Tak sanggup ku tulis ungkapan kesedihan menyaksikan jasad Rangga. Bocah yang wafat di saat membela sang ibundanya dari pemerkosaan.
Dada ini sangat terasa sesak. Mengapakah bocah sekecil ini mesti mencicipi kejadian yang sangat memilukan hati ini.
Terbayang terhadap wajah-wajah anakku sendiri.
Tapi Rangga DIA ADALAH PAHLAWAN. Dia membela sang Ibundanya walaupun alhasil mesti merenggang nyawa di tangan si pemangsa durjana.
Tangannya yang mungil dan kakinya yg masih kecil sudah berjuang keras membela kehormatan sang ibunda. Apalah daya, beliau kalah oleh tangan berangasan si penjahat nista.
Rangga merupakan bocah kecil yg tanpa dosa. Dia akan kembali ke segi Tuhannya dg jiwa yang suci. Dia mungkin "telah ke syurga".
Dia mengajarkan kita untuk mempertahankan kemuliaan orang yang paling kita cintai.
Dan si penjahat mafia itu, satu2nya eksekusi yang sempurna baginya merupakan eksekusi mati.
Orang yang pernah membunuh sekali dengan sengaja maka tidak akan takut untuk membunuh kedua kali.
Wahai penguasa... Berilah eksekusi mati bagi si penjahat itu demi keadilan. Demi Rangga yang sekarang sudah tiada. Dan demi kehormatan ibunya.
Dada kita bertambah sesak mengenali Rangga dan ibunya tinggal di gubuk reot di perkebunan sawit yang jauh dari pemukiman warga. Sehingga si penjahat mafia sanggup leluasa melakukan kejahatannya.
Semoga tak ada lagi orang-orang Aceh yang hidup dalam kemiskinan menyerupai keluarga Rangga. Harus menepi dari hiruk pikuk warga alasannya merupakan fakta kemiskinan.
Aduhai... supaya sebuah hari para penguasa betul-betul serius mengeluarkan rakyatnya dari kemiskinan. Seharusnya tak ada lagi kemiskinan alasannya merupakan kita merupakan negeri yang kaya.
Penulis: Teuku Zulkhairi
0 Komentar untuk "Rangga Mungkin Sudah Ke Syurga, Namun Dada Kita Sesak Membayangkan Kepedihan Ini"