IDN –Bagi seorang guru, usang atau baru, hari pertama mengajar biasanya mendatangkan aneka rasa. Ya tegang, antusias, atau harap-harap cemas. Bagaimanapun, kita akan “berkarier solo” di kelas, mengendalikan para murid. Tak ada sobat satu geng, orang tua, pasangan, guru pendamping, atau mungkin fans, jikalau punya.
Banyak orang bilang, pertemuan pertama itu akan memilih kesan selanjutnya. Tak heran persiapan kita untuk hari perdana itu musti pol-polan. Namun kalau terlalu tertekan, enggak baik juga. Kita bisa grogi dan stress sendiri.
Penampilan luar diri sendiri, checked. Silabus atau RPP, checked. Buku atau materi ajar, checked. Alat mengajar, checked. Hampir yang kita persiapkan sudah dicek dan siap. Tapi perasaan khawatir atau deg-degan itu masih menyisa. Parahnya lagi, emang ada pilihan lain selain menghadapinya?
Karena itu, kita diskusikan ya, apa saja yang baiknya diperhatikan. Tips atau saran ini bisa berlaku bagi guru baru, guru PPL, atau mungkin guru usang yang menghadapi murid-murid baru. Jom!
#1. Menguasai Materi yang Akan Disampaikan
Keyakinan diri bisa rontok manakala kita blank perihal apa yang hendak diajarkan pada anak-anak. Apalagi untuk hari perdana, yang memang memilih kesan kita selanjutnya. Untuk itu, tak ada salahnya untuk mempelajari ulang hingga benar-benar mantap.
#2. Mempersiapkan Skema Mengajar
Selain poin pertama, tak lupa, kita juga mesti meyakinkan segala materi ajarnya siap. Kita bisa cek apa yang hendak dipotokopi, alat apa yang hendak dibawa, atau media apa yang hendak dipakai. Kalau bisa, hilangkan kebiasaan untuk melaksanakan persiapan di menit-menit akhir.
#3. Datang Lebih Awal
Bisa kita bayangkan kalau tiba terlambat, terus pribadi menghadap kelas yang memang sudah siap. Seketika itu, kita bisa jadi umpan empuk bagi sorot mata para siswa. Alangkah baiknya untuk tiba lebih dini. Kita bisa observasi ruangan, mempersiapkan aktivitas belajar-mengajar kelak, atau mulai melihat-lihat siswa demi siswa yang mulai berdatangan.
#4. “Setor Muka” Pada Rekan Kerja
Rasanya bukan kewajiban jikalau kita pribadi hapal nama, ho hp, atau alamat semua rekan kerja yang ada. Namun disarankan untuk menciptakan keberadaan kita disadari mereka, termasuk juga penjaga sekolah, satpam, ibu kantin, dsb. Beda lagi jikalau rekan kerja tersebut akan menjadi “teman dekat” selama bekerja. Pendekatan kita bisa lebih intens.
#5. Membuat Diri Kita Akrab dengan Sekolah atau Tempat Mengajar
Jika kita ajaib di suatu daerah atau bangunan, tentu ada keraguan tersendiri saat melangkah. Beda lagi kalau sudah kenal dengan daerah tersebut, kemantapan atau rasa percaya diri akan menjalar sendiri. Karenanya kita bisa ingat-ingat di mana lokasi kamar kecil, kantin, perpustakaan, dsb.
guru, guru baru, guru pemula, pertama kali mengajar, mengenal lingkungan sekolah, mengenal bangunan sekolah baru, percaya diri, berjalan percaya diri, wanita berjalan sendirian, wanita berjalan percaya diri
#6. Ketahui Kebijakan Sekolah yang Berlaku
Masing-masing sekolah tentu mempunyai mekanisme atau kebijakan tersendiri. Jika ingin “aman” dan masuk dalam rangkulan lingkungannya, kita tentu musti mempelajari dan mematuhinya. Misalnya terkait seragam yang dipakai, cara izin jikalau tidak masuk, pembagian durasi mengajarnya, sistem hukumnya, dsb.
#7. Sapa Para Siswa dan Usahakan untuk Menghapal Namanya
Seperti biasa, kita sapa dan berikan senyuman pada para siswa. Usahakan untuk tidak terlalu menampangkan rasa khawatir, “membocorkan” identitas diri sebagai guru fresh yang belum berpengalaman, atau terlihat menyerupai sedang mengingat-ingat langkah apa selanjutnya yang akan dilakukan. Kita pun bisa mulai mengenal mereka. Satu per satu. Kalau bisa kita ingat-ingat namanya. Ketika menjadi siswa pun, hati akan bahagia dan hangat bila guru bisa mengingat dan memanggil nama kita. Iya, ‘kan?
#8. Mulai Belajar
Basa-basi di hari perdana memang diharapkan juga. Tapi kita musti meyakinkan kalau siswa mengambil “oleh-oleh” dari kita, dan dalam hal ini tentunya berupa materi. Soal materi atau metodenya, tentu tergantung aneka macam faktor, salah-satunya tingkatan siswa itu sendiri.
#9. Sosialisasikan Aturan Belajar dengan Kita
Semasa sekolah, kita menghadapi aneka macam guru dengan bermacam-macam aturan yang mereka terapkan. Agar tak salah paham di kemudian hari, kita pun bisa segera mensosialisasikan bagaimana mekanisme pembelajarannya. Apakah wajib membeli buku pegangan? Apakah cara belajarnya akan menggunakan sistem presentasi? Apakah yang tidak mengerjakan PR akan dihukum? Bagaimanakah sistem evaluasi kita? Dsb.
#10. Pertahankan Interaksi atau Komunikasi
Kecanggungan mungkin akan memeluk kita dan para siswa saat suasana tiba-tiba hening. Jika lama-lama, situasi tersebut tak hanya membosankan, namun juga mengusir kenyamanan. Padahal kita akan berangsur-angsur menikmati kebersamaan dengan mereka bila interaksi itu terus terjalin. Kita bisa berjalan di sekitaran mereka, mengomentari pekerjaannya, siap sedia jikalau ada pertanyaan, dsb. Siswa juga akan melihat kita sebagai sosok yang gampang dan menyenangkan untuk didekati.guru dan murid, interaksi guru dan murid, komunikasi guru dan murid, korelasi guru dan murid, kedekatan guru dan murid
#11. Buka-bukaan
Guru juga insan biasa, dan tentu pernah menjadi siswa serta melaksanakan kesalahan juga. Kita bisa share pengalaman tersebut. Kita juga bisa menjawab rasa ingin tahu mereka tatkala ada yang bertanya. Misal perihal alamat, sekolah terdahulu, hobi, dsb. Jika mulai masuk area privat dan kita kurang nyaman, lebih baik terbuka saja, dan bilang kalau tidak semua yang bersifat pribadi itu musti dibagikan.
#12. Membocorkan Prestasi, Skill, atau Pengalaman
Suatu penghargaan atau kemampuan tertentu menciptakan dapat dipercaya kita teruji. Bukan bermaksud untuk menyombongkan diri, namun siswa patut tahu kita itu sekolah di mana dan mengambil jurusan apa. Kita juga bisa membagikan pengalaman lain menyerupai pernah juara apa, kerja di mana, melaksanakan penelitian apa, menulis buku apa, berprestasi di bidang apa, bisa menciptakan apa, andal dalam hal apa, dsb. Tak wajib, tapi hal ini akan memberi rasa percaya diri serta siswa pun merasa “lega” lantaran mereka ditangani oleh guru yang sesuai. Aamiin…
#13. Beri Gambaran akan Suasana Kelas “Ala Kita”
Kita bisa flashback dulu saat menjadi siswa. Guru A terkesan serius, guru B menegangkan, guru C santai, guru D penuh tawa, dsb. Sekarang kita sendiri bisa memilih dan memperlihatkan gambaran, kira-kira suasana KBM akan menyerupai apa. Dengan demikian, siswa akan menyesuaikan diri.
#14. Menata Meja atau Ruangan Kerja
Biasanya, ruangan kantor itu terbuka dan berisi meja-meja guru. Jarang ada sekolah yang benar-benar menyediakan satu ruangan khusus untuk seorang guru, ya. Nah jikalau mereka memang menyediakan meja khusus, kita bisa pribadi menatanya. Misalnya dengan mengatur letak buku absen, buku materi, silabus, dsb. Namun kita juga musti mengonfirmasi dulu, apa mejanya “barengan” dengan guru lain atau tidak.
#15. Minimal Seminggu Awal, Semua Sudah Terencana
Untuk hasil yang lebih meyakinkan, persiapan manis kadang lebih mantap daripada spontanitas. Lebih lagi posisi kita masih baru, belum tahu apa-apa soal keadaan sekolah. Sebisa mungkin untuk satu mingguan, kita “patuh” pada susunan yang sudah dirancang sebelumnya. Jika sudah erat dan tak canggung, improvisasi akan terbentuk sendiri.
Pada dasarnya, guru ialah salah-satu profesi yang mulia. Banyak ladang amal yang bisa tercipta. Seyogyanya kita melibatkan hati nurani saat menjalankan semuanya. Orang bilang, apa yang lahir dari hati akan hingga ke hati pula. Insya Allah.
Demikian gosip dan informasi terkini yang sanggup kami sampaikan. Silahkan like fanspage dan tetap kunjungi situs kami di IDN, Kami senantiasa memperlihatkan gosip dan informasi terupdate dan teraktual yang dilansir dari aneka macam sumber terpercaya. Terima Kasih atas kunjungan anda supaya informasi yang kami sampaikan ini bermanfaat.
0 Komentar untuk "Guru Gres Atau Guru Senior, Perhatikan 15 Teknik Menyentuh Hati Siswa Pada Pertemuan Pertama"