Media Pembelajaran

A. Pengertian Media Pembelajaran

AECT (Association of Education and Communication Technology) pada tahun 1977 telah memberi batasan ihwal media sebagai segala bentuk dan kanal yang digunakan untuk memberikan pesan atau informasi. Sejalan dengan pendapat di atas, Arsyad (2011:4) menyatakan bahwa media yaitu alat untuk memberikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Menurut Brigss sebagaimana dikutip Nuryani (2005:114) media pembelajaran merupakan peralatan fisik untuk memperlihatkan atau memberikan isi pembelajaran. Sedangkan berdasarkan Hamalik (1994:12), media pembelajaran merupakan alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Berdasarkan pendapat di atas, ada dua komponen yang terdapat dalam media pembelajaran, yakni 1) komponen isi atau pesan atau komponen materi pembelajaran, dan 2) komponen alat yang digunakan untuk mengantarkan isi atau pesan. Komponen pertama sering disebut dengan software atau perangkat lunak, sedangkan komponen kedua dinamakan hardware atau perangkat keras.

Sejalan dengan pendapat di atas Aqib (2010:58) menyatakan bahwa media pembelajaran sebagai “segala sesuatu yang sanggup digunakan untuk menyalurkan pesan (massage), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga sanggup mendorong proses belajar”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, sanggup disimpulkan bahwa media pembelajaran yaitu alat, metode dan teknik yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran. Hal ini berarti media pembelajaran merupakan sumber belajar. Sebagai sumber mencar ilmu media sanggup diartikan dengan manusia, benda atau pun insiden yang membuat kondisi siswa untuk lebih memungkinkan memperoleh pengetahuan keterampilan maupun sikap.


B.  Jenis-jenis Media Pembelajaran

Pada mulanya media hanya berupa alat bantu mengajar yang hanya digunakan di dalam kelas. Namun dalam perkembangannya, media tidak cukup hanya digunakan di dalam kelas saja, akan tetapi dimungkinkan juga penggunaannya di luar kelas.

Pada tahun 1964, Edgar Dale membuatkan “kerucut pengalaman”. Kerucut pengalaman itu dimulai dari pebelajar sebagai partisipan dalam pengalaman sesungguhnya, menuju pebelajar sebagai pengamat atas suatu insiden tak eksklusif (melalui beberapa medium), dan hasilnya pebelajar itu mengamati simbul-simbul yang mewakili insiden itu (Nur, 2000).  Dale menyatakan bahwa pebelajar sanggup mengambil manfaat dari kegiatan yang lebih abstrak, asalkan mereka telah membangun sejumlah pengalaman lebih konkrit untuk memaknai penyajian realitas yang lebih ajaib tersebut. Gambar 4-4 memperlihatkan kerucut pengalaman Dale tersebut, disertai rumusan Bruner di sampingnya.

Gambar         : Kerucut pengalaman Dale dan keterkaitannya dengan inspirasi Bruner (Sumber: Bahan Workshop KTSP, Depdinas 2007)


Kerucut pengalaman tersebut memberikan citra bahwa proses pembelajaran dengan cara melaksanakan sendiri dan melihat (fokus pada keterlibatan siswa) lebih besar pengaruhnya dari pada proses mendengarkan. Agar kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada proses keterlibatan siswa maka ketersediaaan media pembelajaran mutlak diperlukan. Berdasarkan kerucut pengalaman tersebut, media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat vital bagi keberhasilan proses pembelajaran.

Seiring dengan kemajuan teknologi, maka perkembangan media pembelajaran begitu cepat. Selain mempunyai ciri-ciri  umum, masing-masing media pembelajaran mempunyai ciri-ciri, kelebihan dan kekurangan tersendiri. Ciri-ciri umum dari media pembelajaran berdasarkan Hamalik (1994:12), adalah:

  • Media pembelajaran identik dengan pengertian peragaan yang berasal dari kata “raga”, artinya suatu benda yang sanggup diraba, dilihat dan didengar dan yang sanggup diamati melalui panca indera.
  • Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang sanggup dilihat dan didengar.
  • Media pembelajaran digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran antara guru dan siswa.
  • Media pembelajaran yaitu semacam alat bantu mencar ilmu mengajar, baik di dalam maupun di luar kelas.
  • Media pembelajaran merupakan suatu “perantara” (medium, media) dan digunakan dalam rangka belajar.
  • Media pembelajaran mengandung aspek, sebagai alat dan sebagi teknik yang bersahabat pertaliannya dengan metode belajar.”

Dari ciri-ciri yang dikemukakan di atas, sanggup ditarik pengertian pokok ihwal media pembelajaran, yaitu:

  • Media pembelajaran identik dengan alat peraga.
  • Media pembelajaran merupakan suatu sarana untuk terciptanya suatu proses pembelajaran yang sanggup menunjang efektivitas keberhasilan mencar ilmu siswa.
  • Media pembelajaran tidak hanya digunakan dalam kelas saja, akan tetapi tidak menutup kemungkinan digunakan di luar kelas.

Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki setiap media, Rudi Bretz (Sadiman, 1993:20) membagi media dalam delapan klasifikasi, yakni:

  • Media audio visual gerak.
  • Media audio visual diam.
  • Media audio semi gerak.
  • Media visual gerak.
  • Media visual diam.
  • Media visual semi gerak.
  • Media audio.
  • Media cetak.
Media Pembelaran ini Bisa digunakan sebagai
media Audio Visul membisu maupun Gerak


Susilana (2009:209) yang mengelompokkan media berdasarkan bentuk penyajian dan cara penyajiannya membagi media dalam tujuh kelompok yaitu (a) media grafis, materi cetak, dan gambar diam; (b) media proyeksi diam; (c) media audio; (d) media audio visual; (e) media gambar hidup/film; (f) media televisi; (g) multi media.

Torso merupakan contoh Media Pembelajaran Berbentuk Model


Menurut Briggs (Sadiman, 1993:23), media pembelajaran terbagi dalam 13 macam, yaitu:

  • Objek.
  • Model.
  • Suara langsung.
  • Rekaman audio.
  • Media cetak.
  • Pembelajaran terprogram.
  • Papan tulis.
  • Media transparansi.
  • Film rangkai.
  • Film bingkai.
  • Film.
  • Televisi.
  • Gambar.
Gambar Burung Garuda bisa digunakan
sebagai Media Pembelajaran


Jenis media yang lebih lengkap dikemukakan Seels dan Glasgow (1990:181-183) yang membagi media dalam dua katagori luas yaitu media tradisional dan mutakhir. Yang termasuk media tradisional adalah:

  • Visual membisu yang diproyeksi
  • Visual yang tak diproyeksi
  • Audio
  • Penyajian multimedia
  • Visual dinamis yang diproyeksikan
  • Cetak
  • Permainan
  • Realia
Film Bisa Digunakan sebagai Media Pembelajaran Audio Visual


Adapun yang termasuk media teknologi mutakhir yaitu

  • Media berbasis telekomunikasi
  • Media berbasis microprosesor
  • Computer assited instructional
  • Permainan computer
  • Interaktif
  • Hypermedia
  • Compact (video) disk

Perkembangan pendidikan yang sangat pesat, besar lengan berkuasa pada perkembangan psikologi mencar ilmu dan sistem intruksional. Keadaan tersebut, mendorong dan berakibat juga pada kemajuan teknologi pembelajaran dan penambahan gres pada media pembelajaran. Pemikiran-pemikiran dan inovasi gres itu, terjadi antara lain dalam penggunaan multi media dan pusat sumber belajar. Kedua media ini, dianggap sebagai suatu kemajuan besar dan mempunyai peranan yang penting dalam bidang media pembelajaran, yang berfungsi untuk menunjang pelaksanaan sistem intruksional yang lebih efektif.

Hamalik (1994:188) mengelompokkan jenis media yang termasuk dalam katagori multi media, yakni:

  • Gambar
  • Slide
  • Film strip
  • Rekaman
  • Transparan
  • Video tape.

Adapun jenis media yang termasuk dalam katagori pusat sumber mencar ilmu berdasarkan Hamalik (1994:195), yakni suatu sistem atau perangkat materi yang sengaja disiapkan atau diciptakan dengan maksud memungkinkan atau memberi kesempatan siswa belajar. Sumber mencar ilmu merupakan semua sumber yang sanggup digunakan oleh siswa, baik secara sendiri-sendiri atau bahu-membahu dengan siswa lainnya untuk memudahkan belajar. Sedangkan yang dimaksud pusat sumber mencar ilmu yaitu suatu daerah yang disiapkan secara khusus dengan maksud penyimpanan dan penggunaan suatu kumpulan sumber-sumber, dalam bentuk tercetak dan tak tercetak. Belajar berdasarkan suatu sumber mengandung makna sistem mencar ilmu yang terpusat pada siswa, diindividualisasikan dan sangat berstruktur yang memakai sepenuhnya sumber-sumber yang bermakna, yakni benda dan manusia, dalam rangka menciptakan  situasi mencar ilmu yang efektif.

AECT sebagaimana dikutip oleh Rohani (1991:155-156), mengklasifikasikan media sebagai sumber mencar ilmu menjadi enam macam, yaitu:

  1. Message (pesan), yaitu informasi/ajaran yang diteruskan oleh komponen lain yang dalam bentuk gagasan, fakta, arti dan data. Termasuk dalam kelompok pesan yaitu semua bidang studi/mata kuliah atau materi pengajaran yang diajarkan kepada siswa, dan sebagainya.
  2. People (orang), yakni insan yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Termasuk kelompok ini contohnya guru/dosen, tutor siswa dan sebaginya.
  3. Materials (bahan), yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat perangkat keras atau pun oleh dirinya sendiri. Berbagai acara media termasuk media materials menyerupai transportasi, slide, film, audio, video, modul, majalah, buku dan sebagainya.
  4. Device (alat), yakni (suatu perangkat keras) yang digunakan untuk memberikan pesan yang tersimpan dalam bahan, contohnya OHP, slide, video, tape recorder, dan sebagainya.
  5. Technique (teknik), yaitu mekanisme atau teladan yang dipersiapkan untuk penggunaan bahan, peralatan, orang, lingkungan untuk memberikan pesan. Misalnya pengajaran terprogram/modul, simulasi, demonstrasi, tanya jawab, CBSA, dan sebagainya.
  6. Setting (lingkungan), yaitu situasi atau suasana sekitar di mana pesan disampaikan. Baik lingkungan fisik ruang kelas, gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, taman, lapangan, dan sebagainya. Juga lingkungan non fisik, contohnya suasana mencar ilmu itu sendiri, tenang, lelah, ramai dan sebagainya.

Media pembelajaran kalau dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, tidak hanya terbatas pada alat-alat audio visual saja yang sanggup dilihat dan sanggup didengar, melainkan juga hingga pada kondisi pribadi siswa dan tingkah laris guru.

Berdasarkan  hal  tersebut,  media  pembelajaran berdasarkan Hamalik (1994:36-37) sanggup diklasifikasikan sebagai berikut:

  • Bahan-bahan cetakan atau bacaan (supplementary materials), berupa materi bacaan seperti: buku, komik, koran, majalah, buletin, pamflet dan lain-lain. Bahan-bahan ini lebih mengutamakan kegiatan bacaan dan memakai simbol-simbol kata atau visual.
  • Alat-alat audio-visual, alat-alat yang tergolong ke dalam kategori ini, terdiri atas:
  • Media pembelajaran tanpa proyeksi, menyerupai papan tulis, papan tempel, papan flannel, bagan, diagram, grafik, poster, kartun, komik, gambar.
  • Media pembelajaran tiga dimensi, alat-alat yang tergolong kepada kategori ini terdiri model benda asli, benda tiruan, boneka, topeng, dan lainnya
  • Media pembelajaran yang memakai teknik atau mesin, alat-alat yang tergolong dalam kategori ini antara lain, slide, film, kaset rekaman, radio, televisi, laboratorium elektronik, ruang kelas otomatis, sistem interkomunikasi dan komputer.
  • Sumber-sumber masyarakat berupa objek-objek peninggalan sejarah, dokumentasi, bahan-bahan makalah dan sebagainya. Dari aneka macam bidang meliputi data kependudukan, sejarah, jenis kehidupan, mata pencaharian, industri, perbankan, perdagangan, pemerintah, kebudayaan, politik dan lain-lain. Untuk mempelajari hal tersebut, dibutuhkan aneka macam metode menyerupai karya wisata,  survei, berkemah, dedikasi sosial, praktek kerja faktual atau lapangan dan lain-lain.
  • Kumpulan benda-benda (materials collection), berupa benda atau barang-barang yang dibawa dari masyarakat ke sekolah untuk dipelajari seperti, potongan kaca, potongan sendok, daun, benih, bibit, materi kimia, dan lain-lain.
  • Contoh-contoh kelakuan yang dicontohkan oleh guru, meliputi semua contoh kelakuan yang dipertunjukkan oleh guru sewaktu mengajar, misalnya, dengan tangan, kaki, gerakan badan, mimik dan lain-lain. Peragaan yang tergolong dalam kategori ini tak mungkin disebutkan satu-satu, sebab sangat banyak macamnya dan sangat tergantung kepada kreasi dan inisiatif pribadi guru sendiri, tetapi pada pokoknya jenis media ini hanya sanggup dilihat, didengarkan, dan ditiru oleh siswa.
Agak berbeda dari beberapa pendapat di atas, Smaldino, Lowther, dan  Russel (2011:7) mengkatagorikan media dalam enam katagori dasar, yakni teks, audio, visual, video, perekayasa (manipulative), dan orang-orang. Teks merupakan abjad alfanumerik yang mungkin ditampilkan dalam format apapun, menyerupai buku, papan tulis, dan sebagainya. Audio meliputi apa saja yang bias didengar. Visual meliputi diagram pada sebuah poster, gambar, foto dan lainnya. Video merupakan media yang menampilkan gerakan, termasuk DVD, rekaman video, animasi komputer dan sebagainya. Perekayasa dimaksud sebagai benda tiga dimensi, bisa disentuh dan dipegang oleh siswa. Dan katagori terakhir yaitu orang, termasuk didalamnya guru, siswa atau para ahli.

C. Manfaat Media Pembelajaran
Arsyad (2011:15) menyatakan bahwa: “Fungsi utama media pembelajaran yaitu sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan mencar ilmu yang ditata dan diciptakan oleh guru”. Pernyataan di atas memberi penegasan bahwa media merupakan alat bantu bagi terciptanya kegiatan mencar ilmu dan pembelajaran.

Sudjana (2010:99-100), mengemukakan ada enam fungsi dari alat peraga dalam proses mencar ilmu mengajar, yaitu:

  • Penggunaan alat peraga dalam proses mencar ilmu mengajar bukan merupakan fungsi perhiasan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi mencar ilmu yang efektif.
  • Penggunaan alat peraga merupakan pecahan yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru.
  • Alat peraga dalam pembelajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pembelajaran. Fungsi ini mengandung pengertian  bahwa penggunaan alat peraga harus melihat kepada tujuan dan materi pelajaran/pembelajaran.
  • Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran bukan semata-mata sebagai alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses mencar ilmu supaya lebih menarik perhatian siswa.
  • Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran lebih diutamakan supaya siswa sanggup memahami materi pembelajaran yang diberikan oleh guru.
  • Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran lebih diutamakan untuk mempertinggi mutu mencar ilmu dan pembelajaran. Dengan perkataan lain melalui memakai alat peraga hasil mencar ilmu yang dicapai akan tahan usang diingat oleh siswa, sehingga pembelajaran mempunyai nilai yang tinggi

Levie dan Lentz (Arsyad, 2011:16) mengemukakan 4 Fungsi media pembelajaran, yakni a) fungsi atensi; b) fungsi afektif; c) fungsi kognitif; dan d) fungsi kompensatoris.

Fungsi atensi merupakan fungsi inti media yakni manarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada materi pembelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang disampaikan atau menyertai materi pembelajaran. Fungsi afektif berkaitan dengan perasaan bahagia yang dimiliki siswa dikala mengikuti kegiatan pembelajaran. Fungsi kognitif mengandung makna bahwa lambing visual atau gambar sanggup memperlancar pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar atau media pembelajaran. Sedangkan fungsi kompensatoris mengadung makna bahwa media berfungsi untuk mengakomodasikan atau membantu siswa yang lemah dan lambat mendapatkan atau memahami materi pembelajaran yang disajikan dengan teks (verbal).

Kemp dan Dayton (1985:3-4) mengemukakan beberapa hasil penelitian yang memperlihatkan dampak positif dari penggunaan media sebagai pecahan integral dalam kegiatan pembelajaran di kelas, yakni:

  • Penyampaian materi pembelajaran menjadi baku
  • Pembelajaran menjadi lebih interaktif
  • Lama waktu pembelajaran yang dibutuhkan sanggup dipersingkat namun hasil lebih maksimal
  • Kualitas hasil pembelajaran sanggup ditingkatkan
  • Pembelajaran sanggup diberikan kapan dan di mana saja
  • Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses pembelajaran sanggup ditingkatkan.
  • Peran guru sanggup berubah ke arah yang lebih positif.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa mediapembelajaran mempunyai fungsi yang sangat besar lengan berkuasa bagi pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, dalam penggunaan media, guru harus bisa memakai aneka macam jenis media semaksimal mungkin, termasuk juga melaksanakan percontohan di depan kelas sehingga siswa sanggup lebih gampang memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru tersebut.
                  
D Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Menurut Arsyad (2011:75) ada enam  kriteria yang harus diperhatikan guru dalam pemilihan media. Keenam kriteria tersebut adalah:

  • Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
  • Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi.
  • Praktis, luwes dan bertahan
  • Guru terampil menggunakannya
  • Pengelompokkan sasaran
  • Mutu teknis

Kriteria yang paling utama dari enam kriteria dalam pemilihan media yaitu kesesuaian pemilihan dan penggunaan media dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai, isi materi pembelajaran, dan guru harus terampil mengunakannya Sebagai contoh, apabila tujuan atau kompetensi siswa bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang sempurna untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih sempurna digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan siswa; ketersediaan; dan mutu teknis.

Warsita (2008:253) mengemukakan ada sembilan kriteria dalam pemilihan media pembelajaran, yakni:

  • Kesesuian media dengan tujuan atau kompetensi
  • Kesesuian media dengan jenis pengetahuan
  • Kesesuian media dengan sasaran
  • Ketersediaan atau kemudahan untuk memperolehnya
  • Biaya, penggunaan media dimaksud untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi pembelajaran
  • Kemampuan media, untuk mencar ilmu individual, kelompok kecil, kelompok besar atau massal.
  • Karakteristik media yang bersangkutan
  • Waktu, berapa usang waktu yang dibutuhkan untuk mengadakan atau membuat media yang akan kita pilih.
  • Mutu teknis.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Susilana (2009:204-205) yang mengartikan media dalam arti yang lebih luas yakni sebagai sumber mencar ilmu mengemukakan beberapa kriteria dalam pemilihan dan penggunaan media. Adapun yang menjadi kriteria dalam pemilihan media adalah:

  • Ketepatan dengan tujuan pembelajaran.
  • Dukungan terhadap isi materi pmbelajaran.
  • Kemudahan memperoleh sumber mencar ilmu atau media yang akan digunakan.
  • Keterampilan guru dalam menggunakannya.
  • Tersedia waktu untuk menggunakannya.
  • Sesuai dengan taraf berpikir siswa.

Adapun kriteria dalam penggunaan media mencakup:

  • Media atau sumber mencar ilmu yang digunakan sanggup meningkatkan kemampuan siswa.
  • Media atau sumber mencar ilmu yang digunakan cukup memadai dengan memanfaatkan sumber mencar ilmu secara efektif.
  • Isi dari media atau sumber mencar ilmu yang digunakan memenuhi syarat untuk menjelaskan materi yang akan disampaikan.
  • Media atau sumber mencar ilmu yang digunakan bisa menarik perhatian siswa.
  • Media atau sumber mencar ilmu yang digunakan bisa menjelaskan materi secara detail.
  • Media atau sumber mencar ilmu yang digunakan telah memuat seluruh informasi yang akan disampaikan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa setidaknya ada tujuah kriteria yang harus diperhatikan guru dalam penggunaan media pembelajaran, yaitu:

  • Media yang digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran
  • Media yang digunakan sesuai karakteristik materi pelajaran;
  • Media yang digunakan sesuai dengan keadaan siswa;
  • Kemampuan guru dalam memakai media;
  • Media yang digunakan  sanggup meningkatkan motivasi mencar ilmu siswa;
  • Media yang digunakan bervariasi dan inovatif;
  • Media yang digunakan hendaknya cukup dikenal audience (siswa) atau bersifat kontekstual.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Aqib, Zainal. 2010. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia.

Hamalik, Oemar.  1994. Media Pendidikan, Bandung: Citra Adtya Bakti.

Kemp. 1977. Intructional Design: a Plan for Unit and Curriculum Development.  New York: Technology Publ.

Kemp, J.E. & Dayton. D.K. 1985. Planning and Producing Instrutional Media (Fifth Edition).New York : Harper & Row. Publishers. .

Mappire, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa, Surabaya: Usaha Nasional.
Marimba,  Ahmad D. 1980.  Pengantar Filsaf at Pendidikan Islam. Bandung: PT. AlmaĆ­arif.

Nuryani. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.

Rohani, Ahmad. 1991.  Pengelolaan Pelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Sadiman, Arief S.  1993. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Seels, Barbara B. dan Glasgow. 1990. Exercises in Intructional Design. Columbus: Merril Publishing Company.

Seels, Barbara B. dan Rita C. Richey. 1994. Teknologi Pembelajaran, Definisi dan Kawasannya (Intructional Technology: The Definition and Domains of the Filed) Diterjemahkan oleh Dra. Dewi S. Prawiradilaga, dkk. Jakarta: UNJ

Smaldino, Sharon E.; Deborah L. Lowther; dan James D. Russell. 2011. Intructional Technology and Media For Learning (Teknologi Pembelajaran dan Media Untuk Belajar) Diterjemahkan oleh Arif Rahman. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Susilana, Rudi. 2009. “Sumber Belajar dalam Pendidikan”. Dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian II : Ilmu Pendidikan Praktis. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama (Halaman 197 – 220)

Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cpta

Related : Media Pembelajaran

0 Komentar untuk "Media Pembelajaran"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close