Persepsi Perihal Metode Full Day School Oleh Silvi Haryanti

Sahabat paperplane yang berbahagia... Full Day School merupakan tata cara pembelajaran yang kebanyakan didapatkan di sekolah yang berbasis Islami, tata cara pembelajaran ini banyak didapatkan pro dan kontra dalam penerapannya. Seorang Ahli psikologi anak, Vera Hadiwiddjojo menyarankan pemerintah untuk tidak melakukan kurikuler selaku ungkapan modern pengganti Full Day School, sebab akan meminimalisir kelonggaran anak dalam melaksanakan hal yang ia suka. Anak berguru kehidupan tidak hanya disekolah namun juga dilingkungan yang lain menyerupai di rumah.  Selain itu acara Full Day School tidak membantu  orang tua, sebab program  ini menggantikan tugas orang bau tanah bukan mempekerjakan tugas mereka dalam kehidupan anak.

Full day school merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris yang berisikan tiga kata, yakni full-day-school. Secara perkata sanggup diartikan full yakni penuh, day bermakna hari, dan school bermakna sekolah. Pengertian Full Day School (FDS) merupakan sekolah sepanjang hari sarat atau bisa disebut dengan proses kegiatan berguru mengajar (KBM) yang dijalankan sejak pukul 06.45-15.00 WIB.

Yang pada pada dasarnya tata cara pembelajaran Full Day School merupakan tata cara pembelajaran di mana siswa lebih banyak menghabiskan waktu disekolah, sarat dari pagi sampai sore yakni dari pukul 06.40-15.00 WIB. Kaprikornus dengan tata cara pembelaran menyerupai ini kegiatan anak akan lebih banyak dihabiskan di lingkungan sekolah dari pada di rumah. Mulai dari kegiatan belajar, bermain, makan, tergolong berinteraksi. Penerapan tata cara pembelajaran Full Day School kebanyakan terdapat pada sekolah Islam Terpadu, sebab bahan atau kurikulum yang padat jadi dikehendaki waktu yang lebih usang untuk mengajarkan bahan tersebut. 


Dengan tata cara pembelajaran Full Day School orang bau tanah tidak lagi  mengkhawatirkan anaknya terkena dampak lingkungan sebab anaknya berada seharian di sekolah, dengan kata lain ada yang memantau anaknya yakni para guru.

Menyekolahkan anak merupakan keharusan orang tua. Tujuan paling besar orang bau tanah untuk menyekolahkan anaknya biar sang anak memiliki karakter. Salah satu sekolah yang diseleksi orang bau tanah merupakan sekolah yang menerapkan tata cara Full Day School. Namun sebagian argumentasi mengapa anak disekolahkan di sekolah yang menerapkan tata cara pembelajaran Full Day School merupakan sebab aktivitas atau pekerjaan orang tua. Itu semua memang sanggup dimaklumi, namun apapun alasannya, orang bau tanah merupakan pendidik pertama bagi anaknya, dan Orang bau tanah memiliki tanggung jawab yang sarat dalam membentuk abjad anaknya sendiri.

Penerapan tata cara pembelajaran Full Day School banyak terdapat kelemahan-kelemahan. Salah satu kehabisan dari penerapan tata cara pembelajaran ini merupakan hilangnya waktu sang anak untuk bersosialisasi dan bermain sebab aktivitas dihabiskan untuk belajar.

Jean Piaget menyatakan bahwa pertumbuhan kognitif timbul dalam empat tahapan yang universal, berlainan secara kualitatif. Pada masing-masing tahapan, asumsi seorang anak berbagi cara gres beroperasi.

Perkembangan kognitif dimulai dari bagaimana kesanggupan anak untuk mengikuti kondisi dengan lingkungannya. Perkembangan kognitif itu sendiri merupakan hasil upaya anak bagaimana untuk mengerti serta bertindak didunia mereka. Yang pada dasarnya sanggup ditarik kesimpulan bahwa apa yang dimengerti oleh anak akan membentuk suatu perilaku.  

Jean Piaget menerangkan bahwa siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan isu dan membangun wawasan mereka sendiri. Anak kecil memilki rasa penasaran bawaan dan secara terus-menerus berupaya mengerti dunia sekitarnya. Rasa penasaran ini menurut keterangan Piaget, memotivasi mereka untuk aktif membangun pengertian mereka wacana lingkungan yang mereka hayati.

Sistem Full Day School ini  bertentangan dengan teori Lev Vygotsky. Vygotsky Berdasarkan teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam rancangan budaya. Keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental meningkat lewat interaksi sosial langsung, isu wacana alat-alat, keterampilan-keterampilan kekerabatan interpersonal kognitif dipancarkan lewat interaksi sosial eksklusif dengan manusia.

Vygotsky dalam teori sosiokulturalnya dimana inti dari teorinya yakni bahasa yang menolong seseorang dalam berguru dan bahasa itu timbul dari bagaimana sang anak berinteraksi dengan lingkungannya. Vygotsky ini memusatkan perhatiannya pada aneka macam proses sosial dan budaya yang menolong proses kognitif anak-anak. Ia lebih menekankan keterlibatan aktif belum dewasa dengan lingkungannya (interaksi), karena  dengan berinteraksi, anak bisa memperbaiki pengertian mereka.

Jadi, dalam penerapan Sistem Full Day School ini atau sekolah sehari penuh, dimana anak lebih banyak menghabiskan waktu disekolah dari pada dirumah. Sistem ini sungguh mensugesti keleluasaan anak dalam melaksanakan hal yang ia suka, menyerupai bermain, sebab sebagian besar waktunya dihabiskan secara formal. Selain itu, penerapan tata cara Full Day School ini mensugesti tugas orang tua, menyerupai dengan argumentasi kesibukan, orang bau tanah menyekolahkan anak di sekolah yang menerapkan tata cara Full Day School, suatu hal yang mesti dikenali oleh orang bau tanah merupakan selain sekolah, orang bau tanah memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik anak-anaknya, sebab orang bau tanah merupakan forum yang utama dan khususnya bagi proses permulaan pendidikan anak-anak, fungsi dan tugas orang bau tanah tidak hanya sekedar menyanggupi keperluan fisik menyerupai makan, minum dan lain sebagainya, namun lebih besar dari itu yakni berupa bimbingan, motivasi, perhatian untuk masa depannya.

Daftar Pustaka: Rahem, Zaitur. 2017. Dampak Sosial Pemberlakuan Full Day School (Menimbang Mafsadat-Maslahat Permendikbud 23/2017 dan Perpes 87/2017). 3(1): 5. Agustinova Eko Danu. 2015. Hambatan Pendidikan abjad disekolah Islam Terpadu Studi Kasus SDIT Al- Hasna Klatem. 12(1): 17. Agustinova Eko Danu. 2015. Hambatan Pendidikan abjad disekolah Islam Terpadu Studi Kasus SDIT Al- Hasna Klatem. 12(1):16. Papalia, Diane. 2013. Human Development Perkembangan Manusia. Jakarta: Selemba Humanika.

Kasus : Full Day School: Ini Dampak Buruknya Bagi Anak dari Kacamata Psikolog Oleh :Vera Hadiwidjojo.

Pengirim : SILVI HARYANTI (silviharyanti507@gmail.com) -  NIM : 1615040085 Mahasiswi Psikologi Islam.


Ingin karya tulis Anda terpublikasi di situs web di sini
.

Related : Persepsi Perihal Metode Full Day School Oleh Silvi Haryanti

0 Komentar untuk "Persepsi Perihal Metode Full Day School Oleh Silvi Haryanti"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close