Ujub (Takjub) Dengan Diri Sendiri Salah Satu Kemaksiatan Hati

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji cuma milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga, dan para sahabatnya, serta pengikutnya yang senantiasa dirahmati dan Istiqomah.

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassallam  bersabda: 

“Ada tiga hal yang dianggap sanggup membinasakan kehidupan manusia, yakni kekikiran (kebakhilan) yang dipatuhi, hawa nafsu yang diikuti, dan ketakjuban orang terhadap dirinya sendiri."

Hadis tersebut diatas diriwayatkan oleh Thabrani dalam al-Awsath dari Anas dan Ibn Umar, yang menganggapnya selaku hadis hasan dalam Shahih al-Jami' as-Shaghir, 3030 dan 3045.

Nah, kali ini yakni kasus ketiga yang sanggup membinasakan insan sebagaimana disebutkan dalam hadis itu merupakan berbangga terhadap diri sendiri atau ujub.

Ujub (takjub) dengan diri sendiri dan ghurur (terperdaya) dengan kenikmatan yang dimiliki yakni dua hal yang sungguh berbahaya pada diri seseorang. Kelebihan dan lezat yang dimiliki sanggup jadi malah menjerumuskan dalam lembah kehinaan. Ujub membatasi dari kesempurnaan budbahasa dan bahkan sanggup menjatuhkan seseorang yang sebetulnya memiliki keutamaan.

Sesungguhnya orang yang berbangga terhadap dirinya sendiri tidak akan sanggup menyaksikan malu yang ada pada dirinya walaupun malu itu sungguh besar, namun beliau sanggup menyaksikan keistimewaan dan kebaikan dirinya sebagaimana mikroskop yang sanggup memperbesar hal-hal yang kecil dalam dirinya.

Al-Qur'an sudah menyebutkan bagaimana sanjungan kaum Muslimin terhadap diri mereka pada waktu Perang Hunain yang membuat kekalahan, sehingga mereka menyadari kondisi itu dan kembali terhadap Tuhan mereka.

لَـقَدۡ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ فِىۡ مَوَاطِنَ كَثِيۡرَةٍ‌ ۙ وَّيَوۡمَ حُنَيۡنٍ‌ ۙ اِذۡ اَعۡجَبَـتۡكُمۡ كَثۡرَتُكُمۡ فَلَمۡ تُغۡنِ عَنۡكُمۡ شَيۡـًٔـا وَّضَاقَتۡ عَلَيۡكُمُ الۡاَرۡضُ بِمَا رَحُبَتۡ ثُمَّ وَلَّـيۡتُمۡ مُّدۡبِرِيۡنَ‌ۚ

Sungguh, Allah sudah membantu kau (mukminin) di banyak medan perang, dan (ingatlah) Perang Hunain, dikala jumlahmu yang besar itu membanggakan kamu, namun (jumlah yang banyak itu) sama sekali tidak berkhasiat bagimu, dan bumi yang luas itu terasa sempit bagimu, kemudian kau berbalik ke belakang dan lari tunggang-langgang. QS at-Taubah: 25)

ثُمَّ اَنۡزَلَ اللّٰهُ سَكِيۡنَـتَهٗ عَلٰى رَسُوۡلِهٖ وَعَلَى الۡمُؤۡمِنِيۡنَ وَاَنۡزَلَ جُنُوۡدًا لَّمۡ تَرَوۡهَا‌ ۚ وَعَذَّبَ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا‌ ؕ وَذٰ لِكَ جَزَآءُ الۡـكٰفِرِيۡنَ

Kemudian Allah menurunkan ketenangan terhadap Rasul-Nya dan terhadap orang-orang yang beriman, dan Dia menurunkan bala prajurit (para malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menimpakan azab terhadap orang-orang kafir. Itulah jawaban bagi orang-orang kafir. (QS at-Taubah: 26)

Ketika itu, sebagian di antara mereka -para sahabat- ada yang berkata, “Pada hari ini kita tidak akan kalah gara-gara jumlah yang sedikit.”

Tatkala penyakit ujub itu menyelinap ke dalam hati mereka, maka Allah berikan pelajaran bagi mereka. Padahal, mereka itu yakni para Sahabat Nabi orang-orang termulia di atas wajah bumi sehabis para nabi- sejumlah 12 ribu pasukan kaum muslimin kocar-kacir di permulaan peperangan dalam menghadapi 4 ribu pasukan musyrikin dari kabilah Hawazin… (lihat Tafsir al-Karim ar-Rahman, hal. 345).

Sikap ujub pula yang mengelabui Iblis sehingga membangkang dari perintah Allah untuk sujud terhadap Adam yang beliau pandang lebih rendah dari dirinya. Iblis yang mulanya menghuni nirwana yang sarat kenikmatan namun risikonya diusir dari nirwana dan bahkan diancam akan dimasukkan kedalam neraka di hari final zaman kelak.

Keutamaan yang kita miliki sejatinya cuma karunia yang Allah berikan pada kita selaku materi cobaan untuk kita. Tidak perlu kita merasa angkuh atau kagum dengan diri kita sendiri. Allah dan RasulNya sudah memperingatkan mudah-mudahan insan tidak terperdaya dengan kenikmatan yang dimiliki. Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ

“Hai manusia, apakah yang sudah memperdayakan kau terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah?” (QS. Infithar: 6)

Sayyina Ali bin Abu Thalib r.a. berkata, "Keburukan yang engkau laksanakan yakni lebih baik ketimbang kebaikan di segi Allah yang membuatmu berbangga diri."

Atha, mengutip makna ucapan Ali kemudian beliau mengungkapkannya di dalam hikmahnya: "Barangkali Allah membukakan pintu ketaatan namun tidak membukakan bagimu pintu penerimaan amalan itu; barangkali Dia menakdirkan bagimu kemaksiatan, namun hal itu menjadi alasannya yakni sampainya kau kepadaNya.

Kemaksiatan yang membuat dirimu terhina dan tercerai-berai yakni lebih baik ketimbang ketaatan yang membuat dirimu berbangga dan menyombongkan diri."

Bahaya ‘Ujub

Sifat ‘ujub menenteng akhir jelek dan menyeret terhadap kehancuran, baik bagi pelakunya maupun bagi amal perbuatannya. Di antara pengaruh dari sifat ‘ujub tersebut adalah:

Pertama, membatalkan pahala. Seseorang yang merasa ‘ujub dengan amal kebajikannya, maka pahalanya akan gugur dan amalannya akan tidak bermanfaat lantaran Allah tidak akan menemukan amalan kebajikan sedikitpun kecuali dengan lapang dada karena-Nya. Rasulullah s.a.w bersabda:

Kedua, membuat Murka Allah.

Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassallam bersabda: 

“Seseorang yang meratapi dosanya, maka ia menunggu rahmat Allah. Sedang seseorang yang merasa ‘ujub, maka ia menunggu marah Allah.” (HR. Baihaqi)

Perasaan ‘ujub membuat marah Allah, lantaran ‘ujub sudah mengingkari karunia Allah yang semestinya kita syukuri.

Ketiga, terjerumus ke dalam perilaku ghurur (terperdaya) dan takabur. Orang yang kagum pada diri sendiri akan lupa melakukan instrospeksi diri. Bersamaan dengan perjalanan waktu, hal itu akan menjadi penyakit hatinya. Pada risikonya ia sudah biasa meremehkan orang lain atau merasa dirinya lebih tinggi ketimbang orang lain dan tidak mau menghormati orang lain. Itulah yang disebut takabur.

Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassallam bersabda: 

”Tidak akan masuk nirwana seseorang yang di dalam hatinya terdapat perasaan angkuh walaupun cuma sebesar biji sawi. (HR. Nasa’i)

Keempat, membuat mengumbar nafsu dan melalaikan dosa-dosa. Seseorang yang memiliki perasaan ‘ujub akan senantiasa menilai dirinya baik dan tidak pernah menilai dirinya jelek dan serba kekurangan, sehingga ia senantiasa mengumbar kehendak hawa nafsunya dan tidak merasa kalau dirinya sudah berbuat dosa.

NabiShalallahu 'Alaihi Wassallam  bersabda: 

“Andaikan kalian tidak pernah berbuat dosa sedikitpun, niscaya saya khawatir kalau kalian berbuat dosa yang lebih besar, yakni perasaan ujub, ” (HR. Al Bazzar).

Kelima, membuat orang lain membenci pelakunya. Pada umumnya, orang membenci terhadap orang yang membanggakan diri, mengagumi diri sendiri, dan sombong. Oleh lantaran itu, orang yang ‘ujub tidak akan banyak temannya, bahkan ia akan dibenci walaupun luas ilmunya dan terpandang kedudukannya.

Syeikh Mustafa As Sibai berkata: 

“Separuh kepandaian yang disertai tawadhu’ lebih disukai oleh orang banyak dan lebih bermanfaat bagi mereka ketimbang kepandaian yang cocok yang disertai kecongkakan.”

Keenam, membuat su’ul khotimah dan kerugian di akherat.

Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassallam bersabda: 

“Tidak akan masuk nirwana orang yang suka menyebut-nyebut kembali pemberiannya, seorang yang durhaka, dan pecandu minuman keras.” (HR. Nasa’i)

Orang yang memiliki sifat ‘ujub biasanya suka menyebut-nyebut kembali sesuatu yang sudah diberikan. Umar r.a pernah berkata,”Siapapun yang mengakui dirinya berilmu, maka ia seorang yang terbelakang dan siapapun yang mengaku dirinya akan masuk surga, maka ia akan masuk neraka.”

Qatadah berkata: 

“Barangsiapa yang diberi keistimewaan harta, atau kecantikan, atau ilmu, atau pakaian, kemudian ia tidak bersikap tawadhu’, maka semua itu akan berakibat jelek baginya pada hari kiamat.”

Ketujuh, azab dan pembalasan cepat ataupun lambat. Seorang yang terkena penyakit ujub niscaya akan mencicipi pembalasan atas sikapnya itu. Dalam suatu hadits disebutkan: 

“Ketika seorang laki-laki berlangsung dengan mengenakan busana yang necis, rambut tersisir rapi sehingga ia kagum pada dirinya sendiri, saat itu juga Allah membenamkannya hingga ia terpuruk ke dasar bumi hingga hari Kiamat.” (HR. Al-Bukhari)

Maka jauhilah amal hati berjulukan ujub. Ibnu Sa’ad menceritakan di dalam kitabnya ath-Thabaqat, serempak Umar bin Abdul Aziz apabila berkhutbah di atas mimbar kemudian beliau khawatir timbul perasaan ujub di dalam hatinya, beliau pun menghentikan khutbahnya.

Demikian juga apabila beliau menulis goresan pena dan takut dirinya terserang ujub maka beliau pun menyobek-nyobeknya, kemudian beliau berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya saya berlindung kepadamu dari kejelekan hawa nafsuku.” (dikutip dari al-Fawa’id, hal. 146) Allahu A’lam.

Beda Riya dan Ujub

Ibnu Taimiyah menampilkan pelajaran bermanfaat tentang perbedaan antara riya’ dan ujub (takjub akan diri sendiri). Riya’ mempunyai arti menyekutukan atau menyandingkan dengan makhluk. Sedangkan ujub mempunyai arti menyandingkan dengan jiwa yang lemah. Ujub ini yakni kondisi orang-orang yang sombong. Orang yang berbuat riya’ tidak mewujudkan firman Allah Ta’ala,

إيَّاكَ نَعْبُدُ

“Hanya kepada-Mu lah kami menyembah.”

Sedangkan orang yang merasa ujub pada diri sendiri tidak mewujudkan firman Allah Ta’ala,

وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan.”

Barangsiapa yang mewujudkan firman Allah,

إيَّاكَ نَعْبُدُ

“Hanya kepada-Mu lah kami menyembah”, maka ia akan terlepas dari riya’ (karena ia akan beribadah pada Allah semata).

Barangsiapa yang mewujudkan firman Allah,

وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan”, ia akan terlepas dari sifat ujub (takjub pada diri sendiri).
Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى

“Maka janganlah kau menyampaikan dirimu suci. Dia-lah yang paling mengenali wacana orang yang bertakwa.“ (QS. An-Najm [53]: 32)


Related : Ujub (Takjub) Dengan Diri Sendiri Salah Satu Kemaksiatan Hati

0 Komentar untuk "Ujub (Takjub) Dengan Diri Sendiri Salah Satu Kemaksiatan Hati"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close