Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Sholawat serta salam buat junjungan mulia Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam keluarga serta para teman dekat dan pengikut yang istiqamah menuruti Baginda hingga ke hari kiamat. Wahai Sahabatku yang senantiasa di rahmati oleh Allah Subhanahu wa ta'ala.
Tujuan penciptaan insan , tujuan hidup menurut islam, rancangan insan dalam islam dan hakikat penciptaan insan sejatinya yakni untuk mengabdi terhadap Allah Subhanahu wa ta'ala. Tidak ada yang boleh melanggar segala bentuk hukum dan tuntunan hidup menyerupai fungsi agama, fungsi Al-Quran bagi umat manusia.
Namun pada kenyataannya, tidak ada insan yang sungguh-sungguh higienis dan dalam kondisi yang serba suci. Manusia manapun, setinggi apapun ia, tidak akan pernah ada yang lepas dari dosa-dosa.
Yang membedakan yakni mana insan yang dapat melepaskan dosa yang sudah dilakukannya dan mana yang terus menerus berada dalam kedosaan sepanjang hidupnya dengan terus mengulang dosanya atau tidak mau meninggalkan dosanya. Dosa yang tak terampuni sekalipun sanggup dijalankan atau potensial dijalankan oleh insan menyerupai syirik dalam islam atau selingkuh Allah
Walaupun begitu, Allah yakni Maha Pengampun dan Penerima Taubat. Sebesar dan seberat apapun dosa yang sudah insan lakukan, Allah tetap akan mngampuninya bagi mereka yang taubatan nasuha yakni bertaubat dengan bersungguh-sungguh.
“Jika kau menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dihentikan kau mengerjakannya, tentu Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kau ke kawasan yang mulia (surga).” (QS. An-Nisa: 31).
Di ayat tersebut memamerkan bahwa Allah akan mengampuni, memuliakan dengan surga, dan meniadakan kesalahan-kesalahan kita asalkan insan mau menjauhi dosa-dosa besar. Dosa besar tentu sungguh berat dan dijalankan tentu dengan kesadaran. Untuk itu, Allah akan mengampuni asalkan insan tidak melangkah mendekati tindakan yang dapat mendekatkan pada dosa-dosa besar.
Pengertian dan Langkah Untuk Taubatan Nasuha
Taubatan Nasuha artina yakni Taubat yang dijalankan secara bersungguh-sungguh, dengan kebulatan tekad, niat, dan menyempurnakannya dengan kerja keras memperbaiki diri. Tanpa melaksanakan kerja keras dan perbaikan diri, maka taubat yang dijalankan bukanlah taubatan nasuha. Ia cuma sekedar untuk meminta ampunan namun kerja keras untuk menjauhi tindakan dosanya tetap dilakukan.
Untuk melaksanakan taubatan nasuha maka terdapat tindakan yang mesti insan jalankan selaku kerja keras menunjukan diri terhadap Allah bahwa kita memang sungguh-sungguh ingin bertaubat dan menjauhi segala tindakan keji dan munkar kembali.
Evaluasi Diri
Evaluasi diri artinya insan melaksanakan proses perenungan dan penghayatan dirinya, apa yang salah dan selama ini bernilai dosa dihadapan Allah. Tanpa melaksanakan proses perenungan dan pengahyatan akan kesalahan diri, maka insan nantinya tidak akan mendapatkan apa saja kekeliruan ia selama ini. Untuk itu dikehendaki proses penilaian diri yang bagus dan mendalam.
Evaluasi diri bukan cuma menganalisa atas yang kita sadari salah saja, melainkan mencari-cari apa kesalahan-kesalahan dan dosa yang kita perbuat selama ini biar tidak terjerumus ke dalam jurang yang serupa atau melakukannya kembali tanpa sadar.
Proses Evaluasi mesti dijalankan secara perenungan diri, biar bisa mendetail menyadari kesalahan dan dosa apa yang sudah kita perbuat selama ini. Saat menyerupai inilah dimana kita bisa menyadari kebenaran dan kesalahan diri, dan hidayah Allah terhadap insan akan mulai turun dan terungkap alasannya yakni insan dalam kondisi yang insyaf.
Mengakui Kesalahan
Mengakui kesalahan yakni permulaan langkah untuk meminta ampunan terhadap Allah Subhanahu wa ta'ala. Mengakui kesalahan artinya yakni kita mengakui atas apa hasil penilaian diri kita atau apa yang disampaikan orang lain terhadap kita, atas tindakan yang buruk. Tanpa mengakui kesalahan, insan dalam memohon ampun tidak akan sungguh-sungguh melakukannya dengan serendah-rendahnya atau dengan posisi yang sungguh-sungguh berserah diri terhadap Allah Subhanahu wa ta'ala. Untuk itu, ratifikasi kesalahan yakni langkah pertama untuk melaksanakan taubatan Nasuha.
Memperbaiki Kesalahan
Memperbaiki kesalahan yakni hal yang wajib dijalankan insan ketika sudah menyadari kesalahan atau kekeliruan dalam dirinya. Hal inilah yang menunjukan apakah ia bertaubat dengan sungguh-sungguh atau tidak. Orang yang taubatan nasuha akan melaksanakan perbaikan, menjauhi kedosaan, dan tekun untuk terus mempertahankan tindakan baiknya. Ia akan berupaya dengan cara meningkat adab biar tidak masuk terhadap kesesatan jalan hidup.
Orang yang cuma mengakui kesalahan dan tidak memperbaiki kondisi sejatinya dalam posisi yang tidak tekun bertaubat. Allah menganggap bukan cuma dari niat dan ungkapan tuntutan taubat kita, tetapi Allah menyaksikan amalan dan konsistensi tindakan kita. Maka, kunci dari taubatan nasuha yakni amalan yang diperbaiki dan dijalankan secara konsisten.
Memohon Ampunan Allah
Meskipun sudah melaksanakan penilaian dan perbaikan, insan tidak dapat angkuh menyampaikan bahwa taubat nya sudah diterima. Untuk itu, insan tetap mesti meminta ampunan Allah setiap dikala dan di waktu-waktu berdoa atau shalat kita.
Manusia tidak pernah bisa menentukan kapan ia berdosa dan berpahala, alasannya yakni perkiraan tersebut hnayalah Allah yang dapat menilainya. Untuk itu, dikehendaki tuntutan ampunan terhadap Allah setiap waktu, alasannya yakni kita tidak dapat terus menerus menyadari kesalahan apa yang sudah kita perbuat. Allah Maha Pengampun, maka kapanpun kita meminta ampunan, Allah senantiasa membukanya dengan luas.
Cara Bertaubat dengan Taubatan Nasuha
Bertaubat dengan taubatan nasuha pastinya tidak sembarang pilih dan Allah akan mengampuni kalau insan mengikuti kondisi-kondisi yang Allah syaratkan. Berikut yakni hal-hal yang mesti umat islam amati dalam proses taubatan nasuha dan cara taubat nasuha :
Bertaubat dengan Kondisi Beriman
“Orang-orang yang menjalankan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah itu dan beriman; bergotong-royong Tuhan kau sesudah taubat yang diikuti dengan akidah itu yakni Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS : Al-A’raf : 153)
Orang yang beriman yakni orang yang senantiasa menyebabkan rukun akidah dan rukun islam selaku pondasi hidupnya. Ia pun juga sanggup mengenali dan mencicipi faedah beriman terhadap Allah Subhanahu wa ta'ala tanpa meragukannya kembali. Untuk itu orang beriman akan senantiasa mempertahankan dirinya dengan bertaubat dan tidak mau mengulang kesalahan yang terjadi.
Allah menganpuni dan mendapatkan orang-orang yang sudah berbuat kejahiliahan dengan menghapuskannya dengan syarat dalam proses pertaubatannya yakni orang-orang yang tiba meminta ampun dalam kondisi beriman. Mereka bukan cuma akal-akalan beriman melainkan dalam kondisi yang sungguh-sungguh beriman terhadap Allah Subhanahu wa ta'ala. Sedangkan orang-orang yang tidak beriman, tentu belum tentu diterima pertaubatannya alasannya yakni belum terperinci keimanannya disampaikan pada siapa. Itulah fungsi akidah terhadap Allah Subhanahu wa ta'ala yang seringkali insan lalaikan.
Bertaubat atas Ketidaktahuan
“Sesungguhnya taubat di segi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang menjalankan kejahatan karena kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS : An-Nisa : 17)
Orang yang bertaubatan nasuha tidak akan mengulangi lagi kesalahannya bahkan ia akan menjauhi segala perbuatannya yang keliru dan membawakan imbas yang buruk. Taubatan nasuha yakni taubat yang tekun dan melaksanakan kesalahan bukan alasannya yakni disengaja melainkan alasannya yakni khilaf atau ketidak tahuan. Hal itu dikarenakan orang beriman tidak akan melaksanakan hal-hal yang dihentikan Allah secara sengaja. Ia akan diterima oleh Allah taubatnya asalkan tidak akan dijalankan kembali.
Bertaubat Sebelum Ajal
Orang yang bertaubat sebelum janjkematian tiba tidak akan dapat diterima oleh Allah alasannya yakni sudah habis masa berlaku hidupnya sedangkan ia gres menyadari seluruhnya ketika janjkematian mejemput maka tidak akan ada waktu lagi pembuktian diri akan keseriusan taubatnya. Hal ini alasannya yakni kita tidak tahu kapan kita akan menemui kematian. Sedangkan kematian yang dalam kondisi jelek yakni salah satu penyebab hati gusar menurut islam.
“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang menjalankan kejahatan (yang) hingga apabila tiba janjkematian terhadap seseorang di antara mereka, (barulah) ia menyampaikan : “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu sudah Kami sediakan siksa yang pedih.” (QS : An-Nisa : 18 )
0 Komentar untuk "Taubatan Nasuha"