Asma Binti Abu Bakar Radhiyallahu 'Anha
Asma binti Abu Bakar, yaitu putri Abu Bakar dari istrinya, Qutailah binti Abdul Uzza al Amiriyyah yang telah diceraikan semasa jahiliah. Ia lebih bau tanah sepuluh tahun dari adiknya Aisyah RA, salah satu dari Ummahatul Mukminin. Ketika Abu Bakar dan Rasulullah SAW berangkat hijrah ke Madinah, mereka berdua bersembunyi di Gua Tsur selama tiga hari. Kaum Quraisy yang kehilangan jejak mereka berdua mendatangi rumah Abu Bakar, begitu pintu dibuka oleh Asma binti Abu Bakar, Abu Jahal berkata, "Dimana ayahmu??"
"Demi Allah, saya tidak tahu dimana ayahku berada…!!" Kata Asma.
Abu Jahal sangat murka dengan jawaban singkat ini, ia mengangkat tangannya dan menampar dengan keras pipi Asma sehingga anting-antingnya terlepas. Setelah itu mereka berlalu dan memerintahkan untuk memblokadesemua jalan keluar dari Makkah.
Tidak usang kemudian, kakeknya Abu Quhafah, ayah dari Abu Bakar, mendatangi cucunya tersebut lantaran ia mendengar kalau Abu Bakar telah meninggalkan Kota Makkah. Ia khawatir kalau cucu-cucunya terlantar sehabis ditinggal pergi ayahnya. Ia menanyakan kepada Asma wacana harta yang ditinggalkan untuk biaya kehidupan mereka. Asma sangat memahami kekhawatiran yang dirasakan oleh kakeknya ini, dan sebenarnyalah Abu Bakar telah membawa hampir semua harta kekayaannya sebanyak 6.000 dirham. Karena ia bersiasat untuk menenangkan hati kakeknya. Ia meletakkan kerikil kerikil di lubang penyimpanan uang ayahnya dan menutupinya dengan kain. Setelah itu ia menuntun kakeknya yang telah buta tersebut dan meletakkan tangannya di lubang penyimpanan uang sambil berkata, "Inilah harta yang ditinggalkan untuk kami, Kakek!!"
Abu Quhafah meraba kerikil yang tertutup kain dalam lubang penyimpanan, dan menganggapnya sebagaiuang dirham yang cukup banyak.Karena itu ia berkata, "Baguslah kalau ia meninggalkan ini untuk kalian…!!"
Setelah bersembunyi selama tiga hari di Gua Tsur, Nabi SAW dan Abu Bakar memutuskan untuk berangkat ke Madinah. Asma mempersiapkan perbekalan, makanan dan minuman untuk perjalanan dia dan ayahnya, kemudian membawanya ke Gua Tsur. Tetapi ia lupa tidak membawa tali untuk mengikatkan perbekalan tersebut ke tunggangan, lantaran itu ia membelah dua ikat pinggangnya. Satu potong digunakan untuk mengikat perbekalan ke tunggangan, satunya lagi dipakainya sebagai ikat pinggang. Melihat apa yang dilakukannya ini, Nabi SAW menggelarinya "Dzaatun Nithaaqain" (yangmemiliki dua ikat pinggang).
Semua kejadian itu terjadi ketika Asma dalam keadaan hamil, bahkan suaminya, Zubair bin Awwam telah terlebih dahulu hijrah bersama kaum muslimin lainnya, sebagaimana diperintahkan Rasulullah SAW. Sungguh pengorbanan yang tidak terkira dari perempuan perkasa ini. Dan semua itu dilakukannya dengan ringan dan ikhlas, lantaran kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Beberapa hari berlalu sehabis kejadian itu, ketika itu Nabi SAW beserta Abu Bakar telah meninggalkan tenda Ummu Ma'bad, terdengar bunyi yang menggema seantero Makkah, bunyi syair yang diucapkan berulang-ulang, "Allah Penguasa Arsy melimpahkan pahala yang terbaik, dua orang yang lemah lembut lewat di tenda Ummu Ma'bad, mereka melanjutkan perjalanan sehabis singgah sejenak, sungguh beruntung orang yang menyertai Nabi Muhammad (SAW), ceritakan apa yang disingkirkan Allah dari kalian, lantaran perbuatan orang-orang yang tidak mendapatbalasan, Bani Ka'b benar-benar menjadi hina lantaran bawah umur gadisnya, tanah yang subur yaitu daerah dudukbagi mereka yang percaya, tanyalah saudari kalian wacana domba dan bejananya, bila kalian tanyakan domba itu tentu akan melihatnya…"
Hampir semua penduduk Makkah keluar dari rumahnya untuk mencari siapa gerangan yang mengucapkan syair tersebut, tetapi mereka tidak sanggup menemukan seorangpun. Padahal syair itu masih saja terang terdengar, dan mereka bisamengikuti jejak suaranya yang berpindah-pindah. Asma binti Abu Bakar juga keluar dari rumahnya, dan ia melihat sosok pria yang bergerak cepat di dataran rendah Makkah sambil melantunkan syair tersebut. Tidak berapa usang ia telah tampak di dataran tinggi Makkah, masih tetap melantunkan syair tersebut. Namun demikian hanya Asma yang melihatnya, sementara penduduk Makkah lainnya hanya menemukan jejak-jejaknya di pasir, dan juga jejak suaranya. Melihat gerakannya yang cepat, tentulah ia bukan insan biasa, layaknya jin saja atau malaikat, Wallahu alam. Yang jelas, dari syair-syair tersebut, Asma dan orang-orang muslim yang masih tinggal di Makkah mengetahui bahwa Nabi SAW berada dalam perjalanan ke Madinah, dan berada di jarak yang kondusif dari pengejaran kaum Quraisy.
Beberapa hari berlalu, sehabis suasana kota menjadi damai kembali lantaran hijrahnya Nabi SAW dan Abu Bakar, Asma dan saudara-saudaranya menyusul hijrah ke Madinah beserta beberapa orang muslim yang masih tertinggal. Setelah beberapa hari tinggal di Madinah, ia melahirkan seorang bayi pria yang diberi nama Abdullah. Kaum muslimin, baik dari kalangan Anshar ataupun Muhajirin menyambut bangga kelahiran Abdullah bin Zubair seakan memperoleh "durian runtuh", mereka mengelu-elukannya bahkan membawanya keliling kota Madinah melewati kampung-kampung orangYahudi. Apa sebabnya begitu "heboh" penyambutan kelahiran bayi Asma ini?
Orang-orang Yahudi di Madinah ternyata tidak bahagia dengan kehadiran Nabi SAW dan kaum Muhajirin di sana. Mereka menyampaikan bahwa dukun-dukun Yahudi telah menyihir orang-orang muslim tersebut sehingga mereka semua akan mandul. Karena itulah ketika Asma melahirkan putranya, kaum muslimin menyambutnya dengan gegap-gempita dan membawanya melewati kampung-kampung Yahudi untuk menandakan bahwa apa yang mereka katakan hanyalah kebohongan semata-mata.
Asma sempat mengalami masa-masa sulit dalam kehidupannya, kemudian berbalik menjadi kelimpahan, tetapi semua itu tidak merubah kesalehannya dan ia tetap teguh memegang kebenaran. Allah memanjangkan usia Asma dan ia mengalami masa-masa fitnah, sampai ketika beralihnya kekuasaan ke tangan dinasti Bani Umayyah. Ketika iamelahirkan putranya, Abdullah bin Zubair, dan putranya tersebut dibawa kepada Rasulullah SAW, dia melihat suatu citra jalan kehidupan putranya tersebut, dia bersabda wacana Abdullah bin Zubair, "Dia laksana domba, yang dikelilingi oleh harimau yang berbulu domba….!!"
Setelah kejadian Karbala dan Harrah di Madinah, disusul kemudian dengan janjkematian Yazid bin Muawiyah, masyarakat Hijaz dan sekitarnya memba'iat putra Asma, Abdullah bin Zubair, sebagai khalifah dengan kedudukannya di kota Makkah. Sementara di Syam, Bani Umayyah mengangkat Marwan bin Hakam, kemudian digantikan olehputranya, Abdul Malik bin Marwan. Khalifah Abdul Malik ini membentuk pasukan besar berkekuatan 40.000 orang dengan komandannya yang bengis dan kejam, Hajjaj bin Yusuf ats Tsaqafi, untuk menyerang Makkah, khususnya untuk membunuh Abdullah bin Zubair.
Pasukan Syam ini melaksanakan pengepungan kota Makkah selama berbulan-bulan sambil menyerangnya dengan manjaniq (katapel besar dengan peluru batu-batuan dan terkadang berapi), sehingga sebagian Masjidil Haram dan Ka'bah mengalami kerusakan.Akibat pengepungan ini, sebagian besar anggota pasukan Ibnu Zubair mengalah atau membelot ke pasukan Hajjaj lantaran kekurangan makanan dan kelaparan. Tetapi ada juga lantaran aneka macam proposal kenikmatan duniawiah yang ditawarkan oleh Hajjaj.
Para pengikut yang setia mendampingi Ibnu Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma binti Abu Bakar yang telah berusia sekitar 97 tahun dan telah buta matanya, untuk mendiskusikan problem yang dihadapinya.
Ibnu Zubair menceritakan situasi yang sedang dihadapinya itu kepada ibunya, dan aneka macam kemungkinan yang terjadi pada pasukan yang dipimpinnya, yang jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma jadi teringat dengan "ramalan" Nabi SAW ketika melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah SAW untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut.
Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma berkata, "Demi Allah, wahai anakku, engkau lebih tahu wacana dirimu. Jika engkau berada di jalan kebenaran, danengkau menyeru kepada kebenaran tersebut, teruskanlah langkahmu, sahabat-sahabatmu telah banyak yang gugur demi kebenaran tersebut. Janganlah engkau mau dipermainkan oleh budak-budak Bani Umayyah. Tetapi bila sebaliknya, engkau hanya menginginkan dunia, engkau yaitu seburuk-buruknya orang yang mencelakakan dirimu sendiri dan juga orang-orang yang berjihad bersamamu…"
Tentu saja Abdullah bin Zubair bukan tipe yang kedua, yang hanya mementingkan kepentingan duniawiah. Ketika ia menyatakan kekhawatirannya bahwa Hajjaj akan menyalib dan menyayat-nyayat tubuhnya sehabis kematiannya, dengan tegas ibu yang perkasa ini berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya kambing itu sama sekali tidak mencicipi sakitnya dikuliti sehabis ia disembelih. Teruskanlah langkahmu, dan mintalah petolongan kepada Allah…!!"
Abdullah bin Zubair menjadi lega, lantaran sesungguhnya yang dikhawatirkan yaitu perasaan ibunya. Sesaat kemudian Asma berkata lagi kepada putranya, "Aku memohon kepada Allah, supaya ketabahan hatiku ini menjadi kebaikan bagimu, baik engkau yang mendahului saya menghadap Allah, atau saya yang mendahuluimu…."
Sesaat kemudian Asma berdoa, "Ya Allah, supaya ibadahnya sepanjang malam, dan puasanya sepanjang siang, serta baktinya kepada dua orang tuanya, Engkau menerimanya disertai dengan cucuran Rahmat-Mu. Ya Allah, saya serahkan segala sesuatutentang dirinya kepada kekuasaan-Mu, dan saya rela mendapatkan keputusan-Mu. Ya Allah, berilah saya pahala atas segala perbuatan Abdullah bin Zubair ini, pahalanya orang-orang yang sabar dan bersyukur…."
Dengan ucapan dan doa yang dipanjatkan ibunya ini, langkah dan hati Ibnu Zubair terasa lepas, tidak adalagi ganjalan apapun pada dirinya untuk memperoleh kesyahidan yang didambakannya.Mereka berpelukan, dan demi diketahuinya bahwa anaknya masih menggunakan baju besi, Asma memerintahkan untuk melepaskannya, sambil berkata, "Apa-apaan ini Abdullah..!! Orang yang menggunakan ini, hanyalah mereka yang tidak menginginkan apa yang sebetulnya engkau inginkan…!!"
Ibnu Zubairpun melepaskan baju besi yang dipakaianya. Setelah mengucapkan salam perpisahan dengan ibunya, ia bersama sisa pasukannya yang tidakseberapa terjun menghadapi pasukan Hajjaj. Dan menyerupai telah diperkirakan, mereka menemui syahidnya di Tanah Haram Makkah, dan Hajjaj menyalib serta menyayat tubuhnya. Asma dengan tegar bangun di daerah penyaliban putranya, sambil terus mendoakan ampunan bagi dirinya. Sementara itu Hajjaj mendekati Asma sambil berendah diri dan berkata, "Wahai Ibu, Amirul mukminin Abdul Malik bin Marwan memberiku wasiat untuk memperlakukan ibu dengan baik…maka, apakah ada keperluan ibu kepada kami?"
Dengan bunyi tegas berwibawa, Asma berkata, "Aku bukan ibumu, saya yaitu ibu dari orang yang engkau salib dalam tiang karapan itu….Hanya saya ingin memberikan satu ucapan Rasulullah SAW kepadamu, dia bersabda : ' Akan muncul dari Tsaqif, seorang pembohong dan seorang durjana/bengis…'Tentang siapa pembohong itu, telah kita ketahui bersama..(yakni, Mukhtar binAbi Ubaid ats Tsaqafi yang mengaku sebagai nabi). Sedangkan sang durjana/bengis, sepengetahuankuadalahengkau orangnya….!!"
Hajjaj tidak berkutik dengan perkataan Asma ini dan ia berpaling pergi. Kemudian Asma memerintahkan untuk menurunkan mayat anaknya dan menguburkan dengan layak. Tetapi sebagian riwayat lain menyebutkan, Hajjaj memenggal kepala Ibnu Zubair, dan mempersembahkannya kepada Abdul Malik bin Marwan di Syam.
Asma binti Abu Bakar wafat beberapa hari sehabis janjkematian putranya tersebut, yakni tanggal 17 Jumadil Awal tahun 73 hijriah. Menurut sebagian riwayat, ia merupakan sahabiah (sahabat wanita) yang paling terakhir meninggal dunia.
Asma binti Abu Bakar, yaitu putri Abu Bakar dari istrinya, Qutailah binti Abdul Uzza al Amiriyyah yang telah diceraikan semasa jahiliah. Ia lebih bau tanah sepuluh tahun dari adiknya Aisyah RA, salah satu dari Ummahatul Mukminin. Ketika Abu Bakar dan Rasulullah SAW berangkat hijrah ke Madinah, mereka berdua bersembunyi di Gua Tsur selama tiga hari. Kaum Quraisy yang kehilangan jejak mereka berdua mendatangi rumah Abu Bakar, begitu pintu dibuka oleh Asma binti Abu Bakar, Abu Jahal berkata, "Dimana ayahmu??"
"Demi Allah, saya tidak tahu dimana ayahku berada…!!" Kata Asma.
Abu Jahal sangat murka dengan jawaban singkat ini, ia mengangkat tangannya dan menampar dengan keras pipi Asma sehingga anting-antingnya terlepas. Setelah itu mereka berlalu dan memerintahkan untuk memblokadesemua jalan keluar dari Makkah.
Tidak usang kemudian, kakeknya Abu Quhafah, ayah dari Abu Bakar, mendatangi cucunya tersebut lantaran ia mendengar kalau Abu Bakar telah meninggalkan Kota Makkah. Ia khawatir kalau cucu-cucunya terlantar sehabis ditinggal pergi ayahnya. Ia menanyakan kepada Asma wacana harta yang ditinggalkan untuk biaya kehidupan mereka. Asma sangat memahami kekhawatiran yang dirasakan oleh kakeknya ini, dan sebenarnyalah Abu Bakar telah membawa hampir semua harta kekayaannya sebanyak 6.000 dirham. Karena ia bersiasat untuk menenangkan hati kakeknya. Ia meletakkan kerikil kerikil di lubang penyimpanan uang ayahnya dan menutupinya dengan kain. Setelah itu ia menuntun kakeknya yang telah buta tersebut dan meletakkan tangannya di lubang penyimpanan uang sambil berkata, "Inilah harta yang ditinggalkan untuk kami, Kakek!!"
Abu Quhafah meraba kerikil yang tertutup kain dalam lubang penyimpanan, dan menganggapnya sebagaiuang dirham yang cukup banyak.Karena itu ia berkata, "Baguslah kalau ia meninggalkan ini untuk kalian…!!"
Setelah bersembunyi selama tiga hari di Gua Tsur, Nabi SAW dan Abu Bakar memutuskan untuk berangkat ke Madinah. Asma mempersiapkan perbekalan, makanan dan minuman untuk perjalanan dia dan ayahnya, kemudian membawanya ke Gua Tsur. Tetapi ia lupa tidak membawa tali untuk mengikatkan perbekalan tersebut ke tunggangan, lantaran itu ia membelah dua ikat pinggangnya. Satu potong digunakan untuk mengikat perbekalan ke tunggangan, satunya lagi dipakainya sebagai ikat pinggang. Melihat apa yang dilakukannya ini, Nabi SAW menggelarinya "Dzaatun Nithaaqain" (yangmemiliki dua ikat pinggang).
Semua kejadian itu terjadi ketika Asma dalam keadaan hamil, bahkan suaminya, Zubair bin Awwam telah terlebih dahulu hijrah bersama kaum muslimin lainnya, sebagaimana diperintahkan Rasulullah SAW. Sungguh pengorbanan yang tidak terkira dari perempuan perkasa ini. Dan semua itu dilakukannya dengan ringan dan ikhlas, lantaran kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya.
Beberapa hari berlalu sehabis kejadian itu, ketika itu Nabi SAW beserta Abu Bakar telah meninggalkan tenda Ummu Ma'bad, terdengar bunyi yang menggema seantero Makkah, bunyi syair yang diucapkan berulang-ulang, "Allah Penguasa Arsy melimpahkan pahala yang terbaik, dua orang yang lemah lembut lewat di tenda Ummu Ma'bad, mereka melanjutkan perjalanan sehabis singgah sejenak, sungguh beruntung orang yang menyertai Nabi Muhammad (SAW), ceritakan apa yang disingkirkan Allah dari kalian, lantaran perbuatan orang-orang yang tidak mendapatbalasan, Bani Ka'b benar-benar menjadi hina lantaran bawah umur gadisnya, tanah yang subur yaitu daerah dudukbagi mereka yang percaya, tanyalah saudari kalian wacana domba dan bejananya, bila kalian tanyakan domba itu tentu akan melihatnya…"
Hampir semua penduduk Makkah keluar dari rumahnya untuk mencari siapa gerangan yang mengucapkan syair tersebut, tetapi mereka tidak sanggup menemukan seorangpun. Padahal syair itu masih saja terang terdengar, dan mereka bisamengikuti jejak suaranya yang berpindah-pindah. Asma binti Abu Bakar juga keluar dari rumahnya, dan ia melihat sosok pria yang bergerak cepat di dataran rendah Makkah sambil melantunkan syair tersebut. Tidak berapa usang ia telah tampak di dataran tinggi Makkah, masih tetap melantunkan syair tersebut. Namun demikian hanya Asma yang melihatnya, sementara penduduk Makkah lainnya hanya menemukan jejak-jejaknya di pasir, dan juga jejak suaranya. Melihat gerakannya yang cepat, tentulah ia bukan insan biasa, layaknya jin saja atau malaikat, Wallahu alam. Yang jelas, dari syair-syair tersebut, Asma dan orang-orang muslim yang masih tinggal di Makkah mengetahui bahwa Nabi SAW berada dalam perjalanan ke Madinah, dan berada di jarak yang kondusif dari pengejaran kaum Quraisy.
Beberapa hari berlalu, sehabis suasana kota menjadi damai kembali lantaran hijrahnya Nabi SAW dan Abu Bakar, Asma dan saudara-saudaranya menyusul hijrah ke Madinah beserta beberapa orang muslim yang masih tertinggal. Setelah beberapa hari tinggal di Madinah, ia melahirkan seorang bayi pria yang diberi nama Abdullah. Kaum muslimin, baik dari kalangan Anshar ataupun Muhajirin menyambut bangga kelahiran Abdullah bin Zubair seakan memperoleh "durian runtuh", mereka mengelu-elukannya bahkan membawanya keliling kota Madinah melewati kampung-kampung orangYahudi. Apa sebabnya begitu "heboh" penyambutan kelahiran bayi Asma ini?
Orang-orang Yahudi di Madinah ternyata tidak bahagia dengan kehadiran Nabi SAW dan kaum Muhajirin di sana. Mereka menyampaikan bahwa dukun-dukun Yahudi telah menyihir orang-orang muslim tersebut sehingga mereka semua akan mandul. Karena itulah ketika Asma melahirkan putranya, kaum muslimin menyambutnya dengan gegap-gempita dan membawanya melewati kampung-kampung Yahudi untuk menandakan bahwa apa yang mereka katakan hanyalah kebohongan semata-mata.
Asma sempat mengalami masa-masa sulit dalam kehidupannya, kemudian berbalik menjadi kelimpahan, tetapi semua itu tidak merubah kesalehannya dan ia tetap teguh memegang kebenaran. Allah memanjangkan usia Asma dan ia mengalami masa-masa fitnah, sampai ketika beralihnya kekuasaan ke tangan dinasti Bani Umayyah. Ketika iamelahirkan putranya, Abdullah bin Zubair, dan putranya tersebut dibawa kepada Rasulullah SAW, dia melihat suatu citra jalan kehidupan putranya tersebut, dia bersabda wacana Abdullah bin Zubair, "Dia laksana domba, yang dikelilingi oleh harimau yang berbulu domba….!!"
Setelah kejadian Karbala dan Harrah di Madinah, disusul kemudian dengan janjkematian Yazid bin Muawiyah, masyarakat Hijaz dan sekitarnya memba'iat putra Asma, Abdullah bin Zubair, sebagai khalifah dengan kedudukannya di kota Makkah. Sementara di Syam, Bani Umayyah mengangkat Marwan bin Hakam, kemudian digantikan olehputranya, Abdul Malik bin Marwan. Khalifah Abdul Malik ini membentuk pasukan besar berkekuatan 40.000 orang dengan komandannya yang bengis dan kejam, Hajjaj bin Yusuf ats Tsaqafi, untuk menyerang Makkah, khususnya untuk membunuh Abdullah bin Zubair.
Pasukan Syam ini melaksanakan pengepungan kota Makkah selama berbulan-bulan sambil menyerangnya dengan manjaniq (katapel besar dengan peluru batu-batuan dan terkadang berapi), sehingga sebagian Masjidil Haram dan Ka'bah mengalami kerusakan.Akibat pengepungan ini, sebagian besar anggota pasukan Ibnu Zubair mengalah atau membelot ke pasukan Hajjaj lantaran kekurangan makanan dan kelaparan. Tetapi ada juga lantaran aneka macam proposal kenikmatan duniawiah yang ditawarkan oleh Hajjaj.
Para pengikut yang setia mendampingi Ibnu Zubair makin sedikit, dan ia mengkhawatirkan keselamatan mereka. Tetapi mereka ini tidak mau meninggalkannya sendirian sebagaimana teman-temannya walau nyawa harus menjadi taruhannya. Abdullah bin Zubair menemui ibunya, Asma binti Abu Bakar yang telah berusia sekitar 97 tahun dan telah buta matanya, untuk mendiskusikan problem yang dihadapinya.
Ibnu Zubair menceritakan situasi yang sedang dihadapinya itu kepada ibunya, dan aneka macam kemungkinan yang terjadi pada pasukan yang dipimpinnya, yang jumlahnya memang sangat sedikit. Mendengar penuturan putranya tersebut, Asma jadi teringat dengan "ramalan" Nabi SAW ketika melahirkannya. Inilah masa yang digambarkan oleh Rasulullah SAW untuk putranya, dan ternyata ia ditakdirkan untuk menyaksikan kejadian tragis tersebut.
Sebagai seorang ibu yang berhati tegar dan sangat teguh memegang kebenaran, Asma berkata, "Demi Allah, wahai anakku, engkau lebih tahu wacana dirimu. Jika engkau berada di jalan kebenaran, danengkau menyeru kepada kebenaran tersebut, teruskanlah langkahmu, sahabat-sahabatmu telah banyak yang gugur demi kebenaran tersebut. Janganlah engkau mau dipermainkan oleh budak-budak Bani Umayyah. Tetapi bila sebaliknya, engkau hanya menginginkan dunia, engkau yaitu seburuk-buruknya orang yang mencelakakan dirimu sendiri dan juga orang-orang yang berjihad bersamamu…"
Tentu saja Abdullah bin Zubair bukan tipe yang kedua, yang hanya mementingkan kepentingan duniawiah. Ketika ia menyatakan kekhawatirannya bahwa Hajjaj akan menyalib dan menyayat-nyayat tubuhnya sehabis kematiannya, dengan tegas ibu yang perkasa ini berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya kambing itu sama sekali tidak mencicipi sakitnya dikuliti sehabis ia disembelih. Teruskanlah langkahmu, dan mintalah petolongan kepada Allah…!!"
Abdullah bin Zubair menjadi lega, lantaran sesungguhnya yang dikhawatirkan yaitu perasaan ibunya. Sesaat kemudian Asma berkata lagi kepada putranya, "Aku memohon kepada Allah, supaya ketabahan hatiku ini menjadi kebaikan bagimu, baik engkau yang mendahului saya menghadap Allah, atau saya yang mendahuluimu…."
Sesaat kemudian Asma berdoa, "Ya Allah, supaya ibadahnya sepanjang malam, dan puasanya sepanjang siang, serta baktinya kepada dua orang tuanya, Engkau menerimanya disertai dengan cucuran Rahmat-Mu. Ya Allah, saya serahkan segala sesuatutentang dirinya kepada kekuasaan-Mu, dan saya rela mendapatkan keputusan-Mu. Ya Allah, berilah saya pahala atas segala perbuatan Abdullah bin Zubair ini, pahalanya orang-orang yang sabar dan bersyukur…."
Dengan ucapan dan doa yang dipanjatkan ibunya ini, langkah dan hati Ibnu Zubair terasa lepas, tidak adalagi ganjalan apapun pada dirinya untuk memperoleh kesyahidan yang didambakannya.Mereka berpelukan, dan demi diketahuinya bahwa anaknya masih menggunakan baju besi, Asma memerintahkan untuk melepaskannya, sambil berkata, "Apa-apaan ini Abdullah..!! Orang yang menggunakan ini, hanyalah mereka yang tidak menginginkan apa yang sebetulnya engkau inginkan…!!"
Ibnu Zubairpun melepaskan baju besi yang dipakaianya. Setelah mengucapkan salam perpisahan dengan ibunya, ia bersama sisa pasukannya yang tidakseberapa terjun menghadapi pasukan Hajjaj. Dan menyerupai telah diperkirakan, mereka menemui syahidnya di Tanah Haram Makkah, dan Hajjaj menyalib serta menyayat tubuhnya. Asma dengan tegar bangun di daerah penyaliban putranya, sambil terus mendoakan ampunan bagi dirinya. Sementara itu Hajjaj mendekati Asma sambil berendah diri dan berkata, "Wahai Ibu, Amirul mukminin Abdul Malik bin Marwan memberiku wasiat untuk memperlakukan ibu dengan baik…maka, apakah ada keperluan ibu kepada kami?"
Dengan bunyi tegas berwibawa, Asma berkata, "Aku bukan ibumu, saya yaitu ibu dari orang yang engkau salib dalam tiang karapan itu….Hanya saya ingin memberikan satu ucapan Rasulullah SAW kepadamu, dia bersabda : ' Akan muncul dari Tsaqif, seorang pembohong dan seorang durjana/bengis…'Tentang siapa pembohong itu, telah kita ketahui bersama..(yakni, Mukhtar binAbi Ubaid ats Tsaqafi yang mengaku sebagai nabi). Sedangkan sang durjana/bengis, sepengetahuankuadalahengkau orangnya….!!"
Hajjaj tidak berkutik dengan perkataan Asma ini dan ia berpaling pergi. Kemudian Asma memerintahkan untuk menurunkan mayat anaknya dan menguburkan dengan layak. Tetapi sebagian riwayat lain menyebutkan, Hajjaj memenggal kepala Ibnu Zubair, dan mempersembahkannya kepada Abdul Malik bin Marwan di Syam.
Asma binti Abu Bakar wafat beberapa hari sehabis janjkematian putranya tersebut, yakni tanggal 17 Jumadil Awal tahun 73 hijriah. Menurut sebagian riwayat, ia merupakan sahabiah (sahabat wanita) yang paling terakhir meninggal dunia.
0 Komentar untuk "Asma Binti Bubuk Bakar Radhiyallahu 'Anha"