Dalam pergaulan memang kita menemukan banyak peukateun (prilaku) manusia. Di jaman ini memang semakin sulit menemukan orang-orang yang benar-benar baik dengan kita. Manis didepan dan belakang. Kebanyakan anggun didepan tapi pahit dibelakang. Begitulah dunia ini. Tidak perlu diratapi.
Dalam bahasa aceh disebut "Bube dua jap". Maksudnya bermuka dua. Memang orang ibarat ini sangat berbahaya. Tapi tak kuasa kita musnahkan. Dia menjelekkan dan mengobral malu orang di belakang ialah hobbynya.
Selama jadi kepala sekolah saya semakin banyak menemukan makhluk liar ini, eh ups...maksudnya prilaku insan semacam ini. Tapi saya tidak pernah dendam. Di momen idul fitri ibarat ini. Dengan tulus dan tulus saya ma'afkan, sembari berdoa biar makhluk ini berubah.
Sebenarnya bube dua jap itu sangat gampang saya kenali. Lidahnya yang liar tak bisa ia tahan pada orang terdekat saya. Kadang saya heran. Kenapa ia sangat cerdik memuji saya setinggi langit, tapi disisi yang lain ia juga sangat lihai menjatuhkan orang sehancur-hancurnya. Gak bosan? Tenang, sudah saya maafkan.
Tapi sebetulnya saya cuma mau kasih tau. Menjadi bube dua jap. Tidak akan nyaman. Hidup ini perlu teman. Teman yang baik, setia, jujur dan saling mencintai. Bukan saling membenci dan menjatuhkan. Kita tidak akan senang bila prilaku kita menjatuhkan orang dari belakang. Tidak ada yang tepat di dunia ini. Niat yang baik, proses yang baik akan mengahasilkan hasil yang baik. Begitu dalam bergaul. Bukankah setiap muslim itu bersaudara.
Kepada bube dua jap, saya nyatakan dengan tulus tetap saya maafkan, saya yakin orang senang tetap bisa mema'afkan dan melupakan kesalahan orang. Allah saja maha pema'af, apalagi kita hambanya.
Rizki Dasilva
0 Komentar untuk "Saya Tetap Ma'afkan Bube Dua Jap Itu"