Memperkokoh Idealisme Amal Usaha

Memperkokoh Idealisme Amal Usaha

Di antara keunggulan Muhammadiyah dibanding gerakan Islam lain yaitu kekuatan amal usaha yang dimilikinya. Dari forum pendidikan dan kesehatan hingga pelayanan sosial dan ekonomi semuanya tersebar di seluruh Nusantara. Amal usaha itu merupakan wujud dakwah bil-hal Muhammadiyah yang memberi manfaat aktual bagi masyarakat luas, sekaligus menjadi pilar strategis kemajuan umat Islam.
Muhammadiyah dalam usia satu periode alhamdulillah telah mempunyai amal usaha di banyak sekali bidang yang tersebar luas di seluruh penjuru Indonesia. Di Cairo Mesir, bahkan sudah usang bangkit TKABA yang cukup bekualitas, yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang spesial Aisyiyah setempat. Di Kuala Lumpur PCIM dan PCIA membina kelompok-kelompok acara yang memberi manfaat besar bagi warga Indonesia di sana, sehingga kehadiran Muhammadiyah maupun Aisyiyah tidak hanya berteori tetapi berbuah amaliah nyata.
KH. Haidar Nashir/Ketua Umum PP Muhammadiyah

Pada tahun 2011 jumlah amal usaha Muhammadiyah yaitu 172 perguruan tinggi tinggi di antaranya 40 universitas, 1143 SMA/SMK/MA,  1772 SMP/MTs, 2604 SD/MI, 7623 Taman Kanak-kanak ABA, 6723 PAUD, 71 SLB, 82 pondok pesantren, 457 Rumah Sakit dan Rumah Bersalin, 318 Panti Asuhan, 82 Panti Berkebutuhan Khusus, 54 Panti Jompo, 437 BMT, 762 BPRS, 25 penerbitan, dan banyak sekali amal usaha lainnya sebagai peran aktual Muhammadiyah untuk bangsa.
Raihan amal usaha yang sebesar itu sungguh tidak mudah, sebagai wujud dan hasil usaha yang penuh pengorbanan dari para perintis dan penerusnya baik di dari para pengelola amal usaha maupun pimpinan Persyarikatannya. Karena itu menjadi kewajiban semua pihak untuk terus merawat, membina, meningkatkan, dan membuatkan amal usaha itu menju keunggulan dan kemanfaatan yang lebih baik lagi. Sebaliknya mencegah segala hal yang sanggup merusak dan menjatuhkan amal usaha Muhammadiyah yang sangat berharga itu.

Sumber Konflik

Alhamdulillah amal usaha Muhammadiyah makin tumbuh dengan pesat dan kondisinya secara umum menggembirakan. Amal usaha yang kecil, sedang, dan besar juga menawarkan semangat bermuhammadiyah yang positif. Kegiatan-kegiatan Muhammadiyah banyak yang dilakukan di amal usaha ini, sehingga teerdapat pembudayaan gerakan. Penanaman nilai-nilai dasar Al-Islam dan Kemuhammadiyahan pun relatif berkembang dengan baik. Dari perkembangan yang baik itu tumbuh budaya “Amal Usaha bersama Persyarikatan”, yang menawarkan sinergi positif.

Hal yang memprihatinkan dan sekaligus mengancam kelangsungan amal usaha ketika ini yaitu adanya konflik pada sebagian amal usaha. Di sejumlah kawasan konflik tersebut kadang demikian keras dan mencuat ke media massa sehingga menjadi konsumsi publik. Jika sudah terjadi konflik biasanya tidak praktis diselesaikan dan sering berketiak ular. Akibat konflik cukup fatal, baik amal usaha maupun Persyarikatan setempat sama-sama merugi dan yang bersorak tentu pihak yang tidak suka melihat Muhammadiyah sukses.

Kenapa konflik di amal usaha Muhammadiyah terjadi? Sumber utamanya biasanya bangku (jabatan) dan bahan (uang). Ibarat pepatah ada gula ada semut. Gula-lah yang mengakibatkan semut berkerumun dan saling berebut. Semakin banyak gula elok di amal usaha itu, maka kerumunan dan perebutan para semut semakin banyak. Sebaliknya di amal usaha yang kering, biasanya jarang sekali terjadi konflik. Jarang ada konflik yang disebabkan oleh rebutan ingin menghidupkan Ranting dan Cabang atau acara pengajian yang mati.

Penyakit kambuhan yang sering terjadi biasanya jikalau ada suksesi kepemimpinan di amal usaha. Segelintir orang bermain untuk saling memperebutkan posisi, yang disertai dengan memaksakan kehendak dan memakai segala macam cara. Alasannya selalu ada dan seolah benar, tidak jarang dengan membeberkan dalih dan fakta yang sudah dikemas sedemikian rupa. Kadang pemimpin yang lemah atau banyak problem juga menjadi pemicu konflik, yang dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang saling bekepentingan. Prosedur atau hukum pun disiasati dengan banyak sekali cara, sehingga kian menambah ruwet persoalan.

Dalam keadaan konflik yang akut atau kronis setiap pihak merasa benar sendiri dan sulit dicari titik temu. Para pihak yang terlibat saling menjatuhkan. Beragam siasat eksklusif maupun tidak eksklusif dilakukan setiap pihak. Dengan media handphone yang begitu praktis sering mereka yang terlibat konflik dengan praktis dan seenaknya main kirim SMS yang mengandung  tekanan, provokasi, teror, dan fitnah. Ada pula yang main lapor ke kepolisian dan ranah pengadilan, yang bergotong-royong tidak ada yang diuntungkan.
Jika konflik sudah merasuk dan meluas maka keadaan sering sulit dikendalikan. Kondisi amal usaha pun serbagaduh dan tidak jarang memicu konflik berkepanjangan. Semua itu akhir ulah dan kepandiran orang-orang yang mempunyai watak merusak (trouble maker ), persis apa yang dilukiskan Allah dalam Al-Qur’an menyerupai “orang yang menguraikan benang yang sudah dipintal dengan kuat” (QS An-Nahl: 92). Tidak ada yang diuntungkan dari konflik yang berkepanjangan. Kalah jadi abu, menang jadi arang.  Ke dalam jadi remuk, ke luar jadi aib. Akibatnya, baik amal usaha maupun Muhammadiyah karenanya jatuh diri dan hancur.

Bangun Idealisme

Bagaimana keluar konflik dan mencegah semoga amal usaha Muhammadiyah tetap sehat walafiat? Secara sistemik tentu terdapat prosedur penyelesaikan konflik yang diregulasi oleh kepemimpinan yang mempunyai otoritas dan melibatkan para pihak yang kompeten. Namun selebihnya harus ada itikad dan usaha setiap pihak yang terlibat konflik untuk mencari solusi yang positif, sekaligus dan tidak kalah pentingnya menghentikan segala perilaku serta tindakan yang menambah rumit persoalan. Jika tidak ada niat baik dan pengorbanan dari mereka yang terlibat maka hingga kapanpun konflik di amal usaha akan tetap terjadi. Di sinilah ketegasan sistem dan pimpinan juga sangat diharapkan semoga keadaan tidak berlarut dan berkepanjangan. Pimpinan Pusat Muhammadiyah biasanya mengambil langkah tegas dalam mengambil keputusan jikalau sudah ada tindakan-tindakan konfik yang merusak sistem dan mengancam kelangsungan amal usaha yang bersangkutan.

Terapi yang tidak kalah pentingnya yaitu menanamkan kembali benih-benih idealisme di seluruh lingkungan amal usaha Muhammadiyah. Dalam bahasa yang pakem meneguhkan ideologi Muhammadiyah. Bagaimana semoga mereka yang berada di amal usaha benar-benar menghayati, memahami, dan mau mempraktikkan prinsip-prinsip gerakan yang berlaku dalam Muhammadiyah. Sebutlah misi dan tujuan Muhammadiyah, sejarah Muhammadiyah, Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah serta penjelasannya, AD dan ART Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, Khittah Perjuangan Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah, Manhaj Tarjih Muhammadiyah, Pernyataan Pikiran Muhammadiyah, dan banyak sekali keputusan resmi Muhammadiyah yang menjadi ajaran dan contoh dalam bermuhammadiyah.

Pertanyaannya, sudahkan seluruh amal usaha di lingkungan Muhammadiyah mensosialisasikan dan menanamkan idealisme atau prinsip-prinsip gerakan Muhammadiyah tersebut? Sudahkah dilakukan pelatihan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan dalam seluruh proses dan acara di amal usaha masing-masing sehingga sehingga idealisme gerakan benar-benar tertanam menjadi budaya yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari para pimpinan, pengelola, dan pelaksana amal usaha Muhammadiyah. Di sinilah kewajiban setiap pimpinan amal usaha dan pimpinan persyarikatan menanamkan nilai-nilai idealisme gerakan di badan amal usaha milik Persyarikatan itu secara sistemik dan berkelanjutan.

Maka mulailah setiap pimpinan amal usaha dan pimpinan persyarikatan yang berada di lingkungan otoritasnya melaksanakan muhasabah atas neraca kegiatannya. Sudahkah diadakan Darul Arqam, Baitul Arqam, Refreshing, Up-Grading, Pengajian Khusus, Pengajian Umum, dan banyak sekali bentuk pengenalan dan pemahaman atas prinsip-prinsip gerakan Muhammadiyah itu? Termasuk berapa Majalah Suara Muhammadiyah dan Majalah Suara Aisyiyah yang memuat banyak sekali informasi, wawasan, pemikiran, dan ajaran yang berkaitan dengan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan secara rutin beredar dan dibaca oleh para pimpinan, pengelola, dan pelaksana amal usaha Muhammadiyah di setiap tempat?

Jika belum dilakukan, maka mulailah melaksanakan pelatihan idelogi Muhammadiyah secara masif. Jangan menganggap penanaman idealisme gerakan Muhammadiyah itu tidak perlu hanya lantaran menganggap amal usaha sebagai forum profesional. Profesional itu suatu keniscayaan, tetapi setiap amal usaha harus mempunyai fondasi dan budaya idealisme yang berpedoman pada prinsip atau manhaj gerakan Muhammadiyah. Hal itu lantaran amal usaha itu milik Muhammadiyah, sedangkan Muhammadiyah itu gerakan Islam yang mengemban misi dakwah dan tajdid.

Jika ama usaha Muhammadiyah tidak mengenal nilai-nilai idealisme gerakan maka cepat atau lambat semuanya akan absurd dari jiwa, semangat, misi, dan impian Muhammadiyah. Amal usaha seakan tumbuh-kembang dalam kemegahan dirinya, tetapi bergotong-royong ringkih dan terasing dari idealisme gerakan Muhammadiyah. Konflik pun tentu akan praktis terjadi lantaran tatanannya ringkih dan mereka yang berada di amal usaha hanya mengejar profesi semata serta jauh dari jiwa Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Akibatnya amal usaha Muhammadiyah tidak membawa berkah,  malah menjadi fitnah. Semoga Allah SWT menjauhkan Muhammadiyah dari keadaan yang jelek itu!


[Memperkokoh Idealisme Amal Usaha oleh Prof. DR. Haedar Nashir/Suaramuhammadiyah]

Related : Memperkokoh Idealisme Amal Usaha

0 Komentar untuk "Memperkokoh Idealisme Amal Usaha"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close