Meluruskan Persepsi Yang Salah Untuk Muhammadiyah

Melurus Pandangan Yang Salah Untuk Muhammadiyah Meluruskan Pandangan Yang Salah Untuk Muhammadiyah

Pemahaman yang Salah wacana Muhammadiyah di Aceh suatu pergerakan dakwah sudah masuk akal jikalau memperoleh pertentangan. Bagaimanapun baiknya jalan yang ditempuh, senantiasa ada segi gelap yang dipandang oleh sebagian golongan. Namun, bekerjsama cara pandang sebagian golongan terhadap golongan yang lain tidak patut dijadikan biang kerok perpecahan. Itulah keberagaman yang hendak memperkaya kebesaran jiwa dalam hidup bermasyarakat.

Muhammadiyah di Aceh walaupun sudah menorehkan banyak jasa terhadap pemerintah dan penduduk dalam membangun sumberdaya insan yang berakidah, berakhlak dan menegakkan syariat Islam di Aceh, tetapi tetap saja ada yang menatap negatif. Rasanya persepsi itu cuma dilandasi atas rasa yang tidak berdasar, berdata dan berupa tuduhan atau fitnah saja.

Sebagai warga Muhammadiyah yang merasa heran dengan persepsi negatif terhadap Muhammadiyah, saya menjajal untuk mencari akar masalahnya. Termasuk ceramah para tokoh agama di Aceh yang bernada mencibir Muhammadiyah. Sebagian juga sungguh mudah menyebut Muhammadiyah selaku istilah "Wahabi". Bahkan saya memperoleh wacana tuduhan Muhammadiyah selaku wahabi diberbagai goresan pena dan wabesite dan diviralkan.

Nada‐nada sumbang wacana Muhammadiyah yang sengaja dihembuskan akan sungguh berbahaya bagi penduduk awam. Akan sungguh mungkin muncul perpecahan justru cuma berangkan dari opini yang ditanamkan. Misalnya penolakan pendirian Masjid Taqwa Muhammadiyah Bireuen, Juli dan Samalanga, menurut saya itu sebab pengaruh propaganda negatif yang dihembuskan pada Muhammadiyah.

Dalam peluang ini akan saya paparkan bahwa Muhammadiyah tidak mirip yang mereka katakan. Muhammadiyah bukan suatu ancaman. Muhammadiyah tidak berbahaya. Mungkin yang dituduh wahabi selama ini yakni kalangan lain yang sungguh mudah menghakimi sesama muslim. Atas tuduhan selama ini terhadap Muhammadiyah yang tidak mendasar, saya ingin sampaikan beberapa pencerahan. Khususnya bagi saudaraku di Aceh, selaku berikut:

1) Muhammadiyah bukan gerakan yang menyebabkan perpecahan umat. Sejak Muhammadiyah lahir, umat Islam Indonesia hidup dengan kompak dan damai. Bahkan warga Muhammadiyah sanggup hidup berdampingan dengan warga Nahdliyin. Saya sejak kecil menyaksikan ada beberapa orang renta beberapa desa di Aceh sudah menjadi kader Muhammadiyah. Namun jikalau ada kalangan yang gemar berfatwa atau memvonis bid’ah dan sesat bahkan syirik terhadap amalan‐amalan kalangan lain, itu terang bukan prinsip Muhammadiyah. Muhammadiyah lebih memprioritaskan dakwah bilhikmah. Mengutamakan ukhuwah Islamiyah. Muhammadiyah tidak mudah menghakimi orang lain walaupun tidak sependapat;

2) Muhammadiyah tidak pernah memfatwakan sesat terhadap dominan ulama terdahulu. Termasuk terhadap ulama Asy'ariyah dan Maturidiyah. Muhammadiyah sejak dahulu sungguh menghormati ulama Asy'ariyah yang merupakan dominan ulama di Indonesia. Muhammadiyah juga menganut ulama mazhab yang empat (Imam Hanafi, Syafi'i, Maliki dan Hambali). Kader‐kader Muhammadiyah juga menuntut ilmu pada kitab‐kitab Imam Syafi'i dan Imam An‐Nawawi dan tidak pernah didapatkan aliran Muhammadiyah menyesatkan ulama mirip Imam Nawawi, Imam Ibnu Hajar al‐Asqalani, al‐Haitami, as‐Subki dan ulama Asy'ariyah lainnya;   

3) Muhammadiyah yakni pengikut Nabi Muhammad SAW. Dari namanya saja bermakna  pengikut Rasulullah. Orang Muhammadiyah senantiasa bersalawat. Muhammadiyah sungguh loyal terhadap Sunnah Nabi Muhammad SAW. Walaupun tidak menjalankan perayaan maulid nabi sebagaimana penduduk memperingatinya, bukan bermakna Muhammadiyah tidak menyayangi nabi. Di Muhammadiyah berkala menjalankan pengajian yang membahas Sirah Nabawiyah. Bukankah inti dari maulid nabi yakni mengingat kembali sejarah usaha NabiMuhammad SAW? Jelas Muhammadiyah sudah menjalankan bentuk kegiatan cinta terhadap Rasulullah SAW. Muhammadiyah sungguh toleran. Muhammadiyah tidak pernah menilai sesat orang yang memperingati maulid nabi. Namun, Muhammadiyah punya cara sendiri untuk menyayangi Nabi Muhammad yakni dengan berpegang teguh pada Al‐Qur’an yang diajarkannya dan mengikuti sunnahnya dalam perkataan maupun perbuatan. Bahkan dalam setiap apa yang dilaksanakan dan ditugaskan Rasulullah, warga Muhammadiyah berupaya samikna wa athakna (kami mendengar, kami taat).

4) Muhammadiyah berpaham sesuai Al‐Qur’an dan Sunnah yang sahih. Tentang problem dogma contohnya tentang  al‐'Arsyi, dalam Al‐Qur’an maupun dalam hadis. Al‐Qur’an
hanya menerangkan bahwa al‐‘Arsy yakni singgasana. Maka Muhammadiyah beropini bahwa  wajib meyakini keberadaannya, yang hakikatnya cuma dimengerti Allah SWT. Kita tidak perlu mencari‐cari seberapa besar, jauh atau tingginya. Dalam ayat‐ayat tersebut diterangkan bahwa Allah beristiwa’ atau bersemayam di atas ‘Arsy dan kita wajib mengimaninya. Adapun yang dimaksud dengan qarib (dekat) merupakan bahwa Allah mengenali segala sesuatu. Dia mendengar perkataan manusia, dan menyaksikan segalam macam perbuatannya.Tidak ada hijab antara Allah dan manusia.Tiada mediator atau wali yang menyodorkan doa mereka terhadap Allah. Tiada yang membantu‐Nya dalam mengabulkan tuntutan insan kepada‐Nya. Allah akan mengabulkan doa insan tanpa mediator seorang pun. Dia Maha Mengetahui segala apa yang ada dalam hati setiap orang. Demikianlah yang dimaksud dengan ‘aqrabu ilaihi min hablil warid’ (lebih akrab kepada‐Nya ketimbang urat leher) yang disebutkan dalam Al‐Qur’an Surah Qaf ayat 16, selaku berikut:

Artinya: “Dan sungguh, Kami sudah bikin insan dan mengenali apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih akrab kepadanya ketimbang urat lehernya.” (QS. Qaf:16) 

Kalau ada yang menyebutkan Muhammadiyah berpaham Tajsim yakni pengertian bahwa Allah memiliki tangan, wajah, kaki, betis, lambung, mata, jiwa, bertempat di atas Arsy dan bersifat dengan tiba dan naik turun. Itu adalah fitnah kejam. Tidak sesuai dengan apa yang dimengerti oleh Muhammadiyah.

5) Muhammadiyah sungguh menyayangi tanah air ini. Muhammadiyah menjalankan banyak sekali gerakan nasionalisme. Menjaga keutuhan NKRI dan keberagaman. Dalam faktanya Muhammadiyah tidak pernah terlibat dalam bentuk gerakan teroris dan radikal di negeri ini.

111 tahun muhammadiyah sudah banyak menjalankan gerakan kebaikan di negeri ini. Muslim itu menyerupai satu tubuh. Kalau ada serpihan badan yang sakit, maka kesakitan itu dicicipi oleh kerabat seiman yang lain. Mari kita berbaik sangka. Tidak saling menghina, memfitnah dan saling menyakiti. Mari kita jaga persatuan umat ini. Bila ada yang berbeda, kita sanggup saling menghargai dan menghormati. Tidak perlu membesarkan perbedaan. Sehingga ukhuwah Islamiyah akan senantiasa terjaga.  

Rizki Dasilva

Related : Meluruskan Persepsi Yang Salah Untuk Muhammadiyah

0 Komentar untuk "Meluruskan Persepsi Yang Salah Untuk Muhammadiyah"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close