Evolusi Perempuan

Dalam perjalanan hidup, kita akan lewat banyak fase yang dapat merubah fisik dan mental kita di kemudian hari. Dan bagi saya, fase paling besar yang dapat merubah seorang perempuan menjadi begitu berbeda, yakni di saat ia menjadi ibu.
 kita akan lewat banyak fase yang dapat merubah fisik dan mental kita di kemudian hari Evolusi Perempuan

Alkisah, ada seorang adik leting, sebut saja beliau Mawar. Kami sama-sama diposisikan di satu desa di kabupaten Pidie Jaya, dalam acara baksos yang diselenggarakan oleh pihak kampus.

Saya masih ingat terperinci bagaimana si gadis ini tak bisa dipercaya kala itu. Dia bahkan hingga jatuh sakit alasannya yakni (mungkin) terkejut dengan suasana baksos yang jauh di pelosok, dimana kami mesti masak sendiri, bahkan mesti menimba air untuk mandi.

Untuk acara baksos berbau kewanitaan kami justru mengandalkan sobat satunya lagi yang berilmu menghasilkan kue. Ya, faktanya saya dan anabawang saya tadi ternyata sama saja, sama-sama tak bisa diandalkan. Hahaha

Namun menyaksikan beliau sekarang, saya dibentuk kaget. Padahal beliau dahulu cabe-cabean banget.
Perempuan ini sudah berevolusi sedemikian rupa di saat sudah menjadi seorang ibu dengan anak yang masih kecil-kecil. Saya jadi bersungguh-sungguh menyaksikan story nya cuma demi menikmati progressnya yang menurut saya pantas diberikan tepuk tangan.

Menjadi abdi negara tak serta merta menghasilkan hidupnya cuma mentok di kantor dan rumah. Seolah menjadi ibu dari empat anak, dan beban menjadi PNS di kantor imigrasi belum cukup menyedot energinya.

Ini mahluk berulang kali ikut kelas baking yang gak kaleng-kaleng. Gak sekedar ikut-ikutan doang, setelahnya beliau bahkan sukses menghasilkan banyak masakan ringan bagus yang saya aja gak bisa bikin. Sesekali ia posting jajanan untuk dijual.

Lalu jangan kira di saat beliau ngurus anak, kerja, bikin kue, itu memiliki arti beliau gak tau menggembirakan diri. Ini mahluk sebentar-sebentar ngumpul sama circlenya. Gak yang rekan kerja, gak yang sobat sekolah, gak yang sobat kampus, gak yang serupa tetangga. Beberapa kali ia juga memposting buku-buku yang sedang dibaca. Nyatanya walau aktif main sosmed, ia tetap mempertahankan nutrisi akalnya dengan baik.

Punya anak empat seakan tak menghambatnya sama sekali. Anak-anak diboyongnya serta dari urusan dunia, hingga urusan akhirat. Dia menenteng anaknya ngopi, juga menenteng mereka ikut taraweh. Itu empat lho anaknya, lagi usia beresiko tantrum alasannya yakni dua diantaranya bahkan masih balita. Entah bagaimana caranya ia menghandle mereka semua.

Berpergian jauh seakan bukan masalah. Ini orang pernah ngajak anaknya ke pedalaman Gayo Lues. Ia mau melakukan pekerjaan keras berpergian, demi mendampingi suami bertugas menggelar pasar murah. Padahal medannya betul-betul mengerikan, dan beliau dengan entengnya bawa anak-anak.

Bahkan dengan keempat anak (yang kecil-kecil itu) ia kemarin ini balik kampung keliling Sumatera, menaiki mobil.

Saya bayanginya aja udah kecapekan duluan, ya Tuhaaaannn. Benar-benar gak nyangka evolusi perempuan ini.

****
Walau tak sekeren Mawar, setidaknya saya juga mencicipi terlalu banyak perubahan.
Dari dulunya yang sempat panik membayangkan gimana menjalani kiprah ibu yang niscaya akan sungguh menguras energi, tetapi kini Alhamdulillah sudah nyaris 11 tahun berlalu dan saya belum bertujuan mengalah menjadi seorang ibu.

Sesulit yang dibayangkan?

Pada kenyataannya bahkan LEBIH sukar dari yang dibayangkan.

Namun uniknya, kita akan terupgrade secara otomatis di saat jadi ibu. Kekuatan kita --demi anak-- perlahan mengalami kenaikan entah bagaimana caranya.

Dulu, saya tak pernah membayangkan akan sanggup tidur cuma dua jam sehari (saat anak sakit) kemudian paginya akan dihadapkan dengan terlalu banyak pekerjaan rumah tangga.
Saya juga tak bisa mengira apabila sanggup menahan perih usai operasi, demi bisa mengolah masakan dan menceboki anak.

Saya tak tahu niscaya entah dari mana kekuatan yang saya miliki padahal di saat masih gadis begitu labil. Kini bahkan saya tak lagi takut menghadapi kecoa, tak peduli lagi dengan omongan orang lain, asalkan anak saya baik-baik saja.

Makanya saya sepakat bahwa Emak-emak yakni ras paling memiliki efek di tampang bumi. Karena sesudah jadi ibu, kekuatan yang beliau punya kadang tak lagi masuk akal. Konon, di saat menggenapi nalar anaknya, para ibu justru kehilangan sebagian akalnya.

Jadi jangan terkejut apabila lihat kelakuan emak-emak kayak di foto terlampir. Baginya, asal anak kenyang dan tidur nyenyak, apapun dilakukan. Meskipun mesti menjemur kasur di istana presiden. Begitulah misalnya .

Setidaknya semua Emak-emak sudah berevolusi menjadi langsung yang lebih tangguh. Dan kita mesti mengapresiasi akan hal ini. Ayo beri tepuk tangan yang semarak terhadap diri kita sendiri.

Prok, prok, prok.
***

Dear Emak-emak di seluruh penjuru dunia.

Kalian itu hebat, kalian itu kuat. Kalian yakni super pendekar bagi keluarga.

Yang kadang berubah jadi Flash, di saat mesti antar jemput anak.

Jadi X man, demi melindungi anak dari segala jenis kejahatan.

Kadang berubah menjadi jadi Batman, yang gak tidur malam.

Walaupun yang paling kerap menjadi Hulk sih, apabila lagi marah.

Syukurlah gak sampe jadi Superman, alasannya yakni sekacau-kacau Emak-emak, belum pernah pakai dalaman di luar, menyerupai kostum Superman. Alhamdulillah.

Sumber: Facebook Safrina Syams

Sumber https://www.juragandesa.id

Related : Evolusi Perempuan

0 Komentar untuk "Evolusi Perempuan"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close