Pengertian Akhlak dan Etika
Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya“khuluqun” yang berari budi pekerti, perangai, tingkah laris dan tabiat. Sedangkan menurut perumpamaan yakni wawasan yang menerangkan ihwal baik dan jelek (benar dan salah), mengendalikan pergaulan manusia, dan menyeleksi tujuan final dari usaha dan pekerjaannya.
Akhlak intinya menempel dalam diri seseorang, bersatu dengan sikap atau perbuatan. Jika sikap yang menempel itu buruk, maka disebut susila yang jelek atau susila mazmumah. Sebaliknya, apabila sikap tersebut baik disebut susila mahmudah.
Selain susila digunakan pula perumpamaan etika dan moral. Etika berasal dari bahasa yunani “ethes ’’ artinya adat. Etika yakni ilmu yang meyelidki baik dan jelek dengan memperhatikan perbuatan insan sejauh yang dipahami oleh nalar pikiran.
Sedangkan moral berasal dari bahasa Latin “ mores ” yang memiliki arti kebiasaan. Persamaan antara susila dengan etika yakni keduanya membahas duduk kasus baik dan jelek tingkah laris manusia.
Perbedaannya terletak intinya selaku cabang filsafat, etika bertitik tolak dari anggapan manusia.
Sedangkan susila menurut fatwa Allah dan Rasul-Nya. Akhlak tidak terlepas dari aqidah dan syariah. Oleh lantaran itu, susila merupakan pola tingkah laris yang mengakumulasikan faktor kepercayaan dan ketaatan sehingga tergambarkan dalam sikap yang baik.
Akhlak merupakan sikap yang terlihat ( terlihat ) dengan jelas, baik dalam kata-kata maupun perbuatan yang memotivasi oleh dorongan lantaran Allah.
Namun demikian, banyak pula faktor yang berhubungan dengan sikap batin ataupun pikiran, menyerupai susila diniyah yang berhubungan dengan banyak sekali aspek, yakni pola sikap terhadap Allah, sesama manusia, dan pola sikap terhadap alam.
Akhlak islam sanggup dibilang selaku aklak yang islami yakni susila yang bersumber pada fatwa Allah dan Rasulullah.
Akhlak islami ini merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka sehingga sanggup menjadi indikator seseorang apakah seorang muslim yang bagus atau buruk.
Akhlak ini merupakan buah dari doktrin dan syariah yang benar. Secara mendasar, akhlak ini erat kaitannya dengan insiden insan yakni khaliq ( pencipta ) dan makhluq ( yang diciptakan ).
Rasulullah diutus untuk menyempurnakan susila insan yakni untuk memperbaiki relasi makhluq ( insan ) dengan khaliq ( Allah Ta’ala ) dan relasi baik antara makhluq dengan makhluq.
Kata “menyempurnakan ” memiliki arti susila itu bertingkat, sehingga perlu disempurnakan. Hal ini mengambarkan bahwa susila bermacam-macam, dari susila sungguh buruk, buruk, sedang, baik, baik sekali hingga sempurna.
Rasulullah sebelum bertugas menyempurnakan akhlak, beliau sendiri sudah berakhlak sempurna. Perhatikan firman Allah Swt dalam Surah Al-Qalam[68]: 4 :
Artinya :“ Dan berbarengan engkau ( Muhammad ) sungguh-sungguh berbudi pekerti yang agung
”Dalam ayat diatas, Allah Sbhanahu wata'ala. sudah memastikan bahwa Nabi Muahammad Salallau 'alaihi wasallam. memiliki susila yang agung.
Hal ini menjadi syarat pokok bagi semua orang yang bertugas untuk memperbaiki susila orang lain. Logikanya, sulit dipercayai bisa memperbaiki susila orang lain kecuali dirinya sendiri sudah baik akhlaknya.
Karena susila yang cocok itu, Rasulullah Saw patut dijadikan uswah al- hasanah ( teladan yang bagus ). Firman Allah Swt dalam surah Al-Ahzab [33] : 21 :
Artinya :
“ Sesungguhya pribadi Rasulullah merupakan teladan yang bagus untuk kau dan untuk orang yang menghendaki menemui Allah dan hari alam abadi dan mengingat Allah sebanyak-banyaknya”.
Berdasarkan ayat di atas, orang yang sungguh-sungguh ingin berjumpa dengan Allah dan menerima kemenangan di akhirat, maka Rasulullah Saw yakni pola dan teladan yang paling baik untuknya.
Tampak terang bahwa susila itu memiliki dua sasaran :
- Akhlak denganAllah.
- Akhlak dengan sesama makhluk.
Oleh lantaran itu, tidak benar kalau duduk kasus susila cuma dikaitkan dengan duduk kasus relasi antara insan saja.
Atas dasar itu, maka benar akar susila yakni doktrin dan pohonya yakni syariah. Akhlak itu sudah menjadi buahnya. Buah itu akan rusak kalau pohonnya rusak, dan pohonnya akan rusak kalau akarya rusak. Oleh lantaran itu akar, pohon, dan buah mesti dipelihara dengan baik.
Bagi Nabi Muhammad Sholallahu 'alaihi wassallam, Al-Qur’an selaku cerminan berakhlak. Orang yang berpegang teguh pada Al-Qur’an dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, maka sudah tergolong meneladani susila Rasulullah.
Oleh lantaran itu setiap mukmin hendaknya senantiasa membaca Al-Qur’an kapan ada waktunya selaku pedoman dan menjadi tuntunan yang bagus dalam bertingkah sehari-hari, insya Allah akan terbina susila yang mulia bagi dirinya.
Adapun hal-hal yang perlu dibiasakan selaku susila yang terpuji dalam islam, antara lain :
1. Berani dalam kebaikan, berkata benar serta bikin manfaat, baik bagi diri maupun orang lain.
2. Adil dalam tentukan aturan tanpa membedakan kedudukan, status sosial ekonomi, maupun kekerabatan.
3. Arif dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
4. Pemurah dan suka menafkahkan rezeki baik di saat lapang maupun sempit.
5. Ikhlas dalam bersedekah semata-mata demi menjangkau ridha Allah.
6. Cepat bertobat terhadap Allah di saat berdosa.
7. Jujur dan amanah.
8. Tidak berkeluh kesah dalam menghadapi duduk kasus hidup.
9. Penuh kasih sayang.
10. Lapang hati dan tidak balas dendam
11. Malu melaksanakan perbuatan yang tidak baik.
12. Rela berkorban untuk kepentingan umat dan dalam membela agama Allah.
Sabda Rasul ihwal Akhlak
Hadits-hadits Nabi Sholallahu 'alaihi wassallam. demikian bervariasi mengatakan ihwal akhlak. Terkadang berisi perintah dan ajuan untuk berhias dengan susila yang terpuji dalam bergaul dengan manusia.
Ada kalanya dia menyebut besarnya pahala susila mulia dan beratnya pahala susila dalam timbangan. Pada peluang yang lain, beliau memperingatkan insan dari susila yang jelek dantercela.
Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ashz meriwayatkan bahwa Rasululullah saw pernah bersabda: akhlaknya baik paling yang yakni kalian antara di terbaik yang Sesungguhnya
“ إِ نَّ مِنْ أَخْیَرِ كُمْ أَحْسَنَكُمْ خُلُقًا
” (HR. al-Bukhari, 10/378 dan Muslim no. 2321)
Dalam hadits lain, Rasulullah berpesan terhadap Abu Dzar al-Ghifari dan Mu’adz bin Jabal untuk bergaul dengan insan dengan susila yang bagus dalam sabda beliau:
اتَّقِ اللهَ حَیْثُ مَا كُنْتَ وَ أَتْبِعِ السَّیِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُھَا وَ خَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kau terhadap Allah di mana pun kau berada. Iringilah kesalahanmu dengan kebaikan, tentu ia sanggup menghapusnya. Dan pergaulilah semua insan dengan susila (budi pekerti) yang baik.”(HR. at-Tirmidzi no. 1987, dia mengatakan, “Hadits ini hasan.”
Rasululullah mengabarkan pula bahwa susila yang bagus bisa mengejar-ngejar amalan jago ibadah. Dalam suatu hadits Aisyah Ummul Mukminin berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya seorang mukmin dengan akhlaknya yang bagus akan meraih derajat orang yang senantiasa shalat dan berpuasa.” (HR. Abu Dawud no. 4798, disahihkan oleh al-Albani)
Ummu ad-Darda’ meriwayatkan dari suaminya, Abu ad-Darda’, Rasulullah saw pernah bersabda: “Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam al-mizan (timbangan) dari pada susila yang baik.” ( H.R. Abu Dawud disahihkan oleh al-Albani )
Akhlak yang bagus yakni alasannya seseorang menerima derajat yang tinggi di jannah Allah Subhanahu wata'ala. Sebaliknya, susila yang jelek yakni alasannya seseorang terhalangi dari kenikmatan jannah.
Dari Abu Umamah , dia berkata, Rasulullah Sholallahu 'alaihi wassallam bersabda :
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِى رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِى وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِى أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
Dari al-Haritsah bin Wahb, ia berkata, Rasulullah bersabda :
لاَ یَدْخُلُ الْجَنَّةْ الَجوَّاظُ، وَلَا الْجَعْظَرِيُّ
“Tidak akan masuk jannah orang yang bernafsu dan kaku.” (HR. at-Tirmidzi)
Pembagian Akhlak
1. Akhlak Terhadap Allah Subhanahu wata'ala.
Akhlak yang bagus terhadap Allah berucap dan bertingkah laris yang terpuji terhadap Allah Subanahu wata'ala.
Baik lewat ibadah eksklusif terhadap Allah, menyerupai shalat, puasa dan sebagainya, maupun lewat perilaku-perilaku tertentu yang merefleksikan relasi atau komunikasi dengan Allah diluar ibadah itu.
Allah Subhanahu wata'ala sudah mengendalikan hidup insan dengan adanya aturan perintah dan larangan.
Hukum ini, tidak lain yakni untuk menegakkan keteraturan dan kelangsungan hidup insan itu sendiri. Dalam setiap pelaksanaan aturan tersebut terkandung nilai-nilai susila terhadap Allah Swt.
Berikut ini beberapa susila terhadap Allah Suhanahu wata'ala :
1) Beriman, yakni meyakini wujud dan keesaan Allah serta meyakini apa yang difirmankan-Nya, menyerupai doktrin terhadap malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari final zaman dan qadha dan qadhar. Beriman merupakan fondamen dari seluruh bangunan susila islam.
Jika doktrin sudah tertanam didada, maka ia akan menyembur terhadap seluruh sikap sehingga membentuk kepribadian yang menggambarkan susila islam yakni susila yang mulia.
2) Taat, yakni patuh terhadap segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sikap taat terhadap perintah Allah merupakan sikap yang fundamental sehabis beriman, ia merupakan citra eksklusif dari adanya doktrin di dalam hati.
3) Ikhlas,yaitu melaksanakan perintah Allah dengan pasrah tanpa menghendaki sesuatu, kecuali keridhaan Allah. Makara lapang dada itu bukan tanpa pamrih.
Tetapi pamrih cuma dibutuhkan dari Allah berupa keridhaan-Nya. Oleh lantaran itu, dalam melaksanakannya mesti mempertahankan susila selaku bukti keikhlasan menerima hukum-hukum tersebut.
4) Khusyuk, yakni bersatunya anggapan dengan perasaan batin dalam perbuatan yang sedang dikerjakannya atau melaksanakan perintah dengan sungguh-sungguh.
Khusyuk melahirkan ketenangan batin dan perasaan pada orang yang melakukannya. Karena itu, segala bentuk perintah yang dilakukan dengan khusyuk melahirkan kebahagiaan hidup.
Ciri-ciri Khusyu’ yakni adanya perasaan lezat di saat melaksanakannya. Shalat perlu dilakukan dengan khusyu’. Jika orang melaksanakan shalat tetapi belum khusyu’.
Agar khusyu’ dalam shalat, sejak niat kita mesti sunguh-sungguh cuma terpusat pada perbuatan yang berhubungan dengan shalat.
Apa yang dibacakan oleh lidah, dimaknai oleh pikran, diresapi oleh hati dan difokuskan pada Allah yang sedang kita hadapi.
5) Huznudz dzan, yakni berbaik sangka terhadap Allah. Apa saja yang diberikan-Nya merupakan opsi yang terbaik untuk manusia.
Berprasangka baik terhadap Allah merupakan citra impian dan kedekatan seseorang kepada-Nya, sehingga apa saja yang diterimanya dipandang selaku suatu yang terbaik bagi dirinya.
Oleh lantaran itu, seorang yang huznuzan tidak akan mengalami perasaan kecewa atau depresi yang berlebihan.
6) Tawakal, yakni mempercayakan diri terhadap Allah dalam melaksanakan suatu rencana. Sikap tawakal merupakan citra dari sabar dan menggambarkan perjuangan dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan suatu rencana.
Apabila planning tersebut menciptakan kesempatan yang dibutuhkan atau gagal dari impian yang semestinya, ia akan bisa mendapatkannya tanpa penyesalan.
7) Syukur, yakni mengungkapkan rasa syukur terhadap Allah atas lezat yang sudah diberikan-Nya.Ungkapan syukur dilakukan dengan kata-kata dan perilaku.
Ungkapan dalam bentuk kata-kata yakni mengucapkan hamdalah setiap saat, sedangkan bersyukur dengan sikap dilakukan dengan cara menggunakan lezat Allah sesuai dengan semestinya.
Misalnya lezat diberi mata,maka bersyukur terhadap lezat itu dilakukan dengan menggunakan mata untuk menyaksikan hal-hal yan baik, menyerupai membaca, mengamati alam dan sebagainya yang menghadirkan manfaat.
8) Sabar, yakni ketahanan mental dalam menghadapi kenyataan yang menimpa diri kita. Ahli sabar tidak akan mengenal depresi dalam menjalankan ibadah terhadap Allah Sesungguhnya Allah bareng orang-orang yang sabar.
Oleh lantaran itu, perintah bersabar bukan perintah berdiam diri, tetapi perintah untuk terus berbuat tanpa berputus asa.
9) Bertasbih, yakni mensucikan Allah dengan ucapan, yakni dengan memperbanyak mengucapkan subhanallah ( maha suci Allah ) serta menjauhkan sikap yang sanggup mengotori nama Allah Yang Maha Suci.
10) Istighfar, yakni meminta ampun terhadap Allah atas segala dosa yan perna dibentuk dengan mengucapkan “ astagfirullahal ‘adzim ’’ (aku memohon ampun terhadap Allah yang Maha Agung ). Sedangkan istighfar lewat perbuatan dilakukan dengan cara tidak mengulangi dosa atau kesalahan yan sudah dilakukan.
11) Takbir, yakni mengagungkan Allah dengan membaca Allahu Akbar ( Allah Maha Besar).Mengagungkan Allah lewat sikap yakni mengagungkan nama-Nya dalam segala hal, sehingga tidak memicu sesuatu melampaui keagunggan Allah.
Tidak mengagungkan yang lain melampaui keagunggan Allah dalam banyak sekali desain kehidupan, baik lewat kata-kata maupun dalam tindakan.
12) Do’a, yakni meminta terhadap Allah apa saja yang dikehendaki dengan cara yang bagus sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah.
Do’a yakni cara membuktikan kehabisan insan dihadapan Allah, lantaran itu berdoa merupakan inti dari beribadah.
Orang yang tidak senang berdo’a yakni orang yang sombong, alasannya ia tidak mengakui kehabisan dirinya dihadapan Allah, merasa bisa dengan ushanya sendiri. Ia tidak sadar bahwa semua itu berkat izin dari Allah. Jadi, doa merupakan etika bagi seorang hamba dihadapan Allah Subhanahu wata'ala.
Firman Allah selaku berikut:
“ Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang menyombongkan diri lantaran enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka jahannam dalam kondisi hina dina ”. ( Q.S.Ghafur : 60 )
Akhlak Terhadap Rasulullah Sholallahu 'alaihi wassallam
Rasulullah yakni insan yang paling mulia akhlaknya. Beliau sungguh gemar memberi paling gemar memberi diantara manusia.
Beliau sungguh menyingkir dari perbuatan dosa, sungguh sabar, sungguh pemalu melampaui gadis pingitan, mengatakan sungguh fasih dan jelas, dia sungguh pemberi, dia juga jujur dan amanah, sungguh tawadhu’, tidak sombong, tepati janji, penyayang, lembut, suka memaafkan, dan lapang dada.
Beliau mengasihi orang miskin dan duduk bareng mereka, dia banyak membisu dan tawa dia yakni senyuman.
Maka oleh alasannya itu selayaknya kita meneladani susila rasulullah. Berakhlak terhadap rasulullah sanggup diartikan suatu sikap yang mesti dilakukan insan terhadap Baginda Rasulullah saw. selaku rasa terima kasih atas perjuangannya menenteng umat insan ke jalan yang benar.
Berakhlak terhadap Rasullullah perlu kita kerjakan atas dasar :
a. Rasullulla Saw.sangat besar jasanya dalam menyelamatkan insan dari kehancuran. Beliau banyak mengalami penderitaan lahir batin, tetapi semua itu diterima dengan ridha.
b. Rasulullah sungguh berjasa dalam membina susila yang mulia. Pembinan ini dilakukan dengan memerikan pola teladan yang bagus terhadap umat manusia.
c. Rasulullah berjasa dalam menerangkan Al-Qur’an terhadap insan sehingga terang dan gampang dilaksanakan. Allah berfirman :
d. Rasulullah sudah mewariskan hadits yang sarat dengan fatwa yang sungguh mulia dalam banyak sekali bidang kehidupan.
Cara Berakhlak Kepada Rasulullah Sholallahu 'alaihi wassallam :
- Ridha dan beriman terhadap Rasulullah.
Ridha dan beriman terhadap rasulullah merupakan sesuatu yang mesti kita nyatakan. Kita mengakui kerasulannya dan menerima segala fatwa yang disampaikannya.
- Mentaati dan mengikuti Rasulullah.
Mentaati dan mengikuti Rasulullah merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orangorang yang beriman. Allah Subhanahu wata'ala. akan menempati orang-orang yang mentaati Allah dan Rasul kedalam derajat yang tinggi dan mulia.
Disamping itu juga dicintai Allah Subhanah wata'ala sehingga Allah gampang mengampuni dosa orang-orang yang mentaati Allah dan Rasul. Barang siapa yang mentaati Rasul memiliki arti juga mentaati Allah Subhanahu wata'ala.
- Mencintai dan memuliakan Rasulullah.
Keharusan yang mesti kita tunjukkan dalam susila yang bagus terhadap rasul yakni mengasihi dia dan ahlul baitnya sehabis kecintaan kita terhadap Allah Swt. sebagaimana
Rasulullah bersabda :
“Tidak beriman salah seorang dari mu, apabila ia tidak mencintaiku melampaui dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan insan semuanya” . ( H.R. Bukhari Muslim )
“Barang siapa mengasihi ahlul baitku, memiliki arti mengasihi aku, mengasihi aku, memiliki arti mengasihi Allah”. (H.R. Bukhari Muslim).
Terbukti umat Islam seluruh dunia didalam shalat lima waktu sehari semalam dalam duduk tahyat terakhir mengucapkan: “ Allahumma shalli a’laa Muhammad wa’ala ali Muhammad”.
- Mengucapkan shalawat dan salam terhadap Rasulullah.
Mengucapkan shalawat dan salam terhadap Rasulullah merupakan selaku tanda ucapan terima kasih dan berhasil dalam perjuangannya. Rasulullah bersabda :
“ Orang yang kikir merupakan orang yang menyebut namaku, tetapi ia tidak bershalawat terhadap ku ” . ( H.R. Ahmad )
“ Barang siapa yang bershalawat terhadap ku satu kali, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali shalawat ” . ( H.R. Ahmad )
“ Sesungguhnya orang yang paling akrab dengan ku pada hari kiamat, merupakan orang yang paling banyak bershalawat terhadap ku ” . ( H.R.Tirmidzi )
- Melanjutkan misi Rasulullah.
Misi Rasulullah yakni menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai islam. Dan inilah kiprah kita berikutnya selaku seorang muslim. Sebagaimana sabda Rasulullah Sholallau 'alaihi wassallam :
“ Sampaikanlah dari ku walau cuma satu ayat, dan ceritakanlah ihwal bani israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas ( nama ) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia merencanakan wilayah duduknya dineraka” . ( H.R. Ahmad,Bukhari dan
Tarmidzi dari Ibnu Umar )
Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Islam mengajarkan mudah-mudahan insan mempertahankan diri termasuk jasmani dan rohani. Organ tubuh kita mesti dipelihara dengan menampilkan konsumsi masakan yang halal dan baik. Apabila kita menyantap masakan yang tidak halal dan tidak baik, memiliki arti kita sudah menghancurkan diri sendiri. Akal
kita juga perlu dipelihara dan dijaga mudah-mudahan tertutup oleh anggapan kotor. Jiwa mesti disucikan mudah-mudahan menjadi orang yang beruntung. Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S Asy - Syam [91] : 9-10 :
Artinya :
“ Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa. Dan berbarengan merugilah orang yang mengotorinya” . Kemudian menahan persepsi dan memelihara kemaluan juga tergolong berakhlak terhadap diri sendiri. Sebagaimana Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya sebilangan jago neraka merupakan perempuan-perempuan yang berpakaian tetapi yang telanjang yang cenderung terhadap maksiat dan menawan orang lain untuk melaksanakan maksiat. Mereka tidak akan masuk nirwana dan tidak akan mencium baunya”. ( H.R.Bukhari dan Muslim )
“Bahwa anak wanita apabila sudah cukup umurnya, maka mereka dihentikan dilihat akan dia melainkan mukanya dan kedua telapak tangannya hingga pergelangan” (H.R. Abu Daud)
Memang berat untuk mengenakan busana Muslimah yang bagus dan sesuai fatwa Islam.
Karena mungkin busana muslim yang bagus itu menyerupai ibu-ibu, tidak modis, tidak seksi, dan sebagainya tetapi itulah yang benar. Dan pada dikala ini sudah banyak busana muslim yang bagus dan tetap terlihat modis dan anggun.Tetapi juga mesti dikenang jangan berlebihan.
Ajaran islam ihwal mempertahankan kehormatan diri baik lelaki maupun wanita ini sungguh suci dan mulia. Tidak ada fatwa agama lain yang mengendalikan demikian cermatnya. Jika ini dilaksanakan, sulit dipercayai ada perzinaan, prostitusi, dan perselingkuhan suami istri. Orang islam dihentikan hina dina, tetapi sebaliknya mesti suci dan mulia. Berakhlak Terhadap Diri Sendiri antara lain :
- Setia ( al-Amanah ), yakni sikap pribadi yang setia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, baik berupa harta, rahasia, kewajiban, atau kepercayaan lainnya.
- Benar ( as-Shidqatu ), yakni berlaku benar dan jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan.
- Adil ( al-‘adlu ), yakni menempatkan sesuatu pada tempatnya.
- Memelihara kesucian ( al-Ifafah ), yakni mempertahankan dan memelihara kesucian dan kehormatan diri dari langkah-langkah tercela, fitnah dan perbuatan yang sanggup mengotori dirinya.
- Malu ( al-Haya ), yakni malu terhadap Allah dan diri sendiri dari perbuatan melanggar perintah Allah
- Keberanian ( as-Syajaah ), yakni sikap mental yang menguasai hawa nafsu dan berbuat semestinya.
- Kekuatan ( al-Quwwah ), yakni kekuatan fisik, jiwa atau semangat dan anggapan atau kecerdasan.
- Kesabaran ( ash-Shabrul ), yakni sabar di saat ditimpa petaka dan dalam melakukan sesuatu.
- Kasih Sayang ( ar-Rahman ), yakni sifat mengasihi terhadap diri sendiri, orang lain dan sesama makhluk.
- Hemat ( al-iqtishad ) yakni tidak boros terhadap harta, irit tenaga dan waktu.
Akhlak Terhadap Keluarga
Akhlak terhadap keluarga termasuk ayah, ibu, anak, dan keturunannya. Kita mesti berbuat baik terhadap anggota keluarga utamanya orang tua. Ibu yang sudah mengandung kita dalam kondisi lemah, menyusui dan mengasuh kita menampilkan kasih sayang yang tiada tara.
Ketika kita lapar, tangan ibu yang menyuapi, di saat kita haus, tangan ibu yang memberi minuman. Ketika kita menangis, tangan ibu yang mengusap air mata. Ketika kita gembira, tangan ibu yang menadah syukur, memeluk kita erat dengan deraian air
mata bahagia. Ketika kita mandi, tangan ibu yang meratakan air ke seluruh badan,membersihkan segala kotoran. Tangan ibu, tangan ajaib, sentuhan ibu, sentuhan kasih, sanggup menenteng ke Surga Firdaus.
Begitu juga ayah dialah sosok seorang lelaki yang luar biasa dalam hidup yang sudah menafkahi kita tanpa memperdulikan panasnya terik matahari, ajal yang mau menghadang demi anak apapun akan dilakukan.
Mendidik kita tanpa letih meski kerap kali kita melawan perintahnya ia tak pernah jenuh memberi yang terbaik mudah-mudahan anaknya selamat dunia dan akhirat, menyekolahkan anaknya hingga sukses. Tak pernah lupa dalam doa mereka untuk kita.
Begitulah usaha orang renta maka sudahkah kita berbakti, mendoakan mereka disetiap selesai shalat, ingat terhadap mereka setiap saat, maka selayaknya lah kita patuh terhadap kedua mereka dalam hidup kita ini .
Firman Allah :
“ Kami perintahkan terhadap insan agar berbuat baik terhadap dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susahpayah, dan melahirkannya dengan sulit payah (pula). Mengandungnya hingga menyapihnya yakni tiga puluh bulan, sehingga apabila dia sudah dewasa dan umurnya hingga empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah saya untuk mensyukuri nikmat
Engkau yang sudah Engkau berikan kepadaku dan terhadap ibu bapakku dan agar saya sanggup berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) terhadap anak cucuku.
Sesungguhnya saya bertaubat terhadap Engkau dan berbarengan saya tergolong orang-orang yang berserah diri." ( Q.S Al-Ahqaf :15 )
Akhlak Terhadap Orang Tua antara lain :
1. Mencintai mereka melampaui rasa cinta kita terhadap saudara yang lain.
2. Lemah lembut dalam perkataan dan perbuatan
3. Merendahkan diri di hadapannya.
4. Berdoa terhadap mereka dan meminta doa terhadap mereka.
5. Berbuat baik terhadap mereka sepanjang hidupnya.
6. Berterima kasih terhadap mereka.
5. Akhlak Terhadap Masyarakat
Akhlak terhadap penduduk antara lain :
1. Memuliakan tamu
2. Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
3. Saling membantu dalam melaksanakan kebajikan takwa.
4. Menganjurkan anggota penduduk berbuat baik dan menangkal perbuatan jahat.
5. Memberi makan fakir miskin.
6. Bermusyawarah dalam segala permasalahan kepentingan bersama.
7. Menunaikan amanah yang sudah diberikan oleh penduduk terhadap kita.
8. Menepati janji.
Akhlak Terhadap Tetangga
Akhlak terhadap tetangga merupakan sikap yang terpuji. Berbuat baik terhadap tetangga sungguh disarankan oleh Rasulullah Saw. sebagaimana sabda Rasulullah :
“Kalau ia ingin meminjam hendaklah engkau pinjamkan, kalau ia minta tolong hendaklah engkau tolong, kalau ia sakit hendaklah engkau rawat, kalau ia ada kebutuhan hendaklah engkau beri bantuan, kalau ia mendapat kesenangan hendaklah engkau beri ucapan selamat, kalau ia sanggup kesulitan hendaklah engkau hibur, kalau ia meninggal hendaklah engkau antarkan jenazahnya.
Janganlah engkau bangkit rumah lebih tinggi dari rumahnya dan janganlah engkau susahkan ia dengan wangi masakanmu kecuali engkau hadiahkan kepadanya, dan kalau tidak engkau beri bawalah masuk kedalam rumahmu dengan sembunyi, dan jangan engkau beri anakmu bawa keluar buah-buahan itu, kecuali nanti anaknya kehendaki buahan itu. ( H.R. Abu Syaikh )
Dengan pernyataan hadits rasulullah swa diatas menampilkan terhadap kita bahwa orang muslim sungguh disarankan untuk berbuat baik terhadap tetangganya. Orang yang senantiasa berbuat baik terhadap tetangganya memiliki arti dia sudah menjalankan perintah rasulullah. Sebagaimana sabdanya: “Man aamana billaahi walyaumil aakhiri falyukrim jaarahu” (HR. Bukhari).
Artinya: Barang siapa beriman terhadap Allah dan hari final hendaklah memuliakantetangganya.
Rasulullah mengusulkan ummatnya untuk berbuat baik dalam gerak gerik atau sikap kita dalam kehidupan sehari-hari, berakhlak mulia dalam bertindak melaksanakan sesuatu.
Terutama yang menyangkut relasi dengan Allah selaku pencipta alam semesta tergolong kita selaku manusia.
Kedua relasi sesama insan utamanya relasi dengan Rasulullah selaku orang yang sudah membimbing kita kejalan yang benar untuk menyembah Tuhan Yang
Esa. Ketiga relasi dengan alam semesta serta lingkungannya. Keempat relasi insan dengan diri sendiri.
Akhlak dan etika merupakan pendidikan dasar yang mesti diberikan dan dibina dengan terhadap anak didik kita mudah-mudahan belum dewasa sudah biasa melaksanakan hal-hal yang baik, sopan santun dalam bergaul, utamanya terhadap kedua orang tua, terhadap kawan sebaya, juga terhadap para tetangga.
Anak-anak kalau sudah dibiasakan diwaktu kecil dalam sikap seharihari insya Allah akan terbawa dan sudah biasa bila sudah dewasa nanti.
Kalau anak berakhlak mulia kemana dia pergi dan dengan siapa mereka bergaul akan diterima dan digemari oleh orang disekitarnya dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh lantaran itu didiklah anakmu kejalan yang benar dan berlaku baik terhadap mereka, berakhlak dan beretika menurut norma susila istiadat yang berlaku didalam penduduk kita.
0 Komentar untuk "Akhlak Dan Etika Dalam Islam"