Meraih Cinta Allah Dengan Bersungguh-sungguh Dalam Bekerja
(Al-Quran dan Hadits Kelas XII)
1. Etos Kerja dalam Perspektif Islam
A. Pengertian Etos Kerja
Dari segi kajian kebahasaan, etos berasal dari bahasa Yunani "etos" yang artinya sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak hanya dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Makara etos sanggup diartikan sebagai pandangan yang khas dari seseorang atau suatu golongan sosial.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) etos kerja diartikan dengan semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau kelompok. Kerja dalam pengertian di atas yaitu kerja dalam arti luas, yaitu semua bentuk perjuangan yang dilakukan insan baik dalam hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan maupun akhirat.
Secara terminologi, etos mempunyai beberapa pengertian:
Pertama, etos yaitu suatu hukum umum atau cara hidup
Kedua, etos berarti suatu tatanan hukum perilaku
Ketiga, etos berarti penyelidikan ihwal jalan hidup dan seperangkat hukum tingkah laku
Dengan ungkapan lain etos sanggup diartikan sebagai kehendak atau kemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai harapan yang positif.
Etos dibuat oleh aneka macam kebiasaan, dampak budaya, serta sistem nilai yang diyakininya.
B. Etos Kerja dari Sudut Pandang Islam
Seorang muslim harus mempunyai cara pandang bahwa kehidupan dunia ini selalu dilihat dari dua sudut pandang, duniawi dan ukhrawi. Muslim yang lurus, dalam kehidupannya tidak hanya berorientasi pada kehidupan duniawi saja, melainkan harus melihat dari sisi ukharwi. Sebagai orang Islam harus berusah untuk mencari kebahagiaan hidup di akhirat, tapi tidak melupakan dunianya, karens kita hidup dan berinfak di dunia.
Setiap muslim harus mendasari setiap amal/pekerjaannya dengan niat tulus tulus sebab Allah dan dilakukan dengan penuh kesungguhan.
Dalam Al-Quran surat at-Taubah ayat 105 Allah berfirman: "Dan katakanlah, beramalah (bekerjalah) kalian, maka Allah akan melihat amalan (pekerjaan) kalian, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kau akan dikembalikan kepada (Allah) yang Maha Mengetahui yang mistik dan yang nyata, kemudian diberitakannya kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan"
2. Ayat Al-Quran dan Hadits ihwal Etos Kerja
- Ayat Al-Quran ihwal Etos Kerja
1. QS. An-Nisa (4): 32
وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍ ۗ لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوْا ۗ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ ۗ وَسْئَـلُوا اللّٰهَ مِنْ فَضْلِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا
Artinya:
"Dan janganlah kau iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kau atas sebagian yang lain. (Karena) bagi pria ada cuilan dari apa yang mereka usahakan, dan bagi wanita (pun) ada cuilan dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 32)
Tajwid QS. An-Nisa ayat 32
وَلَا : mad thabi'i, sebab ada aksara hijaiyyah (lam) berharakat fathah bertemu dengan alif
تَتَمَنَّوْا : mad lin, ada aksara hijaiyyah (nun) berharakat fathah bertemu dengan aksara mad wawu yang disukun (mati)
فَضَّلَ اللّٰهُ : lam jalalah dibaca tafkhim (tebal), sebab sebelum lafal Allah berharakat fathah
بَعْضَكُمْ عَلٰى : idhar syafawi, sebab ada mim sukun (mati) bertemu 'ain (bertemu dengan selain mim dan ba)
لِلرِّجَالِ : alif lam syamsiyah/idgham syamsiyah, sebab alif lam (AL)nya tidak terbaca jelas
نَصِيْبٌ مِّمَّا : idgham bighunnah, sebab ada dhammatain bertemu dengan mim
مِنْ فَضْلِهٖ : ikhfa haqiqi, sebab ada nun sukun (mati) bertemu fa
اِنَّ : ghunnah, sebab ada nun tasydid (syiddah)
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا : idhar halqi, sebab ada kasrotain bertemu 'ain
عَلِيْمًا : mad badal
- Isi Kandungan QS. An-Nisa (4): 32
QS. An-Nisa ayat 32 berisi klarifikasi ihwal semangat para shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam didalam berinfak dan bekerja dengan didasari keimanan, sehingga menghasilkan semangat berinfak atau bekerja dengan jujur dan amanah sebab merasa selalu diawasi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.
2. QS. At-Taubah (9) ayat 105
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
- Hadits ihwal Etos Kerja
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ (رَوَاه الطَّبْرَانِي)
"Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anhaa, bergotong-royong Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: " Sesungguhnya Allah mengasihi seseorang yang apabila bekerja, ia mengerjakannya secara profesional". (Hadits dikeluarkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Mu'jam Al-Austah)
Hadits Riwayat At-Thabrani
Hadits riwayat ath-Thabrani berisi ihwal dorongan untuk profesional dalam bekerja supaya menerima kecintaan Allah. Hadits tersebut juga mengambarkan tujuan utama bekerja dalam pandangan Islam yaitu untuk meraih kesuksesan dunia dan akhirat
عَنِ الْمِقْدَامِ رَضِي اللَّهم عَنْهم عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ (أخْرَجَهُ الْبُخَارِى فِى صَحِيْحِهِ)
Artinya:
"Tiada sesuap pun makanan yang dimakan seseorang yang lebih baik dari makanan hasil jerih payahnya sendiri. Sungguh Nabiyullah Dawud 'alaihis salam makan dari hasil pekerjaan tangannya sendiri” (Hadits dikeluarkan/diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya)
Dari klarifikasi ayat-ayat di atas kita menjadi tahu, paham bahwa Islam sangat menghargai, memperlihatkan apresiasi kepad orang-orang yang profesional dalam bekerja. Orang yang profesional dalam bekerja akan menghasilkan karya/ produk yang baik. Jika pekerjaan dilakukan oleh orang yang tidak profesional dibidangnya maka hasil pekerjaan akan kurang maskimal.
Maka apapun profesi atau pekerjaan yang kita miliki hendaklah kita lakukan dengan penuh tanggung jawab. Semangat etos kerja harus selalu kita gelorakan. Tidak malu atau merasa minder dengan pekerjaan yang kita lakukan. Yang penting pekerjaan halal dan semata untuk mengharap ridha Allah. Lebih-lebih jikalau hasinya "gede", maka nikmat Allah mana lagi yang hendak kita dustakan?
Dari sirah Nabi kita tahu, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam ketika kecil dulu mengembala kambing, sesudah bakir balig cukup akal pernah jadi pedagang yang populer akan kejujurannya. Dalam hadits riwayat Imam Muslim dijelaskan bahwa Nabi Zakaria makan dari hasil jerih payah tangannya sendiri dengan bekerja sebagai tukang kayu. Nabi Dawud diberi keterampilan untuk menciptakan baju dari besi. Dari dongeng ini kita sanggup mengambil faidah, para Nabi saja ada yang jadi pedagang, tukang kayu, pintar besi tapi tidak pernah minder. Mereka tetap tulus berdakwah mengajak umatnya untuk mengabdi/menyembah kedapa Allah supaya selamat dunia akhirat.
0 Komentar untuk "Meraih Cinta Allah Dengan Bersungguh-Sungguh Dalam Bekerja (Al-Quran Dan Hadits Kelas Xii)"