Sejumlah video memberikan kerusakan yang parah di Amerika Serikat. Kemarahan massa jawaban rasialisme menjadi ibarat gelombang tsunami yang menghantam apa saja dan membawa pada kehancuran.
Ini yaitu pemandangan yang kerab terjadi di wilayah-wilayah muslim yang dibakar Amerika dan sekutunya.
Dunia niscaya tidak akan melupakan bagaimana Amerika mengkremasi Afghanistan dan Irak. Dunia tidak akan melupakan bagaimana Amerika mengintervensi dan menyesakkan banyak negara.
Dunia mustahil melupakan bagaimana Amerika merestui banyak perebutan kekuasaan militer terhadap pemimpin terpilih di sejumlah negara muslim.
Bahkan, dunia dengan mata telanjang sanggup melihat bagaimana Amerika memberi sumbangan atas setiap agresi terorisme Israel kepada Palestina.
Apa yang dialami George Floyd di Amerika yaitu sesuatu yang hampir saban hari dirasakan umat Islam di Palestina.
Kendati demikian, kita tidak akan pernah mendukung setiap agresi perusakan ibarat yang dilakukan warga Amerika dalam demonstrasi menentang rasialisme. Islam melarang tindakan semacam itu.
Bahkan dalam Islam, dalam situasi perang sekalipun umatnya dihentikan menebang pohon dan mengkremasi bangunan.
Itu sebab, ketika umat Islam memasuki Konstantinopel, gereja-geraja tetap dibiarkan berdiri. Situs-situs Byzantium tetap dirawat.
Ketika Yerussalem berada dalam pangkuan umat Islam, dunia sanggup membaca bagaimana situs-situs suci agama lain tetap dijaga secara baik. Tak ada penghancuran apapun terhadap bangunan-bangunan.
Di kurun modern, apa yang ditunjukkan jutaan umat Islam di Indonesia yang melaksanakan agresi 212 di Monas terang menjadi contoh bagi dunia ihwal bagaimana melaksanakan agresi yang beradab. Tanpa menebang pohon dan merusak lingkungan dan menghargai agama yang lain. Itulah yang diajarkan Islam.
Lalu bagaimana kita memandang aksi-aksi perusakan oleh demonstran Amerika?
Menurut Donald Trump, agresi kerusahan di negerinya dipelopori oleh "anak-anak muda yang tergabung dalam group ANTIVA yang anarkis". Sebuah group yang dikabarkan berideologi komunis.
Jadi, rasialisme di Amerika sebagai sebuah negara kapitalis, dilawan oleh group komunis yang merupakan ideologi rasis dan fasis lainnya.
Pelajaran apa yang sanggup kita petik sebagai umat Islam? Bahwa bagi kita, tak ada sistem terbaik selain Islam.
Jauh sebelum Amerika Serikat mendeklarasikan "declaration of independence", penghulu kita, Nabi Muhammad Saw telah memberikan sebuah deklarasi agung untuk umat Islam sepanjang zaman tanpa tersekat oleh teritorial.
Beliau mengatakan: “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim). Sehingga terang bahwa Islam tidak membedakan warna kulit ibarat halnya yang terjadi di Amerika.
Sementara bagi Amerika Serikat, pelajaran penting yang kita harapkan sanggup mereka ambil dari kerusuhan ini adalah, bahwa sudah saatnya mereka menghentikan kezaliman mereka kepada siapapun. Negara manapun.
Sudah saatnya mereka berhenti mendukung negara fasis Israel yang tak pernah berhenti melaksanakan tindakan keji kepada umat Islam.
Sudah saatnya Amerika membiarkan dunia semoga sanggup bernafas". Dunia yang tanpa kezaliman.
Sebab, adakalanya, pembalasan atas kezaliman kita sanggup jadi akan dilakukan oleh bukan org yang kita zalimi. Tapi oleh sistem atau ideologi zalim lainnya.
Dunia niscaya tidak akan melupakan bagaimana Amerika mengkremasi Afghanistan dan Irak. Dunia tidak akan melupakan bagaimana Amerika mengintervensi dan menyesakkan banyak negara.
Dunia mustahil melupakan bagaimana Amerika merestui banyak perebutan kekuasaan militer terhadap pemimpin terpilih di sejumlah negara muslim.
Bahkan, dunia dengan mata telanjang sanggup melihat bagaimana Amerika memberi sumbangan atas setiap agresi terorisme Israel kepada Palestina.
Apa yang dialami George Floyd di Amerika yaitu sesuatu yang hampir saban hari dirasakan umat Islam di Palestina.
Kendati demikian, kita tidak akan pernah mendukung setiap agresi perusakan ibarat yang dilakukan warga Amerika dalam demonstrasi menentang rasialisme. Islam melarang tindakan semacam itu.
Bahkan dalam Islam, dalam situasi perang sekalipun umatnya dihentikan menebang pohon dan mengkremasi bangunan.
Itu sebab, ketika umat Islam memasuki Konstantinopel, gereja-geraja tetap dibiarkan berdiri. Situs-situs Byzantium tetap dirawat.
Ketika Yerussalem berada dalam pangkuan umat Islam, dunia sanggup membaca bagaimana situs-situs suci agama lain tetap dijaga secara baik. Tak ada penghancuran apapun terhadap bangunan-bangunan.
Di kurun modern, apa yang ditunjukkan jutaan umat Islam di Indonesia yang melaksanakan agresi 212 di Monas terang menjadi contoh bagi dunia ihwal bagaimana melaksanakan agresi yang beradab. Tanpa menebang pohon dan merusak lingkungan dan menghargai agama yang lain. Itulah yang diajarkan Islam.
Lalu bagaimana kita memandang aksi-aksi perusakan oleh demonstran Amerika?
Menurut Donald Trump, agresi kerusahan di negerinya dipelopori oleh "anak-anak muda yang tergabung dalam group ANTIVA yang anarkis". Sebuah group yang dikabarkan berideologi komunis.
Jadi, rasialisme di Amerika sebagai sebuah negara kapitalis, dilawan oleh group komunis yang merupakan ideologi rasis dan fasis lainnya.
Pelajaran apa yang sanggup kita petik sebagai umat Islam? Bahwa bagi kita, tak ada sistem terbaik selain Islam.
Jauh sebelum Amerika Serikat mendeklarasikan "declaration of independence", penghulu kita, Nabi Muhammad Saw telah memberikan sebuah deklarasi agung untuk umat Islam sepanjang zaman tanpa tersekat oleh teritorial.
Beliau mengatakan: “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim). Sehingga terang bahwa Islam tidak membedakan warna kulit ibarat halnya yang terjadi di Amerika.
Sementara bagi Amerika Serikat, pelajaran penting yang kita harapkan sanggup mereka ambil dari kerusuhan ini adalah, bahwa sudah saatnya mereka menghentikan kezaliman mereka kepada siapapun. Negara manapun.
Sudah saatnya mereka berhenti mendukung negara fasis Israel yang tak pernah berhenti melaksanakan tindakan keji kepada umat Islam.
Sudah saatnya Amerika membiarkan dunia semoga sanggup bernafas". Dunia yang tanpa kezaliman.
Sebab, adakalanya, pembalasan atas kezaliman kita sanggup jadi akan dilakukan oleh bukan org yang kita zalimi. Tapi oleh sistem atau ideologi zalim lainnya.
Penulis: TEUKU ZULKHAIRI
0 Komentar untuk "Biarkan Amerika Terbakar Biar Dunia Dapat Bernafas"