Cerpen Hidupku Merupakan Koma Oleh Rara Noermalita K.K. Mahasiswi Prodi Aturan Tata Negara Institut Agama Islam Negeri Purwokerto

Hai namaku Kara Greesa,orang biasa memanggilku Kara namun bukan Kara santan ya. Aku anak gadis kedua di keluargaku. Aku memilki seorang kakak pria berjulukan Rahka dan adik pria berjulukan Ferros. Aku berasal dari keluarga yang sederhana,bukan golongan menengah ataupun atas.

Hobiku menyimak musik dengan genre pop. Disamping kegemaran itu ada beberapa kegemaran lain yang sering saya lakukan,seperti disaat saya gundah atau jenuh makan sesuatu dirumah saya akan bereksperimen menghasilkan sebuah makanan yang acap kali saya sendiripun gundah dengan rasanya namun ada rasa kepuasan tersendiri di saat saya berhasil membuatnya. Aku juga suka membaca apa lagi membaca dongeng di wattpad dan saya juga suka menonton film. Hemm kelihatannya hobiku memang tolok ukur sekali namun itulah kesukaanku.

Ngomong-ngomong,aku sudah menjadi seorang mahasiswa di salah satu Perguruan Tinggi Negeri Islam di kotaku. Tidak disangka saya berhasil meraih posisi ini sebenarnya. Karna perjuanganku untuk mencapainya pasti tidaklah mudah. Fisik dan rohaniku terkuras demi masa depan,tapi tidak apa demi kesuksesanku. Seperti kata pepatah “Bersakit-sakit dahulu,bersenang-senang kemudian.”


Sedikit saya ceritakan ihwal usaha yang saya jalani di kehidupanku. Pada bulan November, pihak Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) menghasilkan pengumuman ihwal Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan tidak usang kemudian sekolahku memberi tahu siapa pun yang berhak mendaftar tahapan SNMPTN. Aku bersyukur tergolong kedalam orang yang memperoleh hak itu dan saya tidak menyiakannya. Sepulang sekolah sehabis mengenali pengumuman tersebut,aku memberitahukannya terhadap ibu.

Waktu Sekolah Menengan Atas saya bersekolah menggunakan sepeda motor,iya saya tau bekerjsama itu melanggar aturan namun jika tidak begitu saya kebingungan untuk bersekolah. Jangan ditiru ya teman. Sepulang sekolah sehabis memarkirkan sepeda motor saya masuk ke dalam rumah dan mencari eksistensi ibu.

“Ibu… tadi di sekolah ada pengumuman yang berhak ikut SNMPTN dan saya tergolong bu,aaa ya Allah saya seneng bu ” kataku.

“Benar itu ra? Alhamdulillah jika begitu,ibu ikut bahagia mendengarnya.” Kata ibu. “Terus gimana kau mau pilih universitas mana atau kau udah menentukan? “sambung ibu.

“Hem.. masih dipikirin si bu,susah juga buat nentuiinnya “jawabku terhadap ibu.

“Ya sudah pilih yang kau percaya dan terbaik namun nasehat ibu,pilih universitas di sini aja ya ra biar terpantau kamunya anak gadis satu-satu ibu “jelas ibu.

Setelah memberitahu ibu, saya berpikir untuk mempersiapkan pilihanku dengan percaya dan dengan seni administrasi alasannya ini seleksi nasional bukan cuma seleksi biasa. Tidak lupa juga saya mencari tahu ihwal universitas incaranku. Bersaman dengan usaha yang saya kerjakan tidak lupa juga saya berikhtiar terhadap Allah.

Tidak berselang usang dari pengumuman SNMPTN,ibuku memperoleh keterangan ihwal sekolah kedinasan di Bandung. Ibu berbincang kepadaku siapa tahu saya tertarik. Hem siapa yang tidak kesengsem dengan penawaran sekolah kedinasan coba?

“Oiya ra,ibu tadi dapet keterangan dari tetangga katanya anaknya kuliah di Bandung,sekolah kedinasan gitu. Kamu kesengsem ngga ra? Jadiin refrensi aja dahulu kalo kau masih bingung. “kata ibu.

“Sekolah kedinasan apa bu? Dibawah kementrian apa? Tanyaku.

“Katanya si dibawah kementrian sosial. “terang ibu.

“Oke bu nanti Kara cari tahu ihwal sekolah itu ya bu “jawabku.

Setelah itu saya eksklusif mencari tahu ihwal sekolah yang ibu katakan. Aku juga mengajukan pertanyaan terhadap anak tetanggaku itu. Setelah memperoleh banyak sekali keterangan akupun kesengsem untuk menjajal mendaftar. Tidak lupa juga saya berkonsultasi terhadap ibu.

Tidak terasa waktu berlangsung begitu cepat, untuk SNMPTN risikonya saya menegaskan universitas di kotaku. Sebenarnya saya sedikit pesimis dengan pilihanku. Ya saya tau bahwa universitas yang saya pilih ini memiliki passing grade yang tinggi. Tapi dorongan dari keluarga yang meyakinkan saya untuk terus maju.

“Kara percaya kan mau kuliah disini? “tanya ibu.

“Insya Allah percaya bu,doain ya bu “jawabku.

“Iya niscaya ayah dan ibu senantiasa doakan “jelas ibu.

Saat yang dinantikan itu akhirnyapun tiba. Saat dimana pengumuman siapa yang lulus tahap SNMPTN. Dihari itu seumpama ada pisau yang sempurna perihal hati,begitu sakit dengan fakta yang ada. Sedih,kecewa bercampur dihari itu dimana faktanya saya gagal dalam SNMPTN. Entah bagaimana saya menginformasikan kabar ini terhadap ibu dan keluarga. Aku takut kekecewaanku berkali lipat sehabis itu. Tapi keluargaku menguatkan saya dan menyemangatiku.

“Udah ra gapapa kalo belum lulus tahap itu kan masih ada tahap lain kan? Tetep semangat jangan murung terus,abis ini ibadah kau dikuatin lagi dan lebih berserah lagi ya “ucap ibu menyemangatiku.

Itu kegagalan pertama yang saya rasa begitu sakit. Tidak mau jatuh terlalu usang saya mesti bangkit,benar kata ibu masih ada tahap lain. Ibarat satu pintu kesuksesan tertutup masih ada seribu pintu lain yang terbuka.

Tidak berselang usang LTMPT memberi tahu tahap kedua yaitu  Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan saya mesti berupaya optimal lagi biar lolos tahap ini. Aku bareng temanku yang merangkap menjadi saudaraku menjajal menjadi ambisius.

“Riz yuk ambis bareng biar masuk universitas yang sama,dan mudah-mudahan kali ini jangan gagal “ajakku terhadap Rizka.

“Ayo ra,semangat demi masa depan kita “ucapnya.

Setelah itu saya dan beliau siang malam senantiasa belajar. Selain berguru untuk SBMPTN saya tidak melalaikan untuk berguru sekolah kedinasan. Ya waktunya berdekatan dan menghasilkan pikiranku bercabang. Tidak sanggup konsentrasi pada satu tujuan. Tapi saya berupaya semaksimal mungkin dengan keduanya.

Pelaksanaan cobaan tulis online sekolah kedinasan saya kerjakan apalagi dahulu. Sebelum pelaksanaannya ada beberapa perkara yang menjadi halangan dan itu mebuatku panik. Tapi alhamdulillah pada dikala pelaksanaannya berlangsung lancar. Tidak berselang usang pengumuman lolospun terbit. Dan lagi-lagi saya mesti menelan pil pahit. Aku gagal. Dan lagi-lagi keluargaku yang menguatkanku.

Tidak mau bersedih lama,harapanku kini pada SBMPTN. SBMPTN diadakan pada masa pandemi covid 19 ini menghasilkan peraturan pelaksanaannya berubah alasannya mesti tetap menjalankan protokol kesehatan yang berlaku. Tapi itu tidak mematahkan semangatku.

Pada dikala pelaksanaannya saya gugup,panik dan takut. Takut jika saya gagal kembali. Tapi kata-kata ibu dan tanteku yang membuatku menetralisir rasa takut itu.

“Kara mesti berani jangan takut,ini kehidupan. Gagal itu jadikan selaku watu loncatan buat kesuksesan nanti. Intinya don’t let fear control you, dibawa santai aja “nasihat tante.

“Iya benar apa kata tantemu. Kalah menang,gagal dan berhasil itu proses kehidupan “tambah ibu.

Dengan kata-kata itu saya percaya saya bisa. Aku niscaya sanggup menghasilkan gembira mereka. Setelah dinanti hari pengumuman itupun tiba.

“Ra apapun nanti hasilnya mesti sanggup terima ya,itu usaha kau dan kau udah melakukannya dengan maksimal. “kataku terhadap diriku.

Aku cuma sanggup berserah terhadap Allah. Apapun hasilnya, itu yakni takdir yang Allah berikan kepadaku.

Dan kali ini untuk kesekian kalinya takdir tidak mengizinkanku untuk menjadi salah satu mahasiswa di universitas itu. Begitupun dengan Rizka. Kita sama-sama gagal lagi. Rasa kecewanya melampaui ketimbang tidak dianggap pasangan. Dan rasanya juga melibihi rasa gagal pertama yang saya dapat. Malam itu saya menangis sejadi-jadinya. Dan kelihatannya ibuku tidak tahan menyaksikan anaknya menangis seumpama itu dan risikonya ibu memelukku sambil menguatkanku.

“Udah ya ra jangan nangis kaya gini,maafin ibu juga. Ibu lebih murung kalo kau kaya gini. Kan masih ada perguruan tinggi lain kan? Kara mau daftar swasta ya nggapapa,Kara mau kursus dahulu juga nggapapa. “ucap ibu yang sehabis itu disusul oleh para tante dan omku.

“Iya Kara,berhasil itu ngga mesti di negeri juga,yang penting kau niat niscaya ada jalannya nanti. ‘ “Jangan murung berlanjut kaya gini,jangan jadi orang yang pesimis, Kara itu udah hebat,mau dimanapun universitasnya asal Kara mau berguru nantinya Kara juga berhasil menjadi orang berhasil kok” tambah tante dan omku.

Setelah mendengar ucapan keluargaku itu saya lekas menunaikan sholat dan mengadu seluruhnya terhadap Allah. Mungkin ibadah dan permintaanku tidak seimbang. Lebih banyak seruan dibanding dengan ibadahku.

Kesempatan seolah tiba lagi menghampiriku. Masih ada perguruan tinggi tinggi islam negeri yang masih membuka pendaftaran. Dan saya tidak akan menyia-nyiakan peluang itu. Dengan izin orang renta saya mendaftar di sana.

“Ibu.. Kara mau coba daftar di perguruan tinggi tinggi islam di sini boleh ya? “tanyaku.

“Iya silahkan Kara,mungkin rezeki kau ada disana dan mungkin juga itu yakni opsi Allah buat kamu. Ibu cuma sanggup berdoa “ucap ibu.

“Iya ibu,terima kasih ya bu udah senantiasa dukung saya “ucapku.

“iya sama-sama,udah jadi keharusan ibu buat dukung apapun keputusan kamu. Semangat ya jangan lupa ibadah. “

“Siap ibu negara!! “

Dan benar mungkin ini takdir yang Allah gariskan terhadap hidupku. Aku berhasil lolos di perguruan tinggi tinggi islam negeri. Dan ya kini perjuanganku berbuah. Aku bertekad untuk berkuliah benar-benar biar kegagalanku sebelumnya sanggup tersembuhkan oleh kesuksesanku nanti. Aku tidak mau mengecewakan banyak orang lagi apa lagi mengecewakan diri sendiri.

Hidup itu proses dan perjuangan. Kamu belum berhasil jika kau belum mencicipi kegagalan. Hidup seumpama koma di saat gagal mesti ingat untuk berdiri lagi jangan mau berhenti dititik alasannya berproses itu panjang. Ada lebih banyak rintangan dan kegagala lagi dikehidupan sehabis ini. Kaprikornus tetap semangat dan berpikir bahwa “Kamu sanggup di saat kau berpikir kau bisa.”

Aku ucapkan terima kasih terhadap kedua orang tuaku,keluargaku dan para teman-temanku yang sudah mau menjadi bab dari perjalanan usaha hidupku hingga pada dikala sekarang. Doa terbaik senantiasa beriringan dengan kebaikan kalian. Dan tidak lupa juga saya berterima kasih terhadap Allah yang sudah menggariskan takdir kehidupanku. Karena-Nya saya lebh tahu ihwal menghargai usaha dan sabar.

Pengirim : Rara Noermalita K.K. (rarakanza760@gmail.com) – Mahasiswi Prodi Hukum Tata Negara Institut Agama Islam Negeri Purwokerto.

Ingin karya tulis Anda terpublikasi di situs web di sini.


0 Komentar untuk "Cerpen Hidupku Merupakan Koma Oleh Rara Noermalita K.K. Mahasiswi Prodi Aturan Tata Negara Institut Agama Islam Negeri Purwokerto"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close