Eksperimen Pelajar Indonesia Dikirim Ke Antariksa

Proyek penelitian yang diajukan 10 pelajar Indonesia dari Sekolah Menengan Atas Unggul Del, Sumatera Utara, berhasil lolos seleksi forum antariksa Amerika Serikat (NASA). Penelitian mereka perihal pertumbuhan ragi di luar angkasa dalam bentuk micro-lab menjadi salah satu penelitian yang diluncurkan ke International Space Station (ISS). Micro-lab penelitian itu ditumpangkan pada Cygnus Cargo Freighter dengan memakai roket Atlas 5. Peluncuran roket berlangsung di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, pada hari  Rabu, 23 Maret 2020, pukul 11.05 WIB.


Perangkat micro-lab yang dirancang pelajar Sekolah Menengan Atas Unggul Del tersebut dilengkapi dengan kamera digital dan perangkat micro-controller, sehingga pertumbuhan ragi selama eksperimen berlangsung sanggup diamati dari bumi atau di manapun asal terhubung dengan internet, dengan mengunduh foto-foto dari micro-lab yang dipancarkan dari ISS ke bumi.

Tidak usang sehabis peluncuran roket Atlas 5, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menyatakan kebanggaannya dan menunjukkan apresiasi kepada para pelajar tersebut dan guru-gurunya. Ia melaksanakan konferensi video dari Ruang Situasi Kemendikbud di Jakarta yang terhubung dengan pelajar dan guru Sekolah Menengan Atas Unggul Del di Sumatera Utara. Dalam konferensi video itu, Mendikbud meminta klarifikasi para siswa perihal awal proses penelitian hingga berhasil diluncurkan ke stasiun luar angkasa internasional.

Dari klarifikasi para siswa, diketahui bahwa 10 pelajar tersebut dibagi lagi menjadi tiga tim, yaitu tim konseptor, tim teknik (engineering), dan tim pemrograman (programming). Setelah memutuskan objek penelitian, yaitu pertumbuhan ragi di luar angkasa, tim konseptor bertugas menciptakan konsep penelitian dengan menciptakan alur penelitian dari awal hingga akhir. Kemudian tim teknik bertugas menciptakan robot yang akan mengontrol penelitian di ruang angkasa dalam sebuah micro-lab berukuran panjang 15 cm, lebar 3 cm, dan tinggi 5 cm.

“Kesulitannya yaitu pemesanan alat dan bahannya. Kami harus mesan pompa (untuk memasukkan glukosa dalam proses fermentasi) ke Jerman. Itupun biaya kirim dan pajaknya mahal. Barang-barang yang kami sanggup di Indonesia hanya kabel-kabel saja, sisanya dari luar negeri,” ujar Gilbert, siswa Sekolah Menengan Atas Unggul Del Sumatera Utara, salah satu anggota tim teknik.

Selanjutnya tim pemrograman menjalankan apa yang sudah disiapkan tim teknik, yaitu membahasakan proses penelitian ke dalam bahasa pemrograman. Untuk itu mereka harus mempelajari bahasa dasar micro-controller dari buku terbitan NASA selama berbulan-bulan. Penelitian mereka akan berlangsung selama 40 hari di luar angkasa sesuai dengan kegiatan yang dirancang.

Mendikbud pun menyatakan apresiasinya kepada para pelajar Sekolah Menengan Atas Unggul Del, Sumatera Utara. “Kalian ber-10 ini mempunyai pengalaman yang luar biasa. Belum ada pelajar yang melaksanakan penelitian di luar angkasa. Meskipun lokasi di pelosok, tapi yang dikerjakan sudah di level global. Mudah-mudahan jadi wangsit bagi semua siswa di Indonesia,” ungkapnya ketika video konferensi di Ruang Situasi Kemendikbud, Jakarta, (23/3/2020).

Tak lupa Mendikbud juga mengapresiasi para guru Sekolah Menengan Atas Unggul Del yang menunjukkan pemberian penuh kepada anak didiknya untuk berprestasi. “Guru sanggup menciptakan anak didiknya mempunyai impian tinggi. Selamat buat adik-adik dan guru-guru. Teruslah berprestasi,” tutur Mendikbud ketika menutup konferensi video.

Selain eksperimen pertumbuhan ragi di antariksa yang dibentuk oleh siswa-siswa Sekolah Menengan Atas Unggul Del di Lagubotti, Samosir, Sumatera Utara. Satu eksperimen lain yang dikirim ke antariksa berasal dari tim siswa Jakarta dan Bandung. Eksperimen itu untuk mengetahui pertumbuhan padi di antariksa.

Setelah hingga ke antariksa, perangkat eksperimen akan dipindahkan ke Nanoracks, kemudahan penelitian milik United States National Lab di ISS. 

Sama menyerupai eksperimen pertumbuhan ragi, eksperimen pertumbuhan padi di antariksa juga dilengkapi dengan kamera digital dan pengontrol mikro sehingga pertumbuhan padi sanggup diamati dari wilayah mana pun di bumi yang terhubung internet.

Beberapa hari sehabis peluncuran ini, tim siswa akan mulai melaksanakan pengamatan. Caranya ialah dengan mengunduh foto-foto perkembangan eksperimen yang dikirim eksklusif dari ISS.

Tim siswa akan mempresentasikan hasil penelitian di Annual Conference of the American Society for Gravitational and Space Research di Washington DC dalam bulan November 2020.

Perangkat eksperimen dari siswa Indonesia diluncurkan bersama sejumlah perangkat canggih lainnya milik NASA, Badan Antariksa Kanada, Badan Antariksa Eropa (ESA), serta Badan Eksplorasi Antariksa Jepang (JAEA).

Jepang, misalnya, menyertakan alat sentrifugasi guna mempelajari biologi sel pada kondisi nir-gravitasi. Sementara itu, ESA mengirimkan perangkat ENERGY untuk mempelajari kebutuhan energi bagi astronot untuk perjalanan antariksa jangka panjang.

NASA mengirimkan perangkat eksperimen penting berjulukan Spacecraft Fire Experiment I (SAFFIRE). Perangkat itu akan mempelajari pembentukan api.

Di situs webnya, NASA menyatakan bahwa riset itu penting untuk mempelajari teladan pembentukan api di kondisi nir-gravitasi sehingga mempunyai kegunaan bagi perjalanan antariksa masa mendatang.


= Baca Juga =



Related : Eksperimen Pelajar Indonesia Dikirim Ke Antariksa

0 Komentar untuk "Eksperimen Pelajar Indonesia Dikirim Ke Antariksa"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close