Menjadi Pribadi Muslim yang Taat, Kompetitif, dan Pekerja Keras
(Al-Quran Hadits Kelas XI)
(Al-Quran Hadits Kelas XI)
Kecenderungan hidup santai ialah satu bentuk acara remaja/pemuda-pemudi zaman sekarang. Jauh empat belasan kala yang kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengingatkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Ada dua nikmat di mana insan banyak tertipu karenanya, yaitu kesehatan dan kesempatan.” (HR. Bukhari)
Pemuda dengan tenaga yang masih segar ditambah semangat yang menyala ialah beruntung kalau potensinya itu dipakai untuk mengabdi kapada Allah :
“… Jika kau menolong (agama) Allah, pasti Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad : 7)
“Tujuh orang yang akan dilindungi Allah dalam lindungan-Nya pada hari yang tidak ada proteksi selain perlindungannya … (satu di antaranya ialah) perjaka yang semenjak kecil selalu beribadah kepada Allah.” (HR. Syaikhani-Bukhari Muslim)
Dalam usia yang sangat muda, gemblengan Rasulullah telah bisa menunjukkan bantuan yang luar biasa terhadap Islam : Umar bin Khattab 27 tahun, Zaid bin Haritsah 20 tahun, Sa’ad bin Abi Waqash 17 tahun, bahkan Ali Bin Abi Thalib 8 tahun.
“Kamu ialah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah …” (QS. Ali Imran : 110)
Perbaikan suatu umat tidak akan terwujud kecuali dengan perbaikan individu, yang dalam hal ini ialah pemuda. Perbaikan individu (pemuda) tidak akan sukses kecuali dengan perbaikan jiwa. Perbaikan jiwa tidak akan berhasil kecuali dengan pendidikan dan pembinaan. Yang dimaksud dengan pelatihan ialah membangun dan mengisi logika dengan ilmu yang berguna, mengarahkan hati lewat do’a, serta memompa dan menggiatkan jiwa lewat instropeksi diri.
Pemuda Islam merupakan rujukan umat, penerus dan penyempurna misi risalah Ilahiah. Perbaikan perjaka berarti ialah perbaikan umat. Oleh lantaran itu, eksistensinya sangat memilih di dalam masyarakat.
Pengertian Muslim yang Taat, Kompetitif, dan Pekerja Keras
a. Muslim yang Taat
Kata muslim dalam bahasa Arab merupakan bentuk isim fa'il dari aslama-yuslimu-islaaman-muslimun. Aslama-yuslimu-islaaman artinya berserah diri, tunduk. Islam secara istilah ialah berserah diri kepada Allah Ta'ala dengan cara mentauhidkan-Nya (mengesakan-Nya), tunduk kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya serta berlepas diri dari semua sikap yang dikategorikan sebagai perbuatan syirik atau mempersekutukan-Nya dengan makhluk ciptaan-Nya.
Sedang kata taat berasal dari bahasa Arab tha'ah (طَاعَةٌ) yang mempunyai makna menuruti atau mengikuti. Secara istilah taat berarti mengikuti dan menuruti keinginan atau perintah dari luar diri kita. Dengan kata lain, taat artinya tunduk, patuh ketika kita menerima perintah atau larangan untuk dihindari.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) taat mempunyai tiga arti:
1. Senantiasa tunduk; patuh (kepada Tuhan, pemerintah, dan sebagainya)
2. Tidak berlaku curang; setia
3. Saleh; berpengaruh beribadah
b. Kompetitif
Kompetitif ialah hal yang bekerjasama dengan sebuah persaingan. Jadi, kompetitif artinya suatu kondisi perebutan atau keadaan berkompetisi yang dilakukan oleh individu maupun kelompok dalam memenangkan sebuah persaingan.
Allah Subhanahu wa ta'ala menciptakan janjkematian dan kehidupan untuk menguji siapa diantara kita yang paling baik amalnya. Pribadi muslim yang baik tidak gampang puas dengan amal baik yang sudah dikerjakannya. Dalam hal amal kebaikan seorang muslim hendaknya senantiasa membandingkan dirinya dengan capaian kebaikan yang telah diraih oleh orang lain yang lebih shalih dari dirinya. Dengan demikian, seorang muslim akan mempunyai jiwa kompetitif atau kondisi dirinya akan senantiasa berada dalam persaingan, tetapi persaingan dalam kebaikan. Sifat kompetitif dalam kebaikan akan bisa mendorong dan mengakibatkan seorang muslim semakin baik dan berkualitas untuk mencapai yang terbaik dari yang baik-baik
Kerja keras yaitu melaksanakan sesuatu dengan niat yang kuat, sungguh-sungguh, gigih, tidak mengenal lelah, tidak lemah menghadapi cobaan dan selalu bersemangat dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau dicita-citakan.
Kerja keras sanggup dilakukan dalam segala hal, baik dalam bekerja mencari rizki, menuntut ilmu, berkreasi, membantu oran lain, dan lain-lainnya.
Bekerja keras ialah salah satu fatwa Islam yang wajib dibiasakan oleh umatnya. Islam menganjurkan umatnya semoga selalu bekerja keras untuk mencapai harapan dan cita-cita. Islam sangat melarang umatnya untuk bermalas-malasan, berpangku tangan dan hanya mengharapkan pinjaman orang lain serta gampang putus asa.
Itulah harapan dan keinginan dari do'a yang sering kita minta atau panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, "Rabbanaa aatinaa fid dunyaa hasanah, wa fil aakhiroti hasanah, wa qinaa 'adzaaban naar" (Yaa Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan selamatkanlah kami dari adzab api neraka). Aamiin.
2. Ayat al-Quran dan al-Hadits tentang Muslim yang Taat, Kompetitif, dan Pekerja Keras
a. Ayat al-Quran dan al-Hadits tentang Muslim yang Taat
- QS. Anisa (4): 59
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kalian. Kemudian kalau kalian berlainan pendapat perihal sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), kalau kau benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
- Hukum Tajwid QS. An-Nisa ayat 59
Asbābu al-Nuzūl atau lantaran turunnya ayat ini berdasarkan Ibn Abbas ialah berkenaan dengan Abdullah bin Huzaifah bin Qays as-Samhi ketika Rasulullah saw. mengangkatnya menjadi pemimpin dalam sariyyah (perang yang tidak diikuti oleh Rasulullah saw.). As-Sady beropini bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Amr bin Yasir dan Khalid bin Walid ketika keduanya diangkat oleh Rasulullah saw. sebagai pemimpin dalam sariyah.
Q.S. an-Nisā/4: 59 memerintahkan kepada kita untuk menaati perintah Allah Swt., perintah Rasulullah saw., dan ulil amri. Tentang pengertian ulil amri, di bawah ini ada beberapa pendapat.
Kita memang diperintah oleh Allah Subhanahu wa ta'ala untuk taat kepada ulil amri (apa pun pendapat yang kita pilih perihal makna ulil amri). Namun, perlu diperhatikan bahwa perintah taat kepada ulil amri tidak digandengkan dengan kata “taat”; sebagaimana kata “taat” yang digandengkan dengan Allah Subhanahu wa ta'ala dan Rasul-Nya. Quraish Shihab, Pakar Tafsir Indonesia, memberi ulasan yang menarik: “Tidak disebutkannya kata “taat” pada ulil amri untuk memberi aba-aba bahwa ketaatan kepada mereka tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan atau bersyarat dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dan rasul-Nya. Artinya, apabila perintah itu bertentangan dengan nilai-nilai fatwa Allah Subhanahu wa ta'ala dan rasul-Nya, tidak dibenarkan untuk taat kepada mereka.
Umat Islam wajib menaati perintah Allah Subhanahu wa ta'ala dan rasul-Nya dan diperintahkan pula untuk mengikuti atau menaati pemimpinnya. Tentu saja, apabila pemimpinnya memerintahkan kepada hal-hal yang baik. Apabila pemimpin tersebut mengajak kepada kemungkaran, wajib hukumnya untuk menolak.
- Hadits Riwayat Ahmad
Artinya:
"Tidak ada ketaatan kepada makhluq di dalam kemakiyatan kepada Sang Maha Pencipta" (HR. Ahmad)
b. Ayat al-Quran dan al-Hadits perihal Kompetitif
- QS. Al-Maidah (5) ayat 48:
Artinya:
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’ān) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah perkara mereka berdasarkan apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah tiba kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, pasti kau dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kau terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kau semua kembali, kemudian diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kau perselisihkan.” (Q.S. al-Māidah/5: 48)
Sungguh seorang dari kalian yg mengambil talinya kemudian ia mencari seikat kayu bakar & dibawa dgn punggungnya [kemudian ia menjualnya kemudian Allah mencukupkannya dgn kayu itu] lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada manusia, baik insan itu memberinya atau menolaknya. [Muttafaqun 'alaihi].
Muttafaqun 'alaihi artinya disepakati atasnya. Maksudnya hadits tersebut disepakati kesahihannya oleh dua imam hadits yaitu Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Baca juga: Contoh Soal dan Jawabannya Mata Pelajaran Al-Quran dan Hadits kelas XI Bab 1. Menjadi Pribadi Muslim yang Taat, Kompetitif, dan Pekerja Keras
Pengertian Muslim yang Taat, Kompetitif, dan Pekerja Keras
a. Muslim yang Taat
Kata muslim dalam bahasa Arab merupakan bentuk isim fa'il dari aslama-yuslimu-islaaman-muslimun. Aslama-yuslimu-islaaman artinya berserah diri, tunduk. Islam secara istilah ialah berserah diri kepada Allah Ta'ala dengan cara mentauhidkan-Nya (mengesakan-Nya), tunduk kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya serta berlepas diri dari semua sikap yang dikategorikan sebagai perbuatan syirik atau mempersekutukan-Nya dengan makhluk ciptaan-Nya.
Sedang kata taat berasal dari bahasa Arab tha'ah (طَاعَةٌ) yang mempunyai makna menuruti atau mengikuti. Secara istilah taat berarti mengikuti dan menuruti keinginan atau perintah dari luar diri kita. Dengan kata lain, taat artinya tunduk, patuh ketika kita menerima perintah atau larangan untuk dihindari.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) taat mempunyai tiga arti:
1. Senantiasa tunduk; patuh (kepada Tuhan, pemerintah, dan sebagainya)
2. Tidak berlaku curang; setia
3. Saleh; berpengaruh beribadah
Dari klasifikasi arti serta pengertian kata muslim dan taat diatas sanggup disimpulkan bahwa kata muslim intinya sudah mengandung pengertian ketaatan. Jadi, muslim yang taat ialah seorang muslim (orang Islam) yang mengesakan Allah, melaksanakan perintah dan menjauhi semua larangan-Nya serta menjauhi segala macam hal yang sanggup menjerumuskan kepada perbuatan syirik (menyukutan Allah)
b. Kompetitif
Kompetitif ialah hal yang bekerjasama dengan sebuah persaingan. Jadi, kompetitif artinya suatu kondisi perebutan atau keadaan berkompetisi yang dilakukan oleh individu maupun kelompok dalam memenangkan sebuah persaingan.
Allah Subhanahu wa ta'ala menciptakan janjkematian dan kehidupan untuk menguji siapa diantara kita yang paling baik amalnya. Pribadi muslim yang baik tidak gampang puas dengan amal baik yang sudah dikerjakannya. Dalam hal amal kebaikan seorang muslim hendaknya senantiasa membandingkan dirinya dengan capaian kebaikan yang telah diraih oleh orang lain yang lebih shalih dari dirinya. Dengan demikian, seorang muslim akan mempunyai jiwa kompetitif atau kondisi dirinya akan senantiasa berada dalam persaingan, tetapi persaingan dalam kebaikan. Sifat kompetitif dalam kebaikan akan bisa mendorong dan mengakibatkan seorang muslim semakin baik dan berkualitas untuk mencapai yang terbaik dari yang baik-baik
Jadi, langsung muslim yang kompetitif ialah sikap seorang muslim yang merasa tidak pernah puas dengan amal kebaikan dan prestasi yang telah diraih, sehingga akan terus berusaha untuk berlomba-lomba (berkompetisi) dalam kebaikan serta menjadi muslim yang terbaik dan berkulaitas dalam segala hal.c. Pekerja Keras
Kerja keras yaitu melaksanakan sesuatu dengan niat yang kuat, sungguh-sungguh, gigih, tidak mengenal lelah, tidak lemah menghadapi cobaan dan selalu bersemangat dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan atau dicita-citakan.
Kerja keras sanggup dilakukan dalam segala hal, baik dalam bekerja mencari rizki, menuntut ilmu, berkreasi, membantu oran lain, dan lain-lainnya.
Bekerja keras ialah salah satu fatwa Islam yang wajib dibiasakan oleh umatnya. Islam menganjurkan umatnya semoga selalu bekerja keras untuk mencapai harapan dan cita-cita. Islam sangat melarang umatnya untuk bermalas-malasan, berpangku tangan dan hanya mengharapkan pinjaman orang lain serta gampang putus asa.
Muslim yang baik ialah muslim yang mempunyai kepribadian atau karakter pekerja keras, ulet tangguh, dan pantang mengalah untuk meraih kesuksesan dan kemuliaan di dunia dan akhirat.
Itulah harapan dan keinginan dari do'a yang sering kita minta atau panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, "Rabbanaa aatinaa fid dunyaa hasanah, wa fil aakhiroti hasanah, wa qinaa 'adzaaban naar" (Yaa Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan selamatkanlah kami dari adzab api neraka). Aamiin.
2. Ayat al-Quran dan al-Hadits tentang Muslim yang Taat, Kompetitif, dan Pekerja Keras
a. Ayat al-Quran dan al-Hadits tentang Muslim yang Taat
- QS. Anisa (4): 59
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kalian. Kemudian kalau kalian berlainan pendapat perihal sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), kalau kau benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya."
- Hukum Tajwid QS. An-Nisa ayat 59
Asbābu al-Nuzūl atau lantaran turunnya ayat ini berdasarkan Ibn Abbas ialah berkenaan dengan Abdullah bin Huzaifah bin Qays as-Samhi ketika Rasulullah saw. mengangkatnya menjadi pemimpin dalam sariyyah (perang yang tidak diikuti oleh Rasulullah saw.). As-Sady beropini bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Amr bin Yasir dan Khalid bin Walid ketika keduanya diangkat oleh Rasulullah saw. sebagai pemimpin dalam sariyah.
Q.S. an-Nisā/4: 59 memerintahkan kepada kita untuk menaati perintah Allah Swt., perintah Rasulullah saw., dan ulil amri. Tentang pengertian ulil amri, di bawah ini ada beberapa pendapat.
Kita memang diperintah oleh Allah Subhanahu wa ta'ala untuk taat kepada ulil amri (apa pun pendapat yang kita pilih perihal makna ulil amri). Namun, perlu diperhatikan bahwa perintah taat kepada ulil amri tidak digandengkan dengan kata “taat”; sebagaimana kata “taat” yang digandengkan dengan Allah Subhanahu wa ta'ala dan Rasul-Nya. Quraish Shihab, Pakar Tafsir Indonesia, memberi ulasan yang menarik: “Tidak disebutkannya kata “taat” pada ulil amri untuk memberi aba-aba bahwa ketaatan kepada mereka tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan atau bersyarat dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dan rasul-Nya. Artinya, apabila perintah itu bertentangan dengan nilai-nilai fatwa Allah Subhanahu wa ta'ala dan rasul-Nya, tidak dibenarkan untuk taat kepada mereka.
Umat Islam wajib menaati perintah Allah Subhanahu wa ta'ala dan rasul-Nya dan diperintahkan pula untuk mengikuti atau menaati pemimpinnya. Tentu saja, apabila pemimpinnya memerintahkan kepada hal-hal yang baik. Apabila pemimpin tersebut mengajak kepada kemungkaran, wajib hukumnya untuk menolak.
- Hadits Riwayat Ahmad
لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ
"Tidak ada ketaatan kepada makhluq di dalam kemakiyatan kepada Sang Maha Pencipta" (HR. Ahmad)
b. Ayat al-Quran dan al-Hadits perihal Kompetitif
- QS. Al-Maidah (5) ayat 48:
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’ān) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah perkara mereka berdasarkan apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah tiba kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, pasti kau dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kau terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kau semua kembali, kemudian diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kau perselisihkan.” (Q.S. al-Māidah/5: 48)
- Hukum Tajwid QS. Al-Maidah ayat 48:
- Hadits perihal Kompetitif
b. Ayat al-Quran dan al-Hadits perihal Pekerja Keras
- Ayat al-Quran tentang Pekerja Keras
QS. At-Taubah (9): 105
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kau akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, kemudian diberitakan-Nya kepada kau apa yang telah kau kerjakan. (QS. At-Taubah: 105)
Rumus aturan tajwid mim sukun:
1. Bila ada mim sukun bertemu abjad "ba" (ب) maka disebut Ikhfa Syafawi
2. Mim sukun bertemu "mim" (م) disebut idgham Mimi/mitslain
3. Mim sukun bertemu dengan selain mim dan ba disebut Idhar Syafawi
- Hadits tentang Pekerja Keras
QS. At-Taubah (9): 105
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kau akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, kemudian diberitakan-Nya kepada kau apa yang telah kau kerjakan. (QS. At-Taubah: 105)
Rumus aturan tajwid mim sukun:
1. Bila ada mim sukun bertemu abjad "ba" (ب) maka disebut Ikhfa Syafawi
2. Mim sukun bertemu "mim" (م) disebut idgham Mimi/mitslain
3. Mim sukun bertemu dengan selain mim dan ba disebut Idhar Syafawi
- Hadits tentang Pekerja Keras
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ "
Sungguh seorang dari kalian yg mengambil talinya kemudian ia mencari seikat kayu bakar & dibawa dgn punggungnya [kemudian ia menjualnya kemudian Allah mencukupkannya dgn kayu itu] lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada manusia, baik insan itu memberinya atau menolaknya. [Muttafaqun 'alaihi].
Muttafaqun 'alaihi artinya disepakati atasnya. Maksudnya hadits tersebut disepakati kesahihannya oleh dua imam hadits yaitu Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Baca juga: Contoh Soal dan Jawabannya Mata Pelajaran Al-Quran dan Hadits kelas XI Bab 1. Menjadi Pribadi Muslim yang Taat, Kompetitif, dan Pekerja Keras
Contoh Soal Materi Menjadi Pribadi Muslim yang Taat, Kompetitif, dan Pekerja Keras (Al-Quran Hadits Kelas XI)
0 Komentar untuk "Menjadi Langsung Muslim Yang Taat, Kompetitif, Dan Pekerja Keras (Al-Quran Hadits Kelas Xi)"