Pembelajaran Berbasis Penguatan Karakter_Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyampaikan, Penguatan Pendidikan Karakter merupakan poros utama perbaikan pendidikan nasional yang berkaitan akrab dengan aneka macam aktivitas prioritas pemerintah. Menurut Mendikbud, 5 nilai utama abjad yang menjadi prioritas pada Penguatan Pendidikan Karakter, berkaitan akrab dengan aneka macam aktivitas prioritas Kemendikbud di bidang pendidikan dan kebudayaan.
Adapun lima nilai utama pada Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagai berikut:
Salah satu rencana penguatan tugas guru dan kepala sekolah yang ketika ini disiapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ialah mendorong revitalisasi tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai manajer, dan guru sebagai inspirator PPK.
Diharapkan, pembelajaran berbasis penguatan karakter yang terintegrasi di sekolah dan di luar sekolah melalui PPK, sanggup menghadirkan generasi muda yang berdaya saing dan mempunyai abjad positif.
Menurut Itje Chodidjah (Wakil Dewan Pendidikan Provinsi DKI Jakarta), Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang ketika ini digalakkan oleh pemerintah melalui Kemendikbud ialah milik seluruh komponen bangsa sebagai upaya menguatkan kualitas generasi muda Indonesia.
Keluarga, masyarakat, dan sekolah sebagai tripusat pendidikan mempunyai peranan penting dalam aktivitas PPK.
"Melalui budaya yang dikembangkan di sekolah, PPK sanggup dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan sikap positif. Kepala sekolah dan guru sebagai motornya secara otomatis menjadi teladan,"
Menurut Itje Chodidjah, dalam proses pembelajaran, PPK sanggup pribadi diintegrasikan melalui tema maupun mata pelajaran.
Pengelolaan kelas oleh guru dan metode berguru yang dipilih juga merupakan ajang penguatan abjad akseptor didik.
"Karakter ialah garamnya pendidikan. Karakter memberi rasa dalam aneka macam cara kita mendidik dan materi yang kita gunakan untuk mendidik melalui mata pelajaran,"
Beliau menambahkan, dalam metode kolaboratif, misalnya, aneka macam abjad sanggup dikembangkan. Komite sekolah dan masyarakat ialah kawan sekolah dalam menggiatkan PPK.
"Misalnya sekolah sanggup bekerja sama dengan pusat-pusat budaya, museum, atau warga sekitar masyarakat yang mempunyai keunggulan untuk menjadi bab dari PPK.
Dengan demikian kearifan lokal sanggup dikembangkan. PPK karenanya harus menjadi landasan bagi tripusat pendidikan dalam menyebarkan generasi muda Indonesia,"
Saat itu (Januari 2017) sudah ada 542 sekolah pada jenjang pendidikan dasar yang siap menerapkan aktivitas Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Sekolah-sekolah itu akan menjadi sekolah piloting dalam implementasi PPK. Beberapa di antaranya ialah Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali; SMPK 3 Penabur, Jakarta Pusat; SMPN 2 Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah; Sekolah Menengah Pertama Islam Al Azhar BSD, Tangerang Selatan, Banten; dan SMPN 19 Manokwari, Kabupaten Manokwari, Papua Barat. Sumber: Web Resmi Kemendikbud
Adapun lima nilai utama pada Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagai berikut:
- Religius
- Nasionalis
- Mandiri
- Integritas
- Gotong Royong.
Salah satu rencana penguatan tugas guru dan kepala sekolah yang ketika ini disiapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) ialah mendorong revitalisasi tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai manajer, dan guru sebagai inspirator PPK.
Diharapkan, pembelajaran berbasis penguatan karakter yang terintegrasi di sekolah dan di luar sekolah melalui PPK, sanggup menghadirkan generasi muda yang berdaya saing dan mempunyai abjad positif.
Menurut Itje Chodidjah (Wakil Dewan Pendidikan Provinsi DKI Jakarta), Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang ketika ini digalakkan oleh pemerintah melalui Kemendikbud ialah milik seluruh komponen bangsa sebagai upaya menguatkan kualitas generasi muda Indonesia.
Keluarga, masyarakat, dan sekolah sebagai tripusat pendidikan mempunyai peranan penting dalam aktivitas PPK.
"Melalui budaya yang dikembangkan di sekolah, PPK sanggup dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan sikap positif. Kepala sekolah dan guru sebagai motornya secara otomatis menjadi teladan,"
Menurut Itje Chodidjah, dalam proses pembelajaran, PPK sanggup pribadi diintegrasikan melalui tema maupun mata pelajaran.
Pengelolaan kelas oleh guru dan metode berguru yang dipilih juga merupakan ajang penguatan abjad akseptor didik.
"Karakter ialah garamnya pendidikan. Karakter memberi rasa dalam aneka macam cara kita mendidik dan materi yang kita gunakan untuk mendidik melalui mata pelajaran,"
Beliau menambahkan, dalam metode kolaboratif, misalnya, aneka macam abjad sanggup dikembangkan. Komite sekolah dan masyarakat ialah kawan sekolah dalam menggiatkan PPK.
"Misalnya sekolah sanggup bekerja sama dengan pusat-pusat budaya, museum, atau warga sekitar masyarakat yang mempunyai keunggulan untuk menjadi bab dari PPK.
Dengan demikian kearifan lokal sanggup dikembangkan. PPK karenanya harus menjadi landasan bagi tripusat pendidikan dalam menyebarkan generasi muda Indonesia,"
Saat itu (Januari 2017) sudah ada 542 sekolah pada jenjang pendidikan dasar yang siap menerapkan aktivitas Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).
Sekolah-sekolah itu akan menjadi sekolah piloting dalam implementasi PPK. Beberapa di antaranya ialah Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali; SMPK 3 Penabur, Jakarta Pusat; SMPN 2 Semarang, Kota Semarang, Jawa Tengah; Sekolah Menengah Pertama Islam Al Azhar BSD, Tangerang Selatan, Banten; dan SMPN 19 Manokwari, Kabupaten Manokwari, Papua Barat. Sumber: Web Resmi Kemendikbud
Baca juga: Konsep Dasar dan Manfaat Penguatan Pendidikan Karakter
0 Komentar untuk "5 Nilai Utama Aksara Pada Penguatan Pendidikan Aksara (Ppk) Sebagai Poros Perbaikan Pendidikan Nasional"