Kabarnya, inilah daun yang dimasak oleh Ibunda Malin Kundang tatkala mendengar kabar anaknya yg sudah kaya akan pulang kampung.
Ibunya yang sudah renta renta tinggal sendirian. Dalam kemiskinan yang menyedihkan. Sekian usang Malin Kundang pergi merantau tak ada kabar.
Hingga suatu dikala Ibundanya yg sdh lemah mendengar kabar anaknya sudah sukses akan pulang kampung.
Bergegas ibunya memetik daun kelor utk dimasak. Dalam kemiskinan dan kemelaratan ibunya tetap ingin memuliakan anaknya yg semata wayang.
Apalagi, ayah Malin Kundang juga telah meninggal semenjak dia kecil.
Ibundanya bergegas membawa panci berisi nasi, ikan asin dan sayur daun kelor menjumpai Malin Kundang yg mudik dg status sbg orang kaya, orang berada. Istrinya cantik, hartanya banyak pengikutnya selalu mengikutinya.
Rupanya Malin Kundang mudik bukan krn rindu pd ibu yang telah melahirkannya ke dunia ini. Ia ke kampung halamannya hanya utk keperluan bisnis.
Malin Kundang merasa aib punya ibu yg renta renta dan miskin. Ia aib pd istrinya, pada pengikutnya.
Ia mendorong ibunya sehingga terjatuh. Sayur daun kelor ini pun tumpah. Padahal, dahulu dengan sayur inilah dia dibesarkan oleh ibunya menjadi anak muda yg gagah perkasa.
Malin Kundang bodoh. Padahal sayur yang dimasak ibunya yaitu yg paling yummy di dunia. Jangan menduga masakan org2 kampung tidak bernilai.
Ibunda Malin Kundang memasak daun ini krn tahu keuntungannya yg banyak. Meningkatkan imunitas badan dll. Rasanya juga enak.
Si Malin Kundang akibatnya jadi batu. Ibunya murka. Jangan sakiti ibumu demi mbong di depan istrimu, di depan pengikutmu. Kamu akan jadi anak yg durhaka apabila ibumu menangis tersakiti.
Sekian
Penulis: Teuku Zulkhairi
0 Komentar untuk "Ôn Murông (Daun Kelor)"