Tahun aliran baru, Rafa naik kelas III, tanpa mesti masuk sekolah. Dia menandai diri sudah naik kelas, dengan pergantian alat tulis. Kini ia menulis menggunakan pulpen.
Bilqis, menyerupai biasa. Ini tahun ketiga di TK. "Adek udah pindah ke Taman Kanak-kanak B," demikian beliau berujar. Dia belum bisa membaca. Tapi sudah bisa menulis dengan cara meniru, walau belum pas. Angka, huruf latin dan huruf Arab sudah bisa beliau coret di kertas.
Uminya bawah umur bertindak selaku guru. Kami tidak perlu repot menuntut ilmu daring. Karena pihak sekolah menentukan tidak ada kelas daring. Mereka memamerkan buku tema dan murid diminta menjalankan kiprah sekolah di rumah. Tentu di bawah pengampuan orangtua masing-masing.
Mutia Dewi memiliki kesanggupan hebat mengampu dua anak kami.
Di luar pelajaran sekolah, Rafa sudah dapat bangun diatas kaki sendiri menentukan bacaan. Mulai membaca komik edukasi, menonton kartun, menonton youtube kids bernuansa sains dan sesekali menonton serial komedi suasana Kelas Internasional.
"Kalau besar Abang mau kuliah di Al-Azhar Cairo," demikian beliau mematri impian. Dia sering mendengar wacana Al-Azhar dari saya. Universitas besar itu yakni mimpi yang pernah terpatri di dalam jiwa saya, namun tak ingin aku raih. Bahkan menyodorkan terhadap ibu pun, tidak berani. Terlalu jauh. Latar pendidikan aku pun tidak memungkinkan langkah aku bisa ke sana.
Penulis: Muhajir Juli
0 Komentar untuk "Bulan Ke-6 Menimba Ilmu Di Rumah"