Pesan-Pesan Perjuangan/Kata Mutiara dari Para Pahlawan Nasional- Sahabat, jumlah Pahlawan Nasional Indonesia ada 168 yang antara lain : Martha Christina Tiahahu, Harun Thohir (Kopral KKO Harun bin Said, Thohir bin Mandar, Tahir), Radin Inten II (Radin Inten II gelar Kesuma Ratu), Supriyadi (Soedanco Soeprijadi, Suprijadi), Slamet Riyadi (Brigjen. Ignatius Slamet Rijadi), Wolter Monginsidi (Robert Wolter Monginsidi), Halim Perdanakusuma (Marsda. Abdul Halim Perdana Kusuma), R. A. Kartini (Raden Adjeng Kartini, Raden Ayu Kartini), Usman Janatin (Serda. KKO. Oesman Djanatin bin Haji Mohammad Ali), Pierre Tendean (Kapten CZI. Pierre Andreas Tendean), Bau Massepe (Letjen. Andi Abdullah Bau Massepe), I Gusti Ngurah Rai (Brigjen I Gusti Ngurah Rai), Iswahyudi (Marsma. R. Iswahjoedi), Arie Frederik Lasut (A.F. Lasut), Adisucipto (Marsda. Mas Agustinus Adisoetjipto), Ranggong Daeng Romo, Supeno (Soepeno), Pattimura (Kapitan Pattimura, Thomas Matulessy), Sudirman (Jenderal Besar Raden Soedirman), dan Pahlawan Nasioanal yang lain, tetapi kali ini saya akan mengarsipkan pesan usaha dari 16 Pahlawan Nasional, selaku berikut :
1. Pesan Perjuangan dari Pahlawan Nasional Nyi Ageng Serang
Nyi Ageng Serang berjulukan orisinil Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi (Serang, Purwodadi, Jawa Tengah, 1752 - Yogyakarta, 1828) merupakan seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia merupakan anak Pangeran Natapraja yang menguasai wilayah terpencil dari kerajaan Mataram tepatnya di Serang yang kini wilayah perbatasan Grobogan-Sragen. Setelah ayahnya wafat Nyi Ageng Serang mengambil alih kedudukan ayahnya. Nyi Ageng Serang merupakan salah satu keturunan Sunan Kalijaga, ia juga memiliki keturunan seorang Pahlawan nasional yakni Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara. Ia dimakamkan di Kalibawang, Kulon Progo. Ia satria nasional yang nyaris terlupakan,mungkin alasannya merupakan namanya tak sepopuler R.A. Kartini atau Cut Nyak Dhien namun ia sungguh berjasa bagi negeri ini.Warga Kulon Progo mengabadikan monumennya di tengah kota Wates berupa patungnya yang sedang menaiki kuda dengan gagah berani menenteng tombak.
Pesan Perjuangan Nyi Ageng Serang : “ Untuk keselamatan dan kesentausaan jiwa, kita mesti mendekatkan diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa, orang yang mendekatkan diri terhadap Tuhan tidak akan terperosok hidupnya, dan tidak akan takut menghadapi ujian hidup, alasannya merupakan Tuhan akan senantiasa menuntun dan melimpahkan anugerah yang tidak terhitung nilainya harganya “.
( Disampaikan pada dikala Nyi Ageng Serang menyimak ganjalan keprihatinan para pengikut / rakyat, jawaban perlakuan kaum penjajah ).
2. Pesan Pahlawan Nasional Jenderal Sudirman
Jenderal Besar Raden Soedirman (EYD: Sudirman; lahir 24 Januari 1916 – meninggal 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun merupakan seorang perwira tinggi Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Menjadi panglima besar Tentara Nasional Indonesia pertama, ia secara luas terus dihormati di Indonesia. Terlahir dari pasangan rakyat biasa di Purbalingga, Hindia Belanda, Soedirman diadopsi oleh pamannya yang seorang priyayi. Setelah keluarganya pindah ke Cilacap pada tahun 1916, Soedirman berkembang menjadi seorang siswa rajin; ia sungguh aktif dalam aktivitas ekstrakurikuler, tergolong mengikuti aktivitas kepanduan yang dilakukan oleh organisasi Islam Muhammadiyah. Saat di sekolah menengah, Soedirman mulai memamerkan kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi, dan dihormati oleh penduduk alasannya merupakan ketaatannya pada Islam. Setelah berhenti kuliah keguruan, pada 1936 ia mulai melakukan pekerjaan selaku seorang guru, dan kemudian menjadi kepala sekolah, di sekolah dasar Muhammadiyah; ia juga aktif dalam aktivitas Muhammadiyah yang lain dan menjadi pemimpin Kelompok Pemuda Muhammadiyah pada tahun 1937. Setelah Jepang menduduki Hindia Belanda pada 1942, Soedirman tetap mengajar. Pada tahun 1944, ia bergabung dengan serdadu Pembela Tanah Air (PETA) yang disponsori Jepang, menjabat selaku komandan batalion di Banyumas.Baca selengkapnya di https://id.wikipedia.org/wiki/Soedirman
Pesan Perjuangan dari jenderal Sudirman : “ Tempat saya yang terbaik merupakan ditengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan perjuangan. Met of zonder Pemerintah Tentara Nasional Indonesia akan berjuang terus”.
( Disampaikan pada jam-jam terakhir sebelum jatuhnya Yogyakarta dan
Jenderal Sudirman dalam kondisi sakit, di saat menjawab pernyataan
Presiden yang menasihatinya agar tetap tinggal di kota untuk dirawat
sakitnya ).
3. Pesan Pahlawan Nasional Prof. DR. R. Soeharso
Prof. Dr. Suharso (lahir di Ampel, Boyolali, Jawa Tengah, 13 Mei 1912 - meninggal di Solo, Jawa Tengah, 27 Februari 1971 pada umur 58 tahun) merupakan dokter luar biasa bedah, satria nasional Indonesia, dan pendiri Pusat Rehabilitasi Profesor Dokter Suharso yang merupakan wilayah merawat penderita cacat jasmani.
Pesan usaha dari Prof. Dr. Suharso : “ Right or Wrong my country, lebih-lebih kalau kita tahu, negara kita dalam kondisi bobrok, maka justru dikala itu pula kita wajib memperbaikinya “.
( Pernyataannya selaku seorang nasionalis dan patriot ).
4. Pesan Perjuangan Prof. Moh. Yamin, SH
Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H. (lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus 1903 – meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun) merupakan sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan luar biasa aturan yang sudah dihormati selaku satria nasional Indonesia. Ia merupakan salah satu perintis puisi terbaru Indonesia dan pencetus Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang mensugesti sejarah persatuan Indonesia
Pesan usaha dari Prof. Mohammad Yamin : “ Cita-cita persatuan Indonesia itu bukan omong kosong, tetapi sungguh-sungguh disokong oleh kekuatan-kekuatan yang timbul pada akar sejarah bangsa kita sendiri “.
( Disampaikan pada konggres II di Jakarta tanggal 27-28 Oktober 1928 yang
didatangi oleh aneka macam asosiasi cowok dan pelajar, dimana ia menjabat
selaku sekretaris ).
5. Pesan Perjuangan dari Supriyadi
Soeprijadi/Supriyadi (lahir di Trenggalek, Jawa Timur, 13 April 1923 - tidak diketahui) merupakan satria nasional Indonesia dan pemimpin pemberontakan pasukan Pembela Tanah Air (PETA) terhadap pasukan pendudukan Jepang di Blitar pada Februari 1945. Ia ditunjuk selaku Menteri Keamanan Rakyat dalam Kabinet Presidensial, tetapi digantikan oleh Imam Muhammad Suliyoadikusumo pada 20 Oktober 1945 alasannya merupakan Supriyadi tidak pernah muncul. Bagaimana dan di mana Supriyadi wafat, masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. ( https://id.wikipedia.org/wiki/Soeprijadi )
Pesan Perjuangan dari Supriyadi : “ Kita yang berjuang jangan sekali-kali menginginkan pangkat, kedudukan ataupun honor yang tinggi“.
( Disampaikan pada dikala Supriyadi memimpin konferensi diam-diam yang didatangi beberapa anggota Peta untuk melakukan pemberontakan melawan pemerintah Jepang ).
6. Pesan Perjuangan dari Teuku Nyak Arif
Teuku Nyak Arif merupakan Pahlawan Nasional Indonesia. Ia juga merupakan Residen/gubernur Aceh yang pertama periode 1945–1946. Pada masa usaha kemerdekaan Indonesia, dikala Volksraad (parlemen) dibentuk, Teuku Nyak Arif terpilih selaku wakil pertama dari Aceh. Teuku Nyak Arief dilahirkan di Ulèë Lheue, Kutaraja (sekarang Banda Aceh) pada tanggal 17 Juli 1899. Ayahnya merupakan seorang Ulèë Balang berjulukan Teuku Nyak Banta, ibunya berjulukan Cut Nyak Rayeuk. Kedudukan Teuku Nyak Banta merupakan selaku Panglima Sagi 26 Mukim wilayah Aceh Besar.
Dalam kondisi sakit Teuku Nyak Arief masih mempertimbangkan tawanan yang lain dan kondisi rakyat Aceh pada umumnya. T. Nyak Arif meninggal pada tanggal 4 Mei 1946 di Takengon. Ia sempat berpesan terhadap keluarganya: "Jangan meletakkan dendam, alasannya merupakan kepentingan rakyat mesti ditaruh di atas segala-galanya". Jenazahnya dibawa ke Kutaraja dan dikebumikan di tanah pemakaman keluarga di Lamreung, dua kilometer dari Lamnyong. ( https://id.wikipedia.org/wiki/Teuku_Nyak_Arif )
Selain pesan tersebut, Teuku Nyak Arif juga menyodorkan pesan usaha yang disampaikan pada pidato bulan Maret 1945, dimana Teuku Nyak Arifmenjadi Wakil Ketua dewan perwakilan rakyat seluruh Sumatera, yang isi pesannya : “ Indonesia merdeka mesti menjadi tujuan hidup kita bareng “
7. Pesan Perjuangan dari Abdul Muis
Abdoel Moeis (bahasa Arab: عبد المعز 'Abd Al-Mu'iz) (lahir di Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat, 3 Juli 1883 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun) merupakan seorang sastrawan, politikus, dan wartawan Indonesia. Dia merupakan pengelola besar Sarekat Islam dan pernah menjadi anggota Volksraad mewakili organisasi tersebut. Abdul Muis dikukuhkan selaku Pahlawan Nasional yang pertama oleh Presiden RI, Soekarno, pada 30 Agustus 1959. ( https://id.wikipedia.org/wiki/Abdoel_Moeis )
Pesan Perjuangan dari Abdul Muis : “ Jika orang lain bisa, saya juga bisa, mengapa pemuda-pemuda kita tidak bisa, apabila memang mau berjuang “.
( Menceritakan pengalamannya di mancanegara terhadap para pemuda
di Sulawesi, di saat Abdul Muis melakukan kunjungan ke Sulawesi sebagai
anggota Volksraad dan selaku wakil SI ).
8. Pesan Pahlawan Nasional Pangeran Sambernyowo / KGPAA Mankunegoro I
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I alias Pangeran Sambernyawa alias Raden Mas Said (lahir di Kraton Kartasura, 7 April 1725 – meninggal di Surakarta, 28 Desember 1795 pada umur 70 tahun) merupakan pendiri Praja Mangkunegaran, suatu kadipaten agung di wilayah Jawa Tengah bab timur, dan Pahlawan Nasional Indonesia. Ayahnya berjulukan Pangeran Arya Mangkunegara Kartasura dan ibunya berjulukan R.A. Wulan.
Julukan Pangeran Sambernyawa diberikan oleh Nicolaas Hartingh, gubernur VOC, alasannya merupakan di dalam pertempuran RM. Said senantiasa menenteng final hidup bagi musuh-musuhnya.
Ia menikah dengan seorang perempuan petani berjulukan Rubiyah, yang terkenal dengan julukannya "Matah Ati"
Pesan Perjuangan dari Pangeran Sambernyowo / KGPAA Mankunegoro I :
9. Pesan Pahlawan Nasional Pattimura
“Pattimura-pattimura bau tanah boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-pattimura
muda akan bangkit”
( Disampaikan pada dikala akan digantung di Kota Ambon tanggal 16 Desember 1817 ).
10. Pesan Pahlawan Nasional Silas Papare
“Jangan sanjung aku, tetapi teruskanlah perjuanganku”
( Disampaikan pada dikala memperjuangkan Irian Barat / Papua biar terlepas dari belenggu kolonialisme Belanda dan kembali bergabung dengan NKRI).
11. Pesan Perjuangan dari Bung Tomo
“Jangan memperbanyak lawan, tetapi perbanyaklah kawan”.
(Pidato Bung Tomo lewat Radio Pemberontakan)
“Selama banteng-banteng Indonesia masih memiliki darah merah yang sanggup membikin secarik kain putih merah dan putih maka selama itu kita tidak akan mau mengalah terhadap siapapun juga.”
(Pidato Bung Tomo di radio pada dikala pertempuran menghadapi Inggris di Surabaya bulan November 1945)
12. Gubenur Suryo
“Berulang-ulang sudah kita katakan, bahwa perilaku kita merupakan lebih baik hancur ketimbang dijajah kembali”
(Pidato Gubernur Suryo di radio menjelang pertempuran 10 November 1945
di Surabaya)
13. Soekarno
“Berikan saya 1000 orang tua, pasti akan kucabut Semeru dari akarnya. Dan berikan saya 10 pemuda, pasti akan kuguncangkan dunia.”
“Bangsa yang besar merupakan bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.”
(Pidato Hari Pahlawan 10 November 1961)
“Bangsa yang bimbang terhadap kekuatan dirinya selaku suatu bangsa, tidak sanggup berdiri selaku suatu bangsa yang merdeka”
(Pidato HUT Proklamasi 1963)
14. Moh. Hatta
“Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dipahami namanya, tetapi semata-mata untuk membela cita-cita”
“Jatuh bangunnya negara ini, sungguh tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin
pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan
gambar seuntaian pulau di peta. Jangan menginginkan bangsa lain respek
terhadap bangsa ini, apabila kita sendiri gemar mengelabui sesama saudara
sebangsa, menghancurkan dan mencuri kekayaan Ibu Pertiwi.”
15. R.A. Kartini
“Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! 2 patah kata yang ringkas itu sudah berulang kali mendukung dan menenteng saya melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata “Aku tidak dapat!” melenyapkan rasa berani. Kalimat “Aku mau!” menghasilkan kita mudah mendaki puncak gunung”.
16. Pesan Perjuangan dari Ki Hajar Dewantara
"Ing Ngarso Sung Tulodo (Di depan memberi contoh), Ing Madyo Mangun Karso (Di tengah memberi semangat), dan Tut Wuri Handayani (Di belakang memberi dorongan)"
(Semboyan yang diajarkan dikala Ki Hajar Dewantara merintis Taman Siswa yang diresmikan pada tahun 1922 dan hingga kini masih dipakai dalam dunia pendidikan).
Demikian tentang Pesan Perjuangan dari 16 Pahlawan Nasional. Semoga bermanfaat
1. Pesan Perjuangan dari Pahlawan Nasional Nyi Ageng Serang
Nyi Ageng Serang berjulukan orisinil Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi (Serang, Purwodadi, Jawa Tengah, 1752 - Yogyakarta, 1828) merupakan seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia merupakan anak Pangeran Natapraja yang menguasai wilayah terpencil dari kerajaan Mataram tepatnya di Serang yang kini wilayah perbatasan Grobogan-Sragen. Setelah ayahnya wafat Nyi Ageng Serang mengambil alih kedudukan ayahnya. Nyi Ageng Serang merupakan salah satu keturunan Sunan Kalijaga, ia juga memiliki keturunan seorang Pahlawan nasional yakni Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara. Ia dimakamkan di Kalibawang, Kulon Progo. Ia satria nasional yang nyaris terlupakan,mungkin alasannya merupakan namanya tak sepopuler R.A. Kartini atau Cut Nyak Dhien namun ia sungguh berjasa bagi negeri ini.Warga Kulon Progo mengabadikan monumennya di tengah kota Wates berupa patungnya yang sedang menaiki kuda dengan gagah berani menenteng tombak.
Pesan Perjuangan Nyi Ageng Serang : “ Untuk keselamatan dan kesentausaan jiwa, kita mesti mendekatkan diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa, orang yang mendekatkan diri terhadap Tuhan tidak akan terperosok hidupnya, dan tidak akan takut menghadapi ujian hidup, alasannya merupakan Tuhan akan senantiasa menuntun dan melimpahkan anugerah yang tidak terhitung nilainya harganya “.
( Disampaikan pada dikala Nyi Ageng Serang menyimak ganjalan keprihatinan para pengikut / rakyat, jawaban perlakuan kaum penjajah ).
2. Pesan Pahlawan Nasional Jenderal Sudirman
Jenderal Sudirman
Pesan Perjuangan dari jenderal Sudirman : “ Tempat saya yang terbaik merupakan ditengah-tengah anak buah. Saya akan meneruskan perjuangan. Met of zonder Pemerintah Tentara Nasional Indonesia akan berjuang terus”.
( Disampaikan pada jam-jam terakhir sebelum jatuhnya Yogyakarta dan
Jenderal Sudirman dalam kondisi sakit, di saat menjawab pernyataan
Presiden yang menasihatinya agar tetap tinggal di kota untuk dirawat
sakitnya ).
3. Pesan Pahlawan Nasional Prof. DR. R. Soeharso
Prof. Dr. Suharso (lahir di Ampel, Boyolali, Jawa Tengah, 13 Mei 1912 - meninggal di Solo, Jawa Tengah, 27 Februari 1971 pada umur 58 tahun) merupakan dokter luar biasa bedah, satria nasional Indonesia, dan pendiri Pusat Rehabilitasi Profesor Dokter Suharso yang merupakan wilayah merawat penderita cacat jasmani.
Pesan usaha dari Prof. Dr. Suharso : “ Right or Wrong my country, lebih-lebih kalau kita tahu, negara kita dalam kondisi bobrok, maka justru dikala itu pula kita wajib memperbaikinya “.
( Pernyataannya selaku seorang nasionalis dan patriot ).
4. Pesan Perjuangan Prof. Moh. Yamin, SH
Prof. Mr. Mohammad Yamin, S.H. (lahir di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat, 24 Agustus 1903 – meninggal di Jakarta, 17 Oktober 1962 pada umur 59 tahun) merupakan sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan luar biasa aturan yang sudah dihormati selaku satria nasional Indonesia. Ia merupakan salah satu perintis puisi terbaru Indonesia dan pencetus Sumpah Pemuda sekaligus "pencipta imaji keindonesiaan" yang mensugesti sejarah persatuan Indonesia
Pesan usaha dari Prof. Mohammad Yamin : “ Cita-cita persatuan Indonesia itu bukan omong kosong, tetapi sungguh-sungguh disokong oleh kekuatan-kekuatan yang timbul pada akar sejarah bangsa kita sendiri “.
( Disampaikan pada konggres II di Jakarta tanggal 27-28 Oktober 1928 yang
didatangi oleh aneka macam asosiasi cowok dan pelajar, dimana ia menjabat
selaku sekretaris ).
5. Pesan Perjuangan dari Supriyadi
Soeprijadi/Supriyadi (lahir di Trenggalek, Jawa Timur, 13 April 1923 - tidak diketahui) merupakan satria nasional Indonesia dan pemimpin pemberontakan pasukan Pembela Tanah Air (PETA) terhadap pasukan pendudukan Jepang di Blitar pada Februari 1945. Ia ditunjuk selaku Menteri Keamanan Rakyat dalam Kabinet Presidensial, tetapi digantikan oleh Imam Muhammad Suliyoadikusumo pada 20 Oktober 1945 alasannya merupakan Supriyadi tidak pernah muncul. Bagaimana dan di mana Supriyadi wafat, masih menjadi misteri yang belum terpecahkan. ( https://id.wikipedia.org/wiki/Soeprijadi )
Pesan Perjuangan dari Supriyadi : “ Kita yang berjuang jangan sekali-kali menginginkan pangkat, kedudukan ataupun honor yang tinggi“.
( Disampaikan pada dikala Supriyadi memimpin konferensi diam-diam yang didatangi beberapa anggota Peta untuk melakukan pemberontakan melawan pemerintah Jepang ).
6. Pesan Perjuangan dari Teuku Nyak Arif
Teuku Nyak Arif merupakan Pahlawan Nasional Indonesia. Ia juga merupakan Residen/gubernur Aceh yang pertama periode 1945–1946. Pada masa usaha kemerdekaan Indonesia, dikala Volksraad (parlemen) dibentuk, Teuku Nyak Arif terpilih selaku wakil pertama dari Aceh. Teuku Nyak Arief dilahirkan di Ulèë Lheue, Kutaraja (sekarang Banda Aceh) pada tanggal 17 Juli 1899. Ayahnya merupakan seorang Ulèë Balang berjulukan Teuku Nyak Banta, ibunya berjulukan Cut Nyak Rayeuk. Kedudukan Teuku Nyak Banta merupakan selaku Panglima Sagi 26 Mukim wilayah Aceh Besar.
Dalam kondisi sakit Teuku Nyak Arief masih mempertimbangkan tawanan yang lain dan kondisi rakyat Aceh pada umumnya. T. Nyak Arif meninggal pada tanggal 4 Mei 1946 di Takengon. Ia sempat berpesan terhadap keluarganya: "Jangan meletakkan dendam, alasannya merupakan kepentingan rakyat mesti ditaruh di atas segala-galanya". Jenazahnya dibawa ke Kutaraja dan dikebumikan di tanah pemakaman keluarga di Lamreung, dua kilometer dari Lamnyong. ( https://id.wikipedia.org/wiki/Teuku_Nyak_Arif )
Selain pesan tersebut, Teuku Nyak Arif juga menyodorkan pesan usaha yang disampaikan pada pidato bulan Maret 1945, dimana Teuku Nyak Arifmenjadi Wakil Ketua dewan perwakilan rakyat seluruh Sumatera, yang isi pesannya : “ Indonesia merdeka mesti menjadi tujuan hidup kita bareng “
7. Pesan Perjuangan dari Abdul Muis
Abdoel Moeis (bahasa Arab: عبد المعز 'Abd Al-Mu'iz) (lahir di Sungai Puar, Agam, Sumatera Barat, 3 Juli 1883 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 17 Juni 1959 pada umur 75 tahun) merupakan seorang sastrawan, politikus, dan wartawan Indonesia. Dia merupakan pengelola besar Sarekat Islam dan pernah menjadi anggota Volksraad mewakili organisasi tersebut. Abdul Muis dikukuhkan selaku Pahlawan Nasional yang pertama oleh Presiden RI, Soekarno, pada 30 Agustus 1959. ( https://id.wikipedia.org/wiki/Abdoel_Moeis )
Pesan Perjuangan dari Abdul Muis : “ Jika orang lain bisa, saya juga bisa, mengapa pemuda-pemuda kita tidak bisa, apabila memang mau berjuang “.
( Menceritakan pengalamannya di mancanegara terhadap para pemuda
di Sulawesi, di saat Abdul Muis melakukan kunjungan ke Sulawesi sebagai
anggota Volksraad dan selaku wakil SI ).
8. Pesan Pahlawan Nasional Pangeran Sambernyowo / KGPAA Mankunegoro I
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I alias Pangeran Sambernyawa alias Raden Mas Said (lahir di Kraton Kartasura, 7 April 1725 – meninggal di Surakarta, 28 Desember 1795 pada umur 70 tahun) merupakan pendiri Praja Mangkunegaran, suatu kadipaten agung di wilayah Jawa Tengah bab timur, dan Pahlawan Nasional Indonesia. Ayahnya berjulukan Pangeran Arya Mangkunegara Kartasura dan ibunya berjulukan R.A. Wulan.
Julukan Pangeran Sambernyawa diberikan oleh Nicolaas Hartingh, gubernur VOC, alasannya merupakan di dalam pertempuran RM. Said senantiasa menenteng final hidup bagi musuh-musuhnya.
Ia menikah dengan seorang perempuan petani berjulukan Rubiyah, yang terkenal dengan julukannya "Matah Ati"
Pesan Perjuangan dari Pangeran Sambernyowo / KGPAA Mankunegoro I :
- Rumongso melu handarbeni ( merasa ikut memiliki )
- Wajib melu hangrungkebi ( wajib ikut menjaga )
- Mulat sario hangroso wani ( mawas diri dan berani bertanggung jawab ).
9. Pesan Pahlawan Nasional Pattimura
“Pattimura-pattimura bau tanah boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-pattimura
muda akan bangkit”
( Disampaikan pada dikala akan digantung di Kota Ambon tanggal 16 Desember 1817 ).
10. Pesan Pahlawan Nasional Silas Papare
“Jangan sanjung aku, tetapi teruskanlah perjuanganku”
( Disampaikan pada dikala memperjuangkan Irian Barat / Papua biar terlepas dari belenggu kolonialisme Belanda dan kembali bergabung dengan NKRI).
11. Pesan Perjuangan dari Bung Tomo
“Jangan memperbanyak lawan, tetapi perbanyaklah kawan”.
(Pidato Bung Tomo lewat Radio Pemberontakan)
“Selama banteng-banteng Indonesia masih memiliki darah merah yang sanggup membikin secarik kain putih merah dan putih maka selama itu kita tidak akan mau mengalah terhadap siapapun juga.”
(Pidato Bung Tomo di radio pada dikala pertempuran menghadapi Inggris di Surabaya bulan November 1945)
12. Gubenur Suryo
“Berulang-ulang sudah kita katakan, bahwa perilaku kita merupakan lebih baik hancur ketimbang dijajah kembali”
(Pidato Gubernur Suryo di radio menjelang pertempuran 10 November 1945
di Surabaya)
13. Soekarno
“Berikan saya 1000 orang tua, pasti akan kucabut Semeru dari akarnya. Dan berikan saya 10 pemuda, pasti akan kuguncangkan dunia.”
“Bangsa yang besar merupakan bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.”
(Pidato Hari Pahlawan 10 November 1961)
“Bangsa yang bimbang terhadap kekuatan dirinya selaku suatu bangsa, tidak sanggup berdiri selaku suatu bangsa yang merdeka”
(Pidato HUT Proklamasi 1963)
14. Moh. Hatta
“Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dipahami namanya, tetapi semata-mata untuk membela cita-cita”
“Jatuh bangunnya negara ini, sungguh tergantung dari bangsa ini sendiri. Makin
pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan
gambar seuntaian pulau di peta. Jangan menginginkan bangsa lain respek
terhadap bangsa ini, apabila kita sendiri gemar mengelabui sesama saudara
sebangsa, menghancurkan dan mencuri kekayaan Ibu Pertiwi.”
15. R.A. Kartini
“Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! 2 patah kata yang ringkas itu sudah berulang kali mendukung dan menenteng saya melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata “Aku tidak dapat!” melenyapkan rasa berani. Kalimat “Aku mau!” menghasilkan kita mudah mendaki puncak gunung”.
16. Pesan Perjuangan dari Ki Hajar Dewantara
"Ing Ngarso Sung Tulodo (Di depan memberi contoh), Ing Madyo Mangun Karso (Di tengah memberi semangat), dan Tut Wuri Handayani (Di belakang memberi dorongan)"
(Semboyan yang diajarkan dikala Ki Hajar Dewantara merintis Taman Siswa yang diresmikan pada tahun 1922 dan hingga kini masih dipakai dalam dunia pendidikan).
Demikian tentang Pesan Perjuangan dari 16 Pahlawan Nasional. Semoga bermanfaat
0 Komentar untuk "Pesan-Pesan Perjuangan/Kata Mutiara Dari Para Hero Nasional"