Abdullah Bin Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu
Abdullah bin Mas’ud yakni seorang sobat Muhajirin dari Bani Zahrah, termasuk dalam sobat as sabiqunal awwalin, sobat yang memeluk Islam pada masa awal didakwahkan. Perawakan tubuhnya pendek dan kurus, tidak ibarat umumnya orang-orang Arab di masanya. Tetapi dalam hal ilmu-ilmu keislaman, khususnya dalam hal Al Qur’an, ia jauh melampaui para sobat pada umumnya. Kisah keislamannya cukup unik, alasannya ia melihat dan mengalami secara pribadi mu’jizat Rasulullah SAW.
Ketika masih remaja, Abdullah bin Mas'ud bekerja mengembalakan kambing milik Uqbah bin Abi Mu'aith, salah seorang tokoh Quraisy yang sangat memusuhi Nabi SAW. Suatu ketika ketika sedang bekerja di suatu padang, dia didatangi oleh Rasulullah SAW dan Abu Bakar yang sedang kehausan dan meminta susu. Tetapi alasannya hanya melakukan amanah mengembalakan, Abdullah bin Mas'ud pun tidak bisa memenuhi usul itu. Karena memang sedang kehausan, Rasulullah SAW meminta/meminjam anak kambing betina yang belum digauli pejantan, yang tentunya mustahil mengeluarkan air susu.
Ibnu Mas’ud sampaumur memenuhi usul dia tersebut. Setelah anak kambing itu diletakkan di depan Nabi SAW, dia mengikat dan mengusap susunya dan berdoa dengan kata-kata yang tidak difahami Ibnu Mas'ud. Sungguh ajaib, kantung susunya jadi penuh dengan air susu, Abu Bakar tiba dengan membawa kerikil cekung, dan memerah air susunya, Abu Bakar meminum susu tersebut hingga kenyang, kemudian memerah lagi dan memperlihatkan kepada Ibnu Mas'ud. Dan terakhir Abu Bakar memerah lagi untuk Rasulullah SAW. Setelah selesai minum, dia berkata, "Mengempislah!!"
Seketika kantung susu anak kambing itu mengempis kembali ibarat semula, dan ia berlari kembali ke kumpulannya.
Ibnu Mas'ud sangat takjub melihat pemandangan tersebut, ia mendekati Rasulullah SAW dan minta diajarkan kata-kata yang diucapkan Nabi SAW tersebut. Maka dia memberikan perihal risalah Islamiah yang dia bawa, dan seketika itu Abdullah bin Mas'ud memeluk Islam.
Nabi SAW memandang cukup intens kepadanya, kemudian bersabda, "Engkau akan menjadi seorang yang terpelajar..!!"
Tentu saja Ibnu Mas'ud tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Nabi SAW, apalagi ketika itu ia hanyalahseorang miskin yang mencari upah dengan menggembala kambing milik orang lain. Tetapi di sela-sela waktu senggangnya, ia selalu mendatangi majelis pengajaran Nabi SAW yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, semenjak sebelum dia memakai rumah Arqam bin Abi Arqam. Sedikit demi sedikit pengetahuannya makin bertambah, bahkan dengan cepat ia bisa menghafal dan menguasai wahyu-wahyu, yakni Al Qur’an.
Suatu ketika Rasullullah SAW ingin ada seseorang yang membacakan Al Qur'an kepada orang-orang Quraisy alasannya mereka belum pernah mendengarnya, dan ternyata Abdullah bin Mas'ud yang mengajukan dirinya. Tetapi Nabi SAW mengkhawatirkan keselamatannya, dia ingin orang lain saja, yang memiliki kerabat kaum Quraisy, yang bisamemberikan sumbangan kalau ia disiksa. Tetapi Ibnu Mas'ud tetap mengajukan diri, bahkan setengah memaksa, sambil berkata, "Biarkanlah saya, ya Rasulullah, Allah niscaya akan membela saya…!!”
Sungguh suatu semangat besar yang didorong jiwa muda yang berapi-api, sehingga kurang mempertimbangkan keselamatan dirinya. Dan tanpa menunggu lagi, ia berjalan ke majelis pertemuan kaum Quraisy di dekat Ka'bah, dan Nabi SAW membiarkannya. Sampai di sana, ia berdiri di panggung atau mimbar di mana orang-orang Quraisy biasanya melantunkan syair-syair mereka, dan mulai membaca ayat-ayat Qur'an dengan mengeraskan suaranya. Yang dibacanya yakni Surah ar Rahman. Orang-orang kafir itu memperhatikan dirinya sambil bertanya, "Apa yang dibaca oleh Ibnu Ummi Abdin itu?"
Saat itu mereka belum mengetahui kalau Ibnu Mas’ud telah memeluk Islam, jadi mereka membiarkannya saja untuk beberapa ketika lamanya.
Salah satu dari orang Quraisy itu tiba-tiba berkata, "Sungguh, yang dibacanya itu yakni apa yang dibaca oleh Muhammad…!!"
Merekapun bangun menghampiri, dan memukulinya hingga babak belur. Namun selama dipukuli, ia tidak segera menghentikan bacaannya sebatas ia masih bisa melantunkannya. Ketika mereka berhenti memukulinya, ia segera kembali ke kawasan Nabi SAW dan para sobat berkumpul.Melihat keadaan tubuhnya yang tidak karuan akhir pukulan-pukulan tersebut, salah seorang sobat berkata, "Inilah yang kami khawatirkan akan terjadi pada dirimu!!"
Tetapi dengan tegar Ibnu Mas'ud berkata, "Sekarang ini tak ada lagi yang lebih gampang bagiku daripada menghadapi musuh-musuh Allah tersebut. Jika tuan-tuan menghendaki, esok saya akan mendatangi mereka lagi dan membacakan lagi surah lainnya…"
Mereka berkata, "Cukuplah sudah, engkau telah membacakan hal yang tabu atas mereka…!!"
Nabi SAW hanya tersenyum melihat perbincangan di antara sahabat-sahabat beliau, tanpa banyak memperlihatkan komentar apa-apa.
Peristiwa tersebut menjadi mengambarkan awal dari apa yang diramalkan oleh Rasulullah SAW, ia akan menjadi seorang yang terpelajar, yakni dalam bidang Al Qur'an dan ilmu keislaman lainnya. Sungguh suatu lompatan besar, dari seorang buruh upahan penggembala kambing, miskin dan terlunta-lunta, tiba-tiba menjadi seseorang yang ilmunya diperlukan banyak orang, khususnya dalam bidang Al Qur'an.
Ia memang hampir tidak pernah terpisah dengan Rasulullah SAW, pengetahuannya terus tumbuh dan berkembang dalam bimbingan beliau. Ia mendengar 70 surah Al Qur'an pribadi dari verbal Rasulullah SAW, dan tidak ada sobat lainnya yang sebanyak itu mendengar pribadi dari Nabi SAW. Ia juga selalu merekam (mengingat) insiden demi insiden yang bekerjasama dengan surah-surah Al Qur'an. Jika ia mendengar kabar perihal seseorang yang mengetahui suatu insiden yang bekerjasama dengan Al Qur'an, yang ia belum mengetahuinya, segera saja ia memacu untanya untuk menemui orang tersebut demi melengkapi pemahamannya.
Tentang kemampuannya di bidang Al Qur'an, Nabi SAW bersabda, "Barang siapa yang ingin mendengar Al Qur'an sempurna ibarat ketika diturunkannya, hendaknya ia mendengarbacaan Al Qur'an Ibnu Ummi Abdin (yakni, Abdullah bin Mas'ud). Barang siapa ingin membaca Al Qur'an sempurna ibarat ketika diturunkan, hendaklah ia membaca ibarat bacaan Ibnu Ummi Abdin…" Beliau juga pernah bersabda, "Berpegang teguhlah kalian kepada ilmu yang diberikan oleh Ibnu Ummi Abdin…"
Bahkan tak jarang Nabi SAW memerintahkan Abdullah bin Mas'ud untuk membacakan suatu surah untuk beliau, dan dia akan memerintahkannya berhenti sesudah dia tak sanggup menahan tangis alasannya mendengar bacaannya. Beliau seolah dibawa "bernostalgia" dengan suasana ketika ayat tersebut diturunkan, alasannya bacaannya memang sempurna ibarat ketika ayat-ayat Al Qur’an itu diturunkan.
Secara penampilan fisik, mungkin Abdullah bin Mas'ud tidak meyakinkan. Perawakan tubuhnya kurus dan kecil, tidak terlalu tinggi, kedua betisnya kecil dan kempes sehingga pernah menjadi materi tertawaan beberapa sahabat. Hal itu terjadi ketika ia sedang memanjat dan memetik dahan pohon arak untuk dipakai sikat gigi (siwak) oleh Nabi SAW. Melihat perilaku mereka ini, dia bersabda, "Tuan-tuan mentertawakan kedua betis Ibnu Mas'ud, padahal di sisi Allah, timbangan (kebaikan) keduanyalebih berat daripada gunung Uhud…."
Abdullah bin Mas'ud tidak pernah tertinggal mengikuti pertempuran bersama Rasulullah SAW, begitu juga beberapa pertempuran pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar.
Ketika perang Badar usai, Nabi SAW ingin mengetahui keadaan Abu Jahal, maka Abdullah bin Mas'ud pun beranjak pergi mencarinya, begitu juga beberapa sobat lainnya. Sebenarnya ketika pertempuran berlangsung, beliautelah didatangi dua cowok Anshar, Mu'adz bin Amr bin Jamuh dan Muawwidz bin Afra. Mereka berdua mengakutelah membunuh Abu Jahal. Setelah menyelidiki pedang kedua cowok tersebut, dia pun membenarkan pengakuanmereka. Hanya saja dia ingin memperoleh kejelasan informasinya dan kepastian kematiannya.
Ibnu Mas'ud bergerak di antara mayat yang bergelimpangan, dan kesudahannya menemukan badan Abu Jahal, yang masih sekarat, nafasnya tinggal satu-satu. Tubuh Ibnu Mas'ud yang kecil berdiri di atas badan Abu Jahal yang kokoh kekar terkapar. Ia menginjak leher Abu Jahal dan memegang jenggotnya untuk mendongakkan kepalanya, dan berkata, "Apakah Allah telah menghinakanmu, wahai musuh Allah!!"
"Dengan apa ia menghinakan aku? Apakah saya menjadi hina alasannya menjadi orang yang kalian bunuh? Atau justru orang yang kalian bunuh itu lebih terhormat? Andai saja bukan pembajak tanah yang telah membunuhku…"
Memang, dua cowok Anshar yang membunuhnya yakni para pekerja kebun kurma. Mungkin ia merasa lebih berharga kalau saja yang membunuhnya yakni seorang hero perang ibarat Hamzah atau Umar. Kemudian ia berkata kepada Ibnu Mas'ud yang masih menginjak lehernya, "Aku sudah naik tangga yang sulit, wahai penggembala kambing…."
Ibnu Mas'ud mengerti maksud Abu Jahal, ia melepaskan injakan pada lehernya. Tak berapa usang kemudian Abu Jahal tewas, ia memenggal kepala Abu Jahal dan membawanya kepada Nabi SAW.Sampai di hadapan beliau, ia berkata, "Wahai Rasulullah, ini kepala musuh Allah, Abu Jahal…!"
"Demi Allah yang tiada Ilah selain Dia," Beliau mengucap tiga kali, kemudian bersabda lagi, "Allahu Akbar, segala puji bagi Allah yangtelah memenuhi janjiNya, menolong hambaNya dan mengalahkan pasukan musuhNya…"
Ada suatu insiden berkesan pada Perang Tabuk yang selalu menjadi impian dan angan-angan Abdullah bin Mas’ud. Suatu malam ia terbangun dan ia melihat ada nyala api di arah pinggir perkemahan. Ia berjalan ke perapian tersebut, dan ia melihat tiga orang bersahabat, Nabi SAW, Abu Bakar danUmar bin Khaththab sedang memakamkan mayat salah seorang sahabat, Abdullah Dzulbijadain al Muzanni. Nabi SAW berada di lubang kuburan, Abu Bakar dan Umar berada di atas. Ia mendengar dia bersabda, "Ulurkanlah kepadaku lebih dekat…!!"
Nabi SAW mendapatkan mayat Abdullah tersebut dan meletakkan di liang lahat, kemudian dia berdo'a, "Ya Allah, saya telah ridha padanya, maka ridhai pula ia olehMu..!!"
Melihat pemandangan tersebut, Ibnu Mas'ud berkata,"Alangkah baiknya kalau akulah pemilik liang kubur itu…."
Namun ternyata keinginannya tidak terpenuhi alasannya tiga orang mulia yang terbaik tersebut mendahuluinya menghadap Allah. Ia wafat pada zaman khalifah Utsman, dan dalam satu riwayat disebutkan, yang memimpin (mengimami) shalat jenazahnya yakni sobat Ammar bin Yasir.
Abdullah bin Mas’ud yakni seorang sobat Muhajirin dari Bani Zahrah, termasuk dalam sobat as sabiqunal awwalin, sobat yang memeluk Islam pada masa awal didakwahkan. Perawakan tubuhnya pendek dan kurus, tidak ibarat umumnya orang-orang Arab di masanya. Tetapi dalam hal ilmu-ilmu keislaman, khususnya dalam hal Al Qur’an, ia jauh melampaui para sobat pada umumnya. Kisah keislamannya cukup unik, alasannya ia melihat dan mengalami secara pribadi mu’jizat Rasulullah SAW.
Ketika masih remaja, Abdullah bin Mas'ud bekerja mengembalakan kambing milik Uqbah bin Abi Mu'aith, salah seorang tokoh Quraisy yang sangat memusuhi Nabi SAW. Suatu ketika ketika sedang bekerja di suatu padang, dia didatangi oleh Rasulullah SAW dan Abu Bakar yang sedang kehausan dan meminta susu. Tetapi alasannya hanya melakukan amanah mengembalakan, Abdullah bin Mas'ud pun tidak bisa memenuhi usul itu. Karena memang sedang kehausan, Rasulullah SAW meminta/meminjam anak kambing betina yang belum digauli pejantan, yang tentunya mustahil mengeluarkan air susu.
Ibnu Mas’ud sampaumur memenuhi usul dia tersebut. Setelah anak kambing itu diletakkan di depan Nabi SAW, dia mengikat dan mengusap susunya dan berdoa dengan kata-kata yang tidak difahami Ibnu Mas'ud. Sungguh ajaib, kantung susunya jadi penuh dengan air susu, Abu Bakar tiba dengan membawa kerikil cekung, dan memerah air susunya, Abu Bakar meminum susu tersebut hingga kenyang, kemudian memerah lagi dan memperlihatkan kepada Ibnu Mas'ud. Dan terakhir Abu Bakar memerah lagi untuk Rasulullah SAW. Setelah selesai minum, dia berkata, "Mengempislah!!"
Seketika kantung susu anak kambing itu mengempis kembali ibarat semula, dan ia berlari kembali ke kumpulannya.
Ibnu Mas'ud sangat takjub melihat pemandangan tersebut, ia mendekati Rasulullah SAW dan minta diajarkan kata-kata yang diucapkan Nabi SAW tersebut. Maka dia memberikan perihal risalah Islamiah yang dia bawa, dan seketika itu Abdullah bin Mas'ud memeluk Islam.
Nabi SAW memandang cukup intens kepadanya, kemudian bersabda, "Engkau akan menjadi seorang yang terpelajar..!!"
Tentu saja Ibnu Mas'ud tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Nabi SAW, apalagi ketika itu ia hanyalahseorang miskin yang mencari upah dengan menggembala kambing milik orang lain. Tetapi di sela-sela waktu senggangnya, ia selalu mendatangi majelis pengajaran Nabi SAW yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, semenjak sebelum dia memakai rumah Arqam bin Abi Arqam. Sedikit demi sedikit pengetahuannya makin bertambah, bahkan dengan cepat ia bisa menghafal dan menguasai wahyu-wahyu, yakni Al Qur’an.
Suatu ketika Rasullullah SAW ingin ada seseorang yang membacakan Al Qur'an kepada orang-orang Quraisy alasannya mereka belum pernah mendengarnya, dan ternyata Abdullah bin Mas'ud yang mengajukan dirinya. Tetapi Nabi SAW mengkhawatirkan keselamatannya, dia ingin orang lain saja, yang memiliki kerabat kaum Quraisy, yang bisamemberikan sumbangan kalau ia disiksa. Tetapi Ibnu Mas'ud tetap mengajukan diri, bahkan setengah memaksa, sambil berkata, "Biarkanlah saya, ya Rasulullah, Allah niscaya akan membela saya…!!”
Sungguh suatu semangat besar yang didorong jiwa muda yang berapi-api, sehingga kurang mempertimbangkan keselamatan dirinya. Dan tanpa menunggu lagi, ia berjalan ke majelis pertemuan kaum Quraisy di dekat Ka'bah, dan Nabi SAW membiarkannya. Sampai di sana, ia berdiri di panggung atau mimbar di mana orang-orang Quraisy biasanya melantunkan syair-syair mereka, dan mulai membaca ayat-ayat Qur'an dengan mengeraskan suaranya. Yang dibacanya yakni Surah ar Rahman. Orang-orang kafir itu memperhatikan dirinya sambil bertanya, "Apa yang dibaca oleh Ibnu Ummi Abdin itu?"
Saat itu mereka belum mengetahui kalau Ibnu Mas’ud telah memeluk Islam, jadi mereka membiarkannya saja untuk beberapa ketika lamanya.
Salah satu dari orang Quraisy itu tiba-tiba berkata, "Sungguh, yang dibacanya itu yakni apa yang dibaca oleh Muhammad…!!"
Merekapun bangun menghampiri, dan memukulinya hingga babak belur. Namun selama dipukuli, ia tidak segera menghentikan bacaannya sebatas ia masih bisa melantunkannya. Ketika mereka berhenti memukulinya, ia segera kembali ke kawasan Nabi SAW dan para sobat berkumpul.Melihat keadaan tubuhnya yang tidak karuan akhir pukulan-pukulan tersebut, salah seorang sobat berkata, "Inilah yang kami khawatirkan akan terjadi pada dirimu!!"
Tetapi dengan tegar Ibnu Mas'ud berkata, "Sekarang ini tak ada lagi yang lebih gampang bagiku daripada menghadapi musuh-musuh Allah tersebut. Jika tuan-tuan menghendaki, esok saya akan mendatangi mereka lagi dan membacakan lagi surah lainnya…"
Mereka berkata, "Cukuplah sudah, engkau telah membacakan hal yang tabu atas mereka…!!"
Nabi SAW hanya tersenyum melihat perbincangan di antara sahabat-sahabat beliau, tanpa banyak memperlihatkan komentar apa-apa.
Peristiwa tersebut menjadi mengambarkan awal dari apa yang diramalkan oleh Rasulullah SAW, ia akan menjadi seorang yang terpelajar, yakni dalam bidang Al Qur'an dan ilmu keislaman lainnya. Sungguh suatu lompatan besar, dari seorang buruh upahan penggembala kambing, miskin dan terlunta-lunta, tiba-tiba menjadi seseorang yang ilmunya diperlukan banyak orang, khususnya dalam bidang Al Qur'an.
Ia memang hampir tidak pernah terpisah dengan Rasulullah SAW, pengetahuannya terus tumbuh dan berkembang dalam bimbingan beliau. Ia mendengar 70 surah Al Qur'an pribadi dari verbal Rasulullah SAW, dan tidak ada sobat lainnya yang sebanyak itu mendengar pribadi dari Nabi SAW. Ia juga selalu merekam (mengingat) insiden demi insiden yang bekerjasama dengan surah-surah Al Qur'an. Jika ia mendengar kabar perihal seseorang yang mengetahui suatu insiden yang bekerjasama dengan Al Qur'an, yang ia belum mengetahuinya, segera saja ia memacu untanya untuk menemui orang tersebut demi melengkapi pemahamannya.
Tentang kemampuannya di bidang Al Qur'an, Nabi SAW bersabda, "Barang siapa yang ingin mendengar Al Qur'an sempurna ibarat ketika diturunkannya, hendaknya ia mendengarbacaan Al Qur'an Ibnu Ummi Abdin (yakni, Abdullah bin Mas'ud). Barang siapa ingin membaca Al Qur'an sempurna ibarat ketika diturunkan, hendaklah ia membaca ibarat bacaan Ibnu Ummi Abdin…" Beliau juga pernah bersabda, "Berpegang teguhlah kalian kepada ilmu yang diberikan oleh Ibnu Ummi Abdin…"
Bahkan tak jarang Nabi SAW memerintahkan Abdullah bin Mas'ud untuk membacakan suatu surah untuk beliau, dan dia akan memerintahkannya berhenti sesudah dia tak sanggup menahan tangis alasannya mendengar bacaannya. Beliau seolah dibawa "bernostalgia" dengan suasana ketika ayat tersebut diturunkan, alasannya bacaannya memang sempurna ibarat ketika ayat-ayat Al Qur’an itu diturunkan.
Secara penampilan fisik, mungkin Abdullah bin Mas'ud tidak meyakinkan. Perawakan tubuhnya kurus dan kecil, tidak terlalu tinggi, kedua betisnya kecil dan kempes sehingga pernah menjadi materi tertawaan beberapa sahabat. Hal itu terjadi ketika ia sedang memanjat dan memetik dahan pohon arak untuk dipakai sikat gigi (siwak) oleh Nabi SAW. Melihat perilaku mereka ini, dia bersabda, "Tuan-tuan mentertawakan kedua betis Ibnu Mas'ud, padahal di sisi Allah, timbangan (kebaikan) keduanyalebih berat daripada gunung Uhud…."
Abdullah bin Mas'ud tidak pernah tertinggal mengikuti pertempuran bersama Rasulullah SAW, begitu juga beberapa pertempuran pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar.
Ketika perang Badar usai, Nabi SAW ingin mengetahui keadaan Abu Jahal, maka Abdullah bin Mas'ud pun beranjak pergi mencarinya, begitu juga beberapa sobat lainnya. Sebenarnya ketika pertempuran berlangsung, beliautelah didatangi dua cowok Anshar, Mu'adz bin Amr bin Jamuh dan Muawwidz bin Afra. Mereka berdua mengakutelah membunuh Abu Jahal. Setelah menyelidiki pedang kedua cowok tersebut, dia pun membenarkan pengakuanmereka. Hanya saja dia ingin memperoleh kejelasan informasinya dan kepastian kematiannya.
Ibnu Mas'ud bergerak di antara mayat yang bergelimpangan, dan kesudahannya menemukan badan Abu Jahal, yang masih sekarat, nafasnya tinggal satu-satu. Tubuh Ibnu Mas'ud yang kecil berdiri di atas badan Abu Jahal yang kokoh kekar terkapar. Ia menginjak leher Abu Jahal dan memegang jenggotnya untuk mendongakkan kepalanya, dan berkata, "Apakah Allah telah menghinakanmu, wahai musuh Allah!!"
"Dengan apa ia menghinakan aku? Apakah saya menjadi hina alasannya menjadi orang yang kalian bunuh? Atau justru orang yang kalian bunuh itu lebih terhormat? Andai saja bukan pembajak tanah yang telah membunuhku…"
Memang, dua cowok Anshar yang membunuhnya yakni para pekerja kebun kurma. Mungkin ia merasa lebih berharga kalau saja yang membunuhnya yakni seorang hero perang ibarat Hamzah atau Umar. Kemudian ia berkata kepada Ibnu Mas'ud yang masih menginjak lehernya, "Aku sudah naik tangga yang sulit, wahai penggembala kambing…."
Ibnu Mas'ud mengerti maksud Abu Jahal, ia melepaskan injakan pada lehernya. Tak berapa usang kemudian Abu Jahal tewas, ia memenggal kepala Abu Jahal dan membawanya kepada Nabi SAW.Sampai di hadapan beliau, ia berkata, "Wahai Rasulullah, ini kepala musuh Allah, Abu Jahal…!"
"Demi Allah yang tiada Ilah selain Dia," Beliau mengucap tiga kali, kemudian bersabda lagi, "Allahu Akbar, segala puji bagi Allah yangtelah memenuhi janjiNya, menolong hambaNya dan mengalahkan pasukan musuhNya…"
Ada suatu insiden berkesan pada Perang Tabuk yang selalu menjadi impian dan angan-angan Abdullah bin Mas’ud. Suatu malam ia terbangun dan ia melihat ada nyala api di arah pinggir perkemahan. Ia berjalan ke perapian tersebut, dan ia melihat tiga orang bersahabat, Nabi SAW, Abu Bakar danUmar bin Khaththab sedang memakamkan mayat salah seorang sahabat, Abdullah Dzulbijadain al Muzanni. Nabi SAW berada di lubang kuburan, Abu Bakar dan Umar berada di atas. Ia mendengar dia bersabda, "Ulurkanlah kepadaku lebih dekat…!!"
Nabi SAW mendapatkan mayat Abdullah tersebut dan meletakkan di liang lahat, kemudian dia berdo'a, "Ya Allah, saya telah ridha padanya, maka ridhai pula ia olehMu..!!"
Melihat pemandangan tersebut, Ibnu Mas'ud berkata,"Alangkah baiknya kalau akulah pemilik liang kubur itu…."
Namun ternyata keinginannya tidak terpenuhi alasannya tiga orang mulia yang terbaik tersebut mendahuluinya menghadap Allah. Ia wafat pada zaman khalifah Utsman, dan dalam satu riwayat disebutkan, yang memimpin (mengimami) shalat jenazahnya yakni sobat Ammar bin Yasir.
0 Komentar untuk "Abdullah Bin Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu"