Menuju Hari Yang Lebih Bermakna

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji cuma milik Allah Subhanahu wa ta'ala, shalawat dan salam mudah-mudahan tercurah terhadap junjungan kita nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam keluarga kawan dekat dan para pengikutnya yang setia dan istiqamah.

Seperti biasa, matahari terbit di waktu pagi kemudian terbenam di senja hari, dan sehari pun berlalu, tetapi ada pertanyaan gres yang patut untuk kita renungi, “Apa yang kita laksanakan untuk mengisi hari itu?” 

Berapa banyak hari yang berlalu, berapa banyak umur sudah kita lewati, tetapi sedikit di antara kita yang menjumlah diri, menjinakkan nafsu dengan cambuk muhasabah. Bahkan pada biasanya insan membiarkan hari-harinya lewat, sedangkan dia karam di dalam lautan kelalaian dan gelombang panjang angan-angan.

Ketika fajar menyingsing, banyak insan yang menyambut hari mereka dengan niat yang tidak lurus. Setelah sehari terlewatkan, dikala malam menjelang, mereka kembali menuju kasur-kasur mereka dengan niat yang tiada beda pula. 

Seorang bijak ditanya, "Dengan niat apakah seseorang berdiri dari wilayah tidurnya? Maka dia menjawab, "Jangan kau tanya ihwal bangunnya dulu, sehingga dipahami bagaimana dia itu tidur. Barangsiapa yang tidak tahu bagaimana dia tidur, maka tidak tahu bagaimana dia bangun."

Wahai saudaraku, amati matahari yang terbit dan tenggelam. Sudahkah kau renungkan harimu yang kau lalui? Tanyakan! Apa yang sudah kupersembahkan untuk kebaikan, apa kah yang kuperbuat ini untuk menyam-but hari-hariku? Amat banyak insan yang tak punya perhatian terhadap berlalunya waktu, padahal nafasmu wahai anak Adam, merupakan sesuatu yang dijumlah dan tertulis.

“Dan diletakkanlah kitab, kemudian kau akan menyaksikan orang-orang yang bersalah cemas terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, "Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang sudah mereka laksanakan ada tertulis. Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang jua pun". (al-Kahfi : 49)

Dan juga firman-Nya, artinya,

“Padahal bahwasanya bagi kau ada (malaikat-malaikat) yang memantau (pekerjaanmu), yang mulia (di segi Allah) dan yang mencatat (pekerjaan-peker-jaanmu itu), mereka mengenali apa yang kau kerjakan” (al-Infithar:10-12)

Nafas-nafas terhitung, amal-amal tertulis! Andaikan orang-orang yang teledor mau mempertimbangkan ini semua, pasti mereka akan hati-hati terhadap diri mereka dan akan manahan diri dari jalan yang menyimpang. Namun amat sedikit insan yang mandapat taufik, dan amat sedikit di antara mereka yang mau mengenali jalan yang lurus.

Seorang bijak berkata, "Ketika pagi hari, maka sepatutnya seseorang bertujuan untuk empat hal: Pertama melaksanakan apa yang diwajibkan Allah atasnya; Kedua, menjauhi apa saja yang Dia larang; Ketiga berlaku adil antara dirinya dengan orang lain yang ada hubungan muamalah; Keempat memperbaiki hubungan (ishlah) dengan orang yang memusuhinya. Jika dia menyongsong pagi dengan niat-niat ini, maka saya berharap dia tergolong orang shalih yang beruntung."

Wahai Saudaraku! Untaian kalimat di atas menampung banyak sekali macam pintu kebaikan, maka orang yang melakukan- nya memiliki arti sudah mendapat taufiq dan tutorial untuk meniti jalan yang benar. 

Marilah kita renungkan, mari kita pikirkan, apakah diri kita tergolong orang-yang demikian? Jika jawabannya "Iya" maka banyak-banyaklah memuji Allah Ta'ala dan mohonlah pemanis dari keutamaan-Nya dan ketetapan hati untuk menetapi hal itu. Jika jawabannya "Tidak" atau "belum", maka lihat dan koreksi kembali diri kita sebelum hilang seluruh kesempatan. Bersegera lah memperbaiki segala urusan, mohon terhadap Allah taufiq untuk sanggup menempuh jalan kesuksesan.

Janganlah anda keluar dari rumah di pagi hari, kecuali untuk sesuatu kebaikan yang diridhai oleh Tuhanmu. Sungguh merugi, sungguh celaka mereka yang melalui hari-harinya dengan sia-sia, bukan dengan mela-kukan ketaatan terhadap Allah Azza wa Jalla. 

Ketika matahari bersinar di siang hari, mereka melalui dengan kemak-siatan dan dikala dia terbenam, mereka menyelesaikan hari itu dengan kemaksiatan pula. Hari kita merupakan umur kita, jikalau sudah melalui sehari, maka makin akrab jalan selesai hidup yang mau kita tuju. Dan bila maut sungguh-sungguh sudah datang, maka habis sudah-harimu itu.

Muhammad bin Wasi' Rahimahullaah pernah ditanya, "Bagaimana anda di pagi hari ini?” Maka dia mejawab, "Apa pendapatmu ihwal seseorang yang mau berlangsung menuju alam abadi saban hari satu perjalanan?”

Dawud ath-Tha'i Rahimahullaah juga mengata- kan, "Malam dan siang tak lain cuma sekedar perjalanan yang niscaya dilewati oleh seluruh manusia, sehingga hari-hari itu habis mereka lewati hingga selesai perjalanan. 

Jika engkau bisa merencanakan bekal pada setiap harinya untuk perjalanan yang mau tiba (akhirat), maka laksanakan itu. Karena terputusnya perjalanan sudah dekat, sedang urusan lebih singkat dari itu. Berbekallah untuk perjalananmu, dan tuntaskan urusan yang sanggup kau selesaikan, seperti urusan itu senantiasa mengagetkanmu.”

Demikianlah orang sholeh mema-hami betapa berartinya waktu dan umur. Mereka berupaya sekuat tenaga menghabiskan hari-harinya di dalam ketaatan terhadap Allah. Maka sepantas-nya setiap orang yang bakir meng-hitung dirinya, kemudian mengarahkannya menuju jalan ketaatan. 

Demikian saban hari dikala menyambut pagi hari yang baru. Ketika menuju pembaring-an di malam hari hendaknya mengu-lang lagi muhasabah itu dan terus mengajukan pertanyaan terhadap diri sendiri.

Al-Mawardi Rahimahullaah memberi tahu terhadap kita, bagaimana cara melaksanakan muhasabah; Yaitu dengan menyaksikan kembali pada waktu malam, lembaran yang sudah dilewati sepanjang siang hari, alasannya merupakan waktu malam lebih sanggup mengingat apa yang terlintas dalam benak, lebih berfokus dalam berfikir. 

Jika yang sudah dilalui merupakan terpuji, maka biarkan dia lewat, kemudian ikuti dengan yang sama dan sepadan dengannya. Jika merupakan perbuatan tercela, maka susul dengan kebaikan jikalau mungkin, dan berhentilah dari perbuatan menyerupai itu di hari yang mau datang.”

Ibnu Umar Radhiallaahu anhu dikala dia ketinggalan shalat berjama'ah sebuah malam, kemudian telat shalat Maghrib pada sebuah petang, sehingga bintang-bintang sudah tampak, maka dia menebus dengan memerdekakan dua budak.

Telah berkata Sa'id bin Jubair, "Seluruh hari yang dilalui oleh seorang mukmin merupakan harta rampasan!”

Dan itu benar, bahwa seluruh hari-hari kita merupakan ghanimah alasannya merupakan merupakan potensi emas untuk berbekal dengan kebaikan, menumpuk banyak sekali amal shaleh, potensi untuk bertaubat dan kembali terhadap Allah Subhannahu wa Ta'ala. Namun sungguh sedikit orang yang mau mengerti dan mengambil faedah dari hari-hari mereka.

Anda akan menyaksikan sebagian besar insan terlena beberapa jam dalam setiap hari. Mereka bahkan terlena pada sebagian besar hari-hari yang begitu banyak. Maka berlalu hari demi hari, umur pun makin habis sedang mereka tetap dalam kelalaian. 

Dunia dan segala angan-angan sudah menghasilkan mereka terbuai. Kemewahan dan kemegahan membatasi mereka dari jalan yang lurus. Syaitan terus mengu-lur kan tali angan-angan yang panjang tanpa batas, Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, artinya,

“Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah isyarat itu terang bagi mereka, syaitan sudah mengakibatkan mereka gampang (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka.” (QS. 47:25)

Berkata al-Hasan al Bashri, "Syai-tan menghiasi di mata mereka banyak sekali macam dosa, kemudian mengulur-ulur mereka di dalam angan-angan yang panjang."

Berkata pula Al Hafizh Ibnu Hajar, "Panjang angan-angan akan melahirkan rasa malas menjalankan ketaatan, menunda-nunda taubat, cinta dunia, melewatkan alam abadi serta kerasnya hati. 

Karena kelembutan dan kebeningan hati, cuma akan dicapai dengan meng-ingat mati, kubur, pahala, siksa serta huru hara di Hari Kiamat sebagaimana difirmankan Allah Subhannahu wa Ta'ala, artinya,

“Kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka kemudian hati mereka menjadi keras.” (QS. 57:16)

Manusia yang bakir merupakan dia yang mengakibatkan dunia ini selaku ladang untuk akhirat, menanam dan menyirami dengan banyak sekali amal shaleh biar sanggup memetik buahnya kelak di akhirat. Hari di mana insan tidak mendapat apa-apa kecuali apa yang sudah diperbuatnya berupa kebaikan maupun keburukan.

Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, artinya, “Segera kalian susul dengan amal banyak sekali fitnah yang menyerupai potongan malam yang gulita. Seseorang beriman di pagi hari kemudian kafir di sore hari, atau beriman di sore hari dan menjadi kafir di pagi hari.”

Wahai saudaraku, apa yang sudah engkau rencanakan untuk menyambut sebuah hari, dimana engkau sendirian di dalam kubur. Apakah selama ini engkau tergolong orang yang terlena dengan angan-angan yang panjang atau kah tergolong orang yang menggunakan bashirah (pandangan yang jernih) yang bersedekah untuk hari esok ?

Maka segeralah berintrospeksi, menjumlah diri, alasannya merupakan dunia merupakan Darul Ghurur (tempat yang memper-daya), niscaya akan ditinggalkan. Tidak ada yang terlena, kecuali orang jahil. Untuk itu amati kiat-kiatnya selaku berikut :

Ketika pagi mulailah hari dengan berdzikir terhadap Allah Subhannahu wa Ta'ala, selaku mana diajarkan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, serta jangan lupa membaca do’a pagi hari.

Sambutlah hari itu dengan niat yang benar, berazam melaksanakan ketaatan, menjauhi segala maksiat serta memohon terhadap Allah taufik dalam jalan yang diridhai.

Jangan melewatkan dzikir terhadap Allah dan jangan biarkan hari berlalu tanpa ada dzikrullah.

Kerjakan shalat fardhu lima waktu, di mana pun anda berada.

Tahanlah tanganmu dari mengusik sesama muslim, sayangi orang yang lemah dan ajari mereka yang tidak tahu.

Tersenyum di hadapan kerabat sesama muslim merupakan shadaqah.

Berilah nasihat terhadap sesama muslim, jangan biarkan mereka terjerumus dalam dosa.

Senang jikalau sesama muslim mendapat kebaikan, sebagaimana anda senang jikalau mendapatkannya.

Jangan sepelekan perbuatan baik walau cuma problem kecil dalam persepsi anda.

Jika ada potensi bertaqarrub terhadap Allah, maka jangan sia-siakan.

Bergegaslah menghimpun kebaikan sebagaimana anda senang jikalau harta anda terkumpul.

Jauhilah perkara-perkara syubhat, selamatkan agama anda dari segala yang merusaknya.

Jauhkan diri anda dari segala bentuk kemaksiatan, atau segala sesuatu yang mengirimkan kepadanya.

Jadikan seluruh niat anda merupakan untuk kebaikan, amal shaleh dan menjauhi segala yang haram. Karena barangsiapa bertujuan dengan kebaikan, maka dia mendapat pahala kebaikan itu.

Pintu kebaikan amatlah banyak tak berbilang. Apa yang tersebut di atas cuma selaku pengingat saja. Orang yang mengakibatkan hari-harinya sarat dengan kebahagiaan , kebaikan dan ketaatan, maka dialah orang yang sudah mendapat taufik. Wallahu a’lam.

Sumber: Buku “Kaifa Tastaqbil Yaumak”, Azhari Ahmad Mahmud, Dar Ibn Khuzaimah, Riyadh.(Ibnu Djawari)

Related : Menuju Hari Yang Lebih Bermakna

0 Komentar untuk "Menuju Hari Yang Lebih Bermakna"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close