Iman Kepada Rasul-Rasul Allah (Aqidah Kelas Xi)

Iman kepada Rasul-Rasul Allah (Aqidah kelas XI)

A.  Pengertian Iman kepada Rasul-Rasul Allah Swt.

Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa rasul itu benar-benar utusan Allah Swt. yang ditugaskan untuk membimbing umatnya ke jalan yang benar supaya selamat di dunia dan akhirat. 
Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa rasul itu benar Iman Kepada Rasul-Rasul Allah (Aqidah kelas XI)

Mengimani rasul-rasul Allah Swt. merupakan kewajiban hakiki bagi seorang muslim alasannya yaitu merupakan bab dari rukun kepercayaan yang tidak sanggup ditinggalkan. Sebagai perwujudan kepercayaan tersebut, kita wajib mendapatkan aliran yang dibawa rasulrasul Allah Swt. tersebut. Perintah beriman kepada rasul Allah terdapat dalam surah an-Nisā/4: 136.

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (al-Qur’ān) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitabNya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh. (Q.S. an-Nisā/4: 136)

B. Perbedaan Nabi dan Rasul

Rasul:
- Rasul yaitu orang yang diberi wahyu dengan syariat baru
- Rasul senantiasa mempunyai kitab atau lembaran-lembaran (shuhuf) yang memuat syariat gres atau sebgian dari syariat Rasul sebelumnya

Nabi:
- Nabi yaitu orang yang diutus Allah menjalankan dan mengokohkan syariat Rasul-rasul sebelumnya
- Nabi belum tentu mempunyai kitab atau lembaran-lembaran (shuhuf)

C. Jumlah Nabi dan Rasul

Jumlah Nabi dan Rasul itu banyak. Hanya Allah yang mengetahui jumlahnya secara pasti. Namun ada hadits Nabi yang menyebutkan jumlah Nabi dan Rasul tersebut. Sebagian Allah sebutkan kisahnya dalam Al-Quran, sedangkan sebagian lainnya tidak disebutkan. Allah berfirman dalam QS. Al-Mu’min Ayat 78:


وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗ وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَنْ يَأْتِيَ بِآيَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ فَإِذَا جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُونَ

Arab-Latin: Wa laqad arsalnā rusulam ming qablika min-hum mang qaṣaṣnā 'alaika wa min-hum mal lam naqṣuṣ 'alaīk, wa mā kāna lirasụlin ay ya`tiya bi`āyatin illā bi`iżnillāh, fa iżā jā`a amrullāhi quḍiya bil-ḥaqqi wa khasira hunālikal-mubṭilụn

Terjemah Arti: "Dan sebetulnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak sanggup bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah tiba perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil."

Imam Ahmad meriwayatkan hadis dari Abi Zar r.a. bahwa Rasulullah saw. ketika ditanya perihal jumlah para nabi, ia menjawab, “ Jumlah para nabi itu yaitu 124.000 nabi, sedangkan jumlah rasul 315. Sementara At-Turmuzy meriwayatkan hadis dari Abi Zar r.a. juga, menjelaskan bahwa Rasulullah saw. menjawab, “Jumlah para nabi itu yaitu 124.000 nabi, sedangkan jumlah rasul 312.”Jumlah nabi yang menerima gelar ulul azmi ada lima, yaitu: Nabi Nuh as., Ibrahim as., Musa as., Isa as., dan Muhammad saw.

D. Sifat-sifat Wajib, Mustahil, dan Jaiz Para Rasul Allah

Rasul sebagai utusan Allah Swt. mempunyai sifat-sifat yang menempel pada dirinya. Sifat-sifat ini sebagai bentuk kebenaran seorang rasul. Sifat-sifat tersebut yaitu sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat jaiz. 

1. Sifat Wajib 
Sifat wajib artinya sifat yang pasti ada pada rasul. Tidak bisa disebut seorang rasul kalau tidak mempunyai sifat-sifat ini. Sifat wajib ini ada 4, yaitu menyerupai berikut.

a. Aṡ-Ṡiddiq
Aṡ-Ṡiddiq, yaitu rasul selalu benar. Apa yang dikatakan Nabi Ibrahim as. kepada bapaknya yaitu perkataan yang benar. Apa yang disembah oleh bapaknya yaitu sesuatu yang tidak memberi manfaat  dan mudarat, jauhilah. Peristiwa ini diabadikan pada Q.S. Maryam/19: 41, berikut ini:

Artinya: “Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ibrahim di dalam kitab (al-Qur’ān), sebetulnya dia yaitu seorang yang sangat membenarkan seorang nabi.” (Q.S. Maryam/19: 41) 

b. Al-Amānah 
Al-Amānah, yaitu rasul selalu sanggup dipercaya. Di ketika kaum Nabi Nuh as. mendustakan apa yang dibawa oleh  Nabi Nuh as. kemudian Allah Swt. menegaskan bahwa Nuh as., yaitu orang yang terpercaya (amanah). Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. asy-Syu’āra/26 106-107 berikut ini:

Artinya: “Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka, “Mengapa kau tidak bertakwa? Sesungguhnya saya ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.” (Q.S. asy-Syu’āra/26: 106107) 

c. At-Tabligh 
At-Tabligh, yaitu rasul selalu meyampaikan wahyu. Tidak ada satu pun ayat yang disembunyikan Nabi Muhammad saw. dan tidak disampaikan kepada umatnya. 
Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Ali bin Abi Talib ditanya perihal wahyu yang tidak terdapat dalam al-Qur’ān, Ali pun menegaskan bahwa “Demi Zat yang membelah biji dan melepas napas, tiada yang disembunyikan kecuali pemahaman seseorang terhadap al-Qur’ān.” Penjelasan ini terkait dengan Q.S. al-Māidah/5: 67 berikut ini.

Artinya:“Wahai rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu. Jika tidak engkau lakukan (apa yang diperintahkan itu) berarti engkau tidak memberikan amanat-Nya. dan Allah memelihara engkau dari (gangguan) manusia. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (Q.S. al-Māidah/5: 67) 
Kecerdasan Rasulullah saw.
Al-kisah, sesudah kaum Quraisy membangun Ka’bah bersama Rasulullah saw., mereka berselisih dan bertengkar antara satu suku dan suku lainnya soal siapa yang berhak untuk meletakkan Hajar Aswad di tempatnya semula. Masing-masing merasa lebih berhak daripada yang lain dan tidak ada yang mau mengalah. Kemudian, mereka setuju untuk mencari juru penengah. Mereka bersepakat siapa saja yang pertama kali muncul di jalan besar, dialah juru penengahnya. Tiba-tiba mereka melihat ada seorang yang muncul di jalan besar. Ternyata ia yaitu Rasulullah saw. “Telah tiba wahai orang terpercaya al-Am ³ n,” kata mereka. Kemudian, mereka menceritakan apa yang jadi dilema mereka selama ini. Maka, Rasulullah saw. meletakkan Hajar Aswad di atas kain dan mengundang para pemimpin mereka untuk memagang ujung-ujung kain itu dan diangkat bersama-sama, kemudian Rasulullah mengambil dan meletakkan Hajar Aswad ke daerah semula. Sungguh jalan keluar dan penyelesaian yang sangat cerdas yang diperlihatkan Rasulullah saw. di hadapan kelompok yang bertengkar. (Riwayat Imam Ahmad dan Abu Ishaq)
d. Al-Faṭānah
Al-Faṭānah, yaitu rasul mempunyai kecerdasan yang tinggi. Ketika terjadi perselisihan antara kelompok kabilah di Mekah, setiap kelompok memaksakan kehendak untuk meletakkan alHajār al-Aswād (batu hitam) di atas Ka’bah, kemudian Rasulullah saw. menengahi dengan cara semua kelompok yang bersengketa supaya memegang ujung dari kain itu. Kemudian, Nabi meletakkan kerikil itu di tengahnya, dan mereka semua mengangkat hingga hingga di atas Ka’bah. Sungguh cerdas Rasulullah saw

2. Sifat Mustahil

Sifat tidak mungkin yaitu sifat yang tidak mungkin ada pada rasul. Sifat tidak mungkin ini lawan dari sifat wajib, yaitu menyerupai berikut. 
a. Al-Kiẓẓib 
Al-Kiẓẓib, yaitu tidak mungkin rasul itu bohong atau dusta. Semua perkataan dan perbuatan rasul tidak pernah bohong atau dusta.
 Artinya: “Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak (pula) keliru, dan tidaklah yang diucapkan itu (al-Qur’ān) berdasarkan keinginannya tidak lain (al-Qur’ān) yaitu wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (Q.S an-Najm/53: 2-4) 
b. Al-Khiānah Al-Khiānah, yaitu tidak mungkin rasul itu khianat. Semua yang diamanatkan kepadanya pasti dilaksanakan.
Artinya: “Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad), tidak ada Tuhan selain Dia, dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (Q.S al-An’ām/6: 106) 
c. Al-Kiṭmān Al-Kiṭmān, yaitu mustahil rasul menyembunyikan kebenaran. Setiap firman yang ia terima dari Allah Swt. pasti ia sampaikan kepada umatnya.

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), Aku tidak menyampaikan kepadamu bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan saya tidak mengetahui yang mistik dan saya tidak (pula) menyampaikan kepadamu bahwa saya malaikat. Aku hanya mengikuti apa yang di wahyukan kepadaku. Katakanlah, Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Apakah kau tidak memikirkan(nya).” (Q.S. al-An’ām/6: 50) 
d. Al-Balādah Al-Balādah yaitu tidak mungkin rasul itu bodoh. Meskipun Rasulullah saw. tidak bisa membaca dan menulis (ummi) tetapi ia pandai.
 Artinya: “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta janganlah pedulikan orang-orang yang bodoh.” (Q.S alA’rāf/7: 199)

3. Sifat Jāiz

Jāiz artinya boleh. Sifat jāiz bagi rasul yaitu sifat kemanusiaan, yaitu al-ardul basyariyah, artinya rasul mempunyai sifat-sifat sebagaimana insan biasa menyerupai rasa lapar, haus, sakit, tidur, sedih, senang, berkeluarga dan lain sebagainya. Bahkan seorang rasul tetap meninggal sebagai mana makhluk lainnya.

Di samping rasul mempunyai sifat wajib dan juga lawannya, yaitu sifat mustahil, rasul juga mempunyai sifat jāiz, tentu saja sifat jāiz-nya rasul dengan sifat jaiznya Allah Swt. sangat berbeda. Allah Swt. berfirman:

Artinya: “...(orang) ini tidak lain hanyalah insan menyerupai kamu, dia makan menyerupai apa yang kau makan dan dia minum menyerupai apa yang kau minum.” (Q.S. al-Mu’minūn/23: 33) 
Selain tersebut di atas, rasul juga mempunyai sifat-sifat yang tidak terdapat pada selain rasul, yaitu menyerupai berikut. 
1. Ishmaturrasūl yaitu orang yang ma’shum, terlindung dari dosa dan salah dalam kemampuan pemahaman agama, ketaatan, dan memberikan wahyu Allah Swt. sehingga selalu siaga dalam menghadapi tantangan dan kiprah apa pun. 
2. Iltizamurrasūl yaitu orang-orang yang selalu kesepakatan dengan apa pun yang mereka ajarkan. Mereka bekerja dan berdakwah sesuai dengan isyarat dan perintah Allah Swt. meskipun untuk menjalankan perintah Allah Swt. itu harus berhadapan dengan tantangan-tantangan yang berat baik dari dalam diri pribadinya maupun dari para musuhnya. Rasul tidak pernah sejengkal pun menghindar atau mundur dari perintah Allah Swt.

E. Ulul Azmi

a. Pengertian Ulul Azmi

Rasul Ulul Azmi yaitu rasul pilihan yang mempunyai keteguhan hati dan ketabahan yang luar biasa, kesabaran dalam banyak sekali cobaan serta keuletan dalam berjuang melaksanakan dakwah ditengah-tengah kaumnya yang menentang keras dakwahnya.

b.  Rasul-rasul Ulul Azmi

      Adapun Rasul-rasul Ulul Azmi tersebut yaitu sebagai berikut:

1.      Nabi Nuh as.

Nabi Nuh as yaitu Nabi dan Rasul yang pertama kali membawa syariat (hukum-hukum agama). Beliau yaitu insan yang paling panjang umurnyamelebihi usia insan pada umumnya. Seperti yang di sebutkan dalam surat Al-Ankabut ayat 14 bahwa usia ia mencapai 950 tahun. Akan tetapi dalam dakwahnya, sangat sedikit sekali orang yang mengikuti seruannya. Sebagian besar menolak, bahkan mengejek dan menghinanya. Bahkan anaknya sendiri membngkang dan kesudahannya karam dalam gelombang banjir yang dahsyat. Beliau menyaksikan insiden itu dengan tabah.

2.      Nabi Ibrahim as.

Nabi Ibrahim disebut juga sebagai bapak para Nabi alasannya yaitu banyak keturunan ia yang di angkat Allah SWT sebagai Nabi dan Rasul. Nabi Ibrahim hidup di tengah-tengah kemusyrikan. Dalam dakwahnya menyeru pada jalan kebenaran ia menghadapi rintangan yang berat. Hampir semua menolaknya, termasuk ayahnya sendiri yang berjulukan Azar, ia yaitu tokoh penyembeh berhala yang dibuatnya sendiri. Nabi Ibrahim as sangat gigih berjuang menegakkan tauhid walaupun ia hingga dibakar oleh raja Namrud, namun Allah menyelamatkannya. Kemudian Nabi Ibrahim diperintahkan Allah menunjukkan kebesaran-Nya dengan mengganti Ismail putranya dengan domba, dan domba itulah yang dikorbankan.

3.      Nabi Musa as

Nabi Musa as yaitu Nabi yang di utus Allah menyelamatkan kaum bani israil dari penguasa zalim yakni fir’aun yang mengakui dirinya sebagai Tuhan. Akan tetapi semenjak bayi hingga sampaumur ia diasuh oleh istri fir’aun yang yakhirnya menjadi musuh beliau. Setelah mendapatkan wahyunya dibukit tursina, ia eksklusif melaksanakan dakwahnya kepada fir’aun, tetapi fir’aun menolak seruannya dan menantang untuk langgar sihir. Nabi Musa menang dan banyak mahir sihir yang beriman. Firaun mempersiapkan tentaranya untk menangkap Nabi Musa. Setelah hingga kelaut merah, Allah menyuruh Nabi Musa untuk memukul tongkatnya kelaut dan air maritim terbelah menjadi dua. Nabi Musa melewati celah-celah air maritim tersebut dan fir’aun pun mengikutinya. Setelah Nabi Musa sampai, ia memukulkan tongkatnya kelaut, air maritim pun kembali menyatu. Fir’aun dan bala-tentaranya karam dilaut merah.

4.      Nabi Isa as

Nabi Isa as diutus Allah SWT untuk kaum bani israil. Beliau lahir tanpa ada mediator seorang bapak sebagaimana insan pada umumnya, sehingga hal itu menjadi materi fitnah bagi orang-orang kafir. Beliau dilahirkan oleh Maryam bin Imran, seorang perempuan salehah. Nabi Isa diasuh oleh pamannya yaitu Nabi Zakaria as. Salah satu mu’jizat Nabi Isa as yaitu sanggup membuat burung dari tanah dan sanggup hidup. Dakwah Nabi Isa as menerima tantangan berat dari kaum bani Israil dimana mereka bermaksud membunuh beliau. Setiapkali tantangan dtang, selalu ia hadapi dengan tabah. Dengan izin Allah SWT ia selamat dari kejaran musuh.

5.      Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW yaitu Rasul terakhir yang diangkat oleh Allah SWT sehingga disebut khatamul Anbiya’ atau epilog rasul. Ibunya wafat ketika ia berusia 6 tahun. Masyarakat kafir quraish sangat membenci rasulullah alasannya yaitu agama yang ia siarkan tidak sesuai dengan agama nenek moyang mereka yakni memuja berhala, sedang rasulullah menyeru untukmenyembah Allah. akan tetapi atas kebijaksanaan ia ketika meletakkan hajar Aswad maka ia diberi gelar Al-Amin ataudapat dipercaya. Bahkan akal peketi Rasulullah yang luhur sudah diakui orang-orang kafir semenjak ia usia anak-anak.

F. Tugas Rasul-Rasul Allah Swt.

Para rasul dipilih oleh Allah Swt. dengan mengemban kiprah yang tidak ringan. Di antara tugas-tugas rasul itu yaitu sebagai berikut. 1.  Menyampaikan risalah dari Allah Swt. 2.  Mengajak kepada tauhid, yaitu mengajak umatnya untuk meng-esa-kan Allah Swt. dan menjauhi sikap musyrik (menyekutukan Allah). 3.  Memberi kabar besar hati kepada orang mukmin dan memberi peringatan kepada orang kafir. 4. Menunjukkan jalan yang lurus. 5. Membersihkan dan menyucikan jiwa insan serta mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. 6. Sebagai hujjah bagi manusia.

F.  Hikmah Beriman kepada Rasul-Rasul Allah Swt.
Pentingnya orang Islam beriman kepada rasul bukan tanpa alasan. Di samping alasannya yaitu diperintahkan oleh Allah Swt., juga ada manfaat dan pesan tersirat yang sanggup diambil dari beriman kepada rasul. Di antara manfaat dan pesan tersirat beriman kepada rasul yaitu sebagai berikut.
1. Makin tepat imannya.
2. Terdorong untuk menyebabkan referensi dalam hidupnya.
3. Terdorong untuk melaksanakan sikap sosial yang baik.
4. Memiliki teladan dalam hidupnya. Firman Allah Swt:
 Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari tamat zaman dan yang banyak mengingat Allah”. (Q.S. al-Ahzāb/33: 21) 
5. Mencintai para rasul dengan cara mengikuti dan mengamalkan ajarannya. Firman Allah Swt.:
Artinya : “Katakanlah (Muhammad), “Jika kau menyayangi Allah, ikutilah aku, pasti Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Q.S. Āli Imrān/3: 31)
6. Mengetahui hakikat dirinya bahwa ia diciptakan Allah Swt. untuk mengabdi kepada-Nya. Firman Allah Swt.
 Artinya: “Aku tidak membuat jin dan insan melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Q.S. aẓ-Ẓāriyāt/51: 56)

Related : Iman Kepada Rasul-Rasul Allah (Aqidah Kelas Xi)

0 Komentar untuk "Iman Kepada Rasul-Rasul Allah (Aqidah Kelas Xi)"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close