Setiap informasi politik terkait perdamaian Aceh, senantiasa dimunculkan narasi kalau MoU Helsinki merupakan perjanjian antara GAM dan RI. Bukan antara Aceh dan Jakarta. Bukan antara rakyat Aceh dan Jakarta.
Narasi tersebut keliru--bila tidak patut disebut sesat. Perjuangan yang digerakkan oleh Paduka Yang Mulia Hasan Tiro, dan dideklarasikan di Gunong Halimon, Pidie, merupakan usaha politik bersenjata atas nama Aceh. Memperjuangkan kemerdekaan. Aceh nation! Walau pada risikonya sejarah memaksa kedua belah pihak berjumpa di neberapa tawar menawar dan final di Helsinki yang difasilitasi oleh CMI. Itu hal lain.
Aceh sehabis MoU Helsinki merupakan kawasan yang berbeda. Sebuah kawasan dengan ragam kekhususan. Termasuk dalam pengelolaan migas. Pemerintah Pusat, risikonya menyepakati pembentukan BPMA, suatu forum setara SKK Migas yang tidak mungkin didapat oleh Papua, Kalimantan dan daerah-daerah lain.
Juga kekhususan lain seumpama partai politik lokal, dana otonomi khusus--yang sampai sekarang masih menjadi bancakan besar birokrat jahat, politisi busuk, penegak aturan khianat serta penjaga kedaulatan yang melanggar sumpah.
Apa yang Aceh temukan hari ini, buah dari usaha orang-orang yang bergabung ke dalam tubuh usaha Gerakan Aceh Merdeka. Ribuan orang gugur di dalam pertentangan panjang 30 tahun. Perjuangan yang disokong oleh dominan rakyat Aceh, dominan rakyat miskin, dominan kaum terbuang, dominan kaum teraniaya oleh ketimpangan pembangunan. Dengan demikian, GAM merupakan rakyat Aceh, rakyat Aceh merupakan GAM. Satu dua yang tidak sepakat dengan anjuran demikian, itu wacana lain.
Jadi, MoU Helsinki merupakan milik kita semua. Doa kita yang dikabulkan Allah. MoU Helsinki bukan semata milik elit GAM, terlebih milik partai politik. Bukan. Perjanjian tenang di Helsinki merupakan hasrat kita semua yang sudah jenuh dengan perang. MoU Helsinki merupakan buah dari usaha panjang. Anugerah yang cuma dimiliki oleh Aceh.
Mari jaga Aceh. Bila GAM sudah berjuang begitu usang dengan perlawanan bersenjata. Sekarang kiprah kita melanjutkannya. Merawat tenang tidak semudah mengobarkan perang. Mengisi perdamaian tidak semudah status Facebook beberapa mahasiswa genit yang menyampaikan akan menolak MoU Helsinki, sehabis ngopi dengan abang-abang dari seberang laut.
Penulis: Muhajir Juli
0 Komentar untuk "Gam Mewakili Rakyat Aceh"