A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi baik secara eksklusif maupun tidak langsung. Secara eksklusif dengan melalui tatap muka dan secara tidak eksklusif yaitu dengan menggunakan aneka macam media. Pembelajaran intinya merupakan proses alasannya yaitu akibat. Guru yang mengajar, merupakan penyebab utama bagi terjadinya proses mencar ilmu siswa meskipun tidak setiap perbuatan mencar ilmu siswa merupakan jawaban guru mengajar. Oleh alasannya yaitu itu, guru sebagai Figure sentral, harus bisa memutuskan taktik / metoda pembelajaran yang sempurna sehingga sanggup mendorong terjadinya perbuatan mencar ilmu siswa yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Perkembangan zaman menuntut kualitas sumber daya insan ke arah yang lebih maju sesuai dan seiring dengan kemajuan teknologi. Untuk menguasai teknologi salah satunya mata pelajaran Matematika merupakan dasar yang harus banyak dikuasi oleh setiap siswa semenjak dini.
Berkaitan dengan hal tersebut di atas di SD perihal pembelajaran Matematika nampak permasalahan yang harus segera di antisipasi antara lain :
a) Rendahnya nilai mata pelajaran Matematika setiap mengadakan ulangan harian terutama pada konsep pengolahan data hasil pencapaiannya tidak lebih dari 40 % siswa yang mendapat nilai di atas 65, dengan demikian maka hal ini memperlihatkan 60 % siswa masih mengalami masalah, lantaran nilai tersebut masih di bawah standar rata-rata yaitu di bawah 65.
b) Lemahnya motivasi mencar ilmu siswa lantaran disebabkan oleh aneka macam faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Kekurangan motivasi mencar ilmu yang disebabkan faktor internal yaitu dengan tidak adanya rangsangan serta gairah dalam belajar. Karena siswa kurang memahami dari tujuan kebutuhan dalam kehidupannya sehingga sanggup menjadikan lemahnya untuk belajar. Sedangkan faktor eksternal lantaran kurangnya perhatian dari aneka macam pihak, baik pihak keluarga, masyarakat atau pemerintah.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 pada pasal 35 menyatakan ;
“Pelaksanaan pendidikan mustahil terselenggara dengan baik bilamana para tenaga kependidikan maupun para peserta didik dalam kegiatan mencar ilmu mengajar tidak di dukung sumber daya mencar ilmu yang di perlukan ”.
Tugas seorang guru bukanlah hanya sekedar memberikan pelajaran semata, akan tetapi juga seorang guru yang profesional di tuntut untuk mempunyai kemampuan supaya sanggup membuat suasana membelajarkan siswa yang aman dan menata ruang mencar ilmu yang presentatif.
Mengajar dengan sukses tidak hanya dilakukan satu cara atau pola tertentu yang di ikuti secara rintis, jikalau seorang guru mengajar matematika hanya menggunakan satu cara yang sama dari hari ke hari ( melatih hitung-hitungan ) siswa akan maju dengan cepat, akan tetapi hasilnya akan mengecewakan, tetapi bila seorang guru membelajarkan siswa dengan menggunakan aneka macam cara, atau menghubungkan melalui pengalaman terhadap diri siswa serta menghubungkan dengan kehidupannya sehari-hari maka hasilnya akan lain, hasilnya akan autentic serta tahan lama.
Tuntutan terhadap kreativitas dan inovasi, guru dalam membuat suasana mencar ilmu mengajar yang aman tidak lepas dari upaya membuat / mengaplikasikan tujuan Pendidikan Nasional.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 pasal 4 Bab II “ Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan menyebarkan insan Indonesia seutuhnya, yaitu insan yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, serta berbudi pekerti yang luhur, mempunyai pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap serta mandiri, dan merasa tanggung jawab kemasyarakat dan kebangsaan ”.
Dengan pernyataan di atas, peneliti berupaya untuk meningkatkan pembelajaran Matematika dengan menggunakan metoda demontrasi yang menekankan pada siswa untuk sanggup memahami konsep dasar Matematika yang sesuai dengan kebutuhan tuntutan.
Dari permasalahan yang ada di SD, peneliti dengan adanya kesempatan, kesediaan waktu, serta biaya, maka akan mencoba untuk memecahkan permasalahan tersebut di atas dengan melaksanakan penelitian yang mengacu pada Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ).
B. RUMUSAN MASALAH
a. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang duduk kasus pada penggalan pendahuluan di atas, maka rumusan duduk kasus ini yaitu sebagai berikut :
1) Apakah dengan melalui metoda demontrasi sanggup meningkatkan kegiatan pembelajaran siswa di kelas VI SD?
2) Apakah dengan melalui metoda demontrasi sanggup meningkatakan hasil pembelajaran siswa di kelas VI SD?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kegiatan mencar ilmu siswa, dalam konsep pembelajaran Matematika melalui metode demontrasi di kelas VI SD.
2. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran Matematika pada konsep menghitung data melalui metoda demontrasi di kelas VI SD.
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini akan memperlihatkan manfaat untuk perbaikan dan peningkatan proses hasil mencar ilmu terutama bagi perorangan atau institusi di bawah ini :
1. Bagi Siswa : Belajar Matematika dengan menggunakan Metode Demontrasi siswa akan tergugah semangat belajarnya sehingga menumbuhkan keberanian untuk mencoba sendiri, menemukan sendiri, menyimpulkan sendiri, melaksanakan suatu tindakan, bertanya, menjawab, menyebarkan ide-ide baru, kolaborasi yang baik antara siswa, sehingga kegiatan dan antusias mencar ilmu siswa lebih hidup dan meningkat.
2. Bagi Guru : Dapat meningkatkan dan menyebarkan wawasan, sikap ilmiah, kompetensi profesional guru dalam upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran matematika.
3. Bagi Kepala Sekolah : Menambah wawasan pengetahuan dalam pembelajaran Matematika melalui Metode Demontrasi dan sebagai materi untuk dijadikan pola dalam membuat kebijakan sekolah pada bidang mata pelajaran yang lain.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Pembelajaran
Menurut Arief Sadiman ( 1986 ) kata pembelajaran dan pengajaran sanggup dibedakan yakni :
“ Kata pengajaran hanya ada dalam konteks guru-murid di dalam kelas formal, sedangkan kata pembelajaran tidak hanya ada dalam konteks guru-murid di kelas formal akan tetapi juga mencakup kegiatan mencar ilmu mengajar yang tidak dihindari guru secara fisik ”.
Sedangkan definisi pembelajaran berdasarkan Arief Sudiman ( 1986 ) yaitu :
“ Kegiatan mencar ilmu mengajar siswa melalui usaha-usaha yang terpola dalam memanipulasi sumber-sumber mencar ilmu supaya terjadi proses mencar ilmu ”.
Tujuan pembelajaran merupakan rumusan sikap yang telah ditetapkan sebelumnya untuk menjadi milik dan harus nampak pada diri siswa sebagai jawaban dari perbuatan mencar ilmu yang telah dilakukan. Tujuan pembelajaran sanggup dipilah menjadi tujuan yang besifat kognitif ( pengetahuan ), afektif ( sikap ) dan ataupun psikomotor (keterampilan), ini merupakan derajat pencapaian tujuan dan hasil pebbuatan mencar ilmu siswa.
- Minat Belajar
Secara teoristis minat mencar ilmu sanggup ditumbuhkan dengan cara memperlihatkan motivasi atau dorongan pada siswa, supaya sanggup melaksanakan sesuatu perbuatan, melaksanakan tindakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Membangkitkan motivasi menjadi penting dalam proses pembelajaran, Karena hal tersebut merupakan kiprah guru. Menurut Moh.Ujer Usman paling tidak ada dua jenis motivasi yang perlu dibangun, yaitu ;
1. Motivasi dari dalam diri sendiri (individu siswa yang disebut motivasi Intrinsik.)
2. Motivasi Ekstrinsik, yaitu motivasi jawaban imbas dari luar, baik berupa pernyataan tujuan atau melihat manfaat pembelajaran, misalnya; Suruhan, ajakan, bujukan atau paksaan yang dilakukan oleh orang lain yang sanggup mempengaruhi perubahan tingkah laris siswa.
Dalam menumbuhkan minat guru harus sanggup memperlihatkan motivasi, motivasi yang dimaksud yaitu motivasi ekstrinsik antara lain :
1. Memberi penguatan terhadap jawaban siswa
2. Memberikan pernyataan tujuan pembelajaran baik tujuan secara umum atau secara khusus.
3. Memberikan persyaratan perihal manfaat mempelajari materi yang disajikan.
4. Menciptakan persaingan diantara siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
5. Mengadakan penilaian ( penilaian ) dengan mengadakan Tes.
6. Memberikan pertanyaan-pertanyaan khusus ( Kuisioner ) berkaitan dengan materi pelajaran yang disajikan. (Moh. Ujer Usman,1992: 25).
C. METODE DEMONTRASI
Metoda Demontrasi, yaitu cara penyajian materi pelajaran dengan mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik bergotong-royong maupun tiruan, yang sering disertai dengan klarifikasi lisan.
Guru sebagai salah satu sumber mencar ilmu berkewajiban menyediakan lingkungan mencar ilmu yang kreatif bagi kegiatan mencar ilmu mengajar di kelas. Salah satu kegiatan yang harus dilakukan yaitu melaksanakan pemilihan dan penentuan metoda yang sempurna dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metoda yaitu :
a. Tujuan
Tujuan merupakan faktor yang paling pokok, lantaran tujuan menggambarkan tingkah laris yang harus dimiliki siswa sesudah proses mencar ilmu mengajar selesai dilaksanakan.
b. Peserta didik
Peserta didik sebagai pihak yang berkepentingan di dalam proses mencar ilmu mengajar, alasannya yaitu tujuan yang harus di capai semata untuk mengubah sikap peserta didik itu sendiri.
c. Situasi
Faktor situasi sanggup di bagi dua yaitu yang menyangkut jumlah waktu ialah berapa puluh menit atau beberapa jam pelajaran waktu yang tersedia untuk proses mencar ilmu mengajar, sedangkan yang menyangkut kondisi waktu ialah kapan atau pukul berapa pelajaran itu dilaksanakan.
d. Materi
Dilihat dari hakekatnya, ilmu atau materi pelajaran mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik ilmu atau materi pelajaran membawa implikasi terhadap penggunaan cara dan teknik di dalam proses mencar ilmu mengajar.
e. Kemampuan
Kemampuan guru merupakan faktor penentu. Akhir pertimbangan semua faktor di atas akan sangat bergantung kepada kreatifitas guru. Dedikasi dan kemampuan gurulah yang pada kesannya mempengaruhi pelaksanaan proses pembelajaran.
D. Kedudukan Metode Dalam Belajar Mengajar
Berhasil atau tidaknya tujuan suatu materi tersampaikan oleh guru kepada peserta didik sangat ditentukan oleh metode yang digunakan, hal tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah, 1991 : 72
“ Metode yaitu suatu cara yang dipakai untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan mencar ilmu mengajar, metode diharapkan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin di capai sesudah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan sanggup melaksanakan tugasnya bila ia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para jago psikologi dan pendidikan ”.
Dalam kegiatan mencar ilmu mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode bervariasi supaya jalannya pelajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak didik. Hal ini mengakibatkan kompetensi guru sangat diharapkan dalam pemilihan metode yang tepat. Winarno Surakhmad, dalam taktik mencar ilmu mengajar (1995) mengemukakan lima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut :
1. Tujuan yang aneka macam jenis dan fungsinya
2. Peserta didik dengan aneka macam tingkat kematangannya
3. Situasi yang aneka macam keadaannya
4. Fasilitas yang aneka macam kualitas dan kuantitasnya
5. Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda
Hasil analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman perihal kedudukan metode sebagai :
1. Metode sebagai alat motovasi ekstrintik
Motovasi ektrintik berdasarkan Sardiman A. M. (1988 : 90 ) yaitu :
“ Motif-motif yang aktif dan berfungsinya, lantaran adanya perangsang dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang sanggup membangkitkan mencar ilmu seseorang ”.
Penggunaan metode yang sempurna dan bervarisai akan sanggup dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan mencar ilmu mengajar.
2. Metode sebagai taktik pembelajaran
Tidak semua anak didik bisa berkonsentrasi dalam waktu yang relative usang dalam kegiatan mencar ilmu mengajar. Daya serap anak didik terhadap materi yang di berikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap materi pelajaran yang diberikan menghendaki proteksi waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh sanggup tercapai.
Karena itu, dalam kegiatan mencar ilmu mengajar berdasarkan Roetsiyah N. K. (1989:1):
“ Guru harus mempunyai taktik supaya anak didik sanggup mencar ilmu secara efektif dan efesien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk mempunyai taktik itu yaitu harus mengusai teknik-teknik penyajian atau disebut metode mengajar ”.
Dengan demikian, metode mengajar yaitu taktik pembelajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
3. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Tujuan yaitu suatu keinginan yang akan dicapai dalam kegiatan mencar ilmu mengajar. Tujuan yaitu pedoman yang memberi ke arah mana kegiatan mencar ilmu mengajar akan di bawa.
Tujuan dari kegiatan mencar ilmu mengajar tidak akan pernah selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya yaitu komponen metode. Metode yaitu salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan bisa mencapai tujuan.
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD. Adapun yang menjadi subyek penelitian yaitu Kelas VI. Dan penelitian tindakan kelas ini direncanakan 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 1 kali pertemuan, dengan demikian penelitian ini berlangsung kurang lebih dua minggu.
B. Prosedur Pelaksanaan Tindakan Kelas
Prosedur penelitian tindakan kelas ini menggunakan model yang di kembangkan oleh Kurt Lewin yaitu melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
· Perencanaan ( planning )
· Aksi / tindakan ( acting )
· Obeservasi ( observing ), dan
· Refleksi ( reflecting )
( Dikdasmen, 2003 : 18 )
Prosedur pelaksanaannya mencakup 2 siklus, pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, aksi/tindakan, observasi, refleksi.
Untuk lebih jelasnya sanggup dilihat pada table di bawah ini :
Siklus I | Perencanaan Identifikasi duduk kasus dan penetapan alternative pemecahan masalah | · Merencanakan pembelajaran · Menentukan Konsep dan Sub Konsep · Mengembangkan skenario pemelajaran · Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) sesuai topik pembelajaran · Menyiapkan sumber belajar Konsep dan Sub Konsep · Mengembangkan format observasi dan aktifitas pembelajaran · Membuat pengelompokkan siswa |
Aksi / Tindakan | · Menerapkan tindakan mengacu pada skenario pembelajaran yang telah disiapkan · Melakukan penilaian ( pre tes dan pos tes ) kemampuan pemahaman konsep Matematika dalam bentuk tes. | |
Observasi / Pengamatan | · Melakukan observasi dengan menggunakan format observasi untuk guru dan siswa · Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa (LKS) | |
Refleksi | · Melakukan penilaian tindakan yang telah dilakukan yang mencakup penilaian mutu, jumlah dan waktu dari tindakan yang telah dilakukan · Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi perihal skenario, tes kemampuan pemahaman konsep · Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil penilaian untuk dipakai pada siklus berikutnya · Evaluasi tindakan I | |
Indikator Keberhasilan Siklus I | · Instrumen-instrumen yang telah disiapkan pada siklus I sanggup terealisasi semua · Siswa bisa mencar ilmu atau mendemontrasikan dengan sobat dalam membahas kiprah yang diberikan · Siswa bisa mencar ilmu dalam bentuk kelompok · Di atas 50 % siswa mendapat nilai di atas 65 pada tes kemampuan pemahaman konsep · Di atas 60 % siswa aktif dalam KBM |
Siklus II | Perencanaan | · Identifikasi duduk kasus dan penetapan alternative pemecahan masalah · Pengembangan agenda tindakan II |
Aksi / Tindakan | · Pelaksanaan agenda tindakan II | |
Pengamatan | · Pengumpulan data dan tindakan II | |
Refleksi | · Evaluasi tindakan II | |
Indikator Keberhasilan Siklus II | · Instrumen-instrumen yang telah disiapkan pada siklus II dpat terealisasi semua · Antusias dan aktifitas siswa dalam pembelajaran Matematika meningkat · Adanya peningkatan siswa bisa mencar ilmu dalam kelompok · Di atas 75 % siswa mendapat nilai di atas 65 pada tes kemampuan pemahaman konsep · Di atas 70 % siswa aktif dalam KBM |
C. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data penelitian ini yaitu siswa kelas VI SD. Sedangkan jenis data yang didapatkan ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.
Data kuantitatif dan data kualitatif mencakup :
· Data tes kemampuan pemahaman konsep Matematika siklus I dan II
· Hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran mencakup siswa dan guru
· Jurnal harian ( catatan harian ) guru dan kondisi kelas
· Foto
2. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan melalui observasi, catatan harian, tes harian, tes kemampuan pemahaman konsep matematika.
1) Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Di dalam kegiatan observasi di antaranya akan melihat peningkatan proses pembelajaran yang mencakup ; peningkatan frekuwensi dan atau kualitas pernyataan siswa kepada guru maupun sesama temannya selama interaksi mencar ilmu mengajar, peningkatan kerjasama, diskusi kelompok antar siswa dalam pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran.
Selain peningkatan proses pembelajaran, di amati pula peningkatan hasil mencar ilmu dan penguasaan konsep pembelajaran yang diharapkan antara lain mencakup : peningkatan hasil pre tes dan pos tes, peningkatan perasaan ingin tahu, peningkatan mutu produk mencar ilmu yang dihasilkan siswa melalui demontrasi dan sebagainya.
Data aktifitas dan penguasaan konsep ini diperoleh dengan menggunakan lembar observasi, Lomba Kompetensi Siswa dan soal penilaian yang dikerjakan sesuai petunjuk kerja, dan hasilnya akan dihitung dangan rumus yang telah ditentukan.
2) Data tes
Data tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika pada siklus I dan II. Data ini juga merupakan data kuantitatif yang diambil dari setiap siklus. Tes kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ini di buat dalam bentuk soal sebanyak 10 butir soal, dilakukan melalui pre tes dan pos tes pada setiap siklus. Hasilnya dibentuk dalam bentuk prosentase dan dilihat selisihnya (gain) antara pre tes dan pos tes. Hal ini dimaksudkan supaya setiap berakhirnya pelaksanaan siklus sanggup diketahui kemajuan dan perkembangannya yang di sanggup oleh siswa. Dengan demikian hasilnya sanggup menjadi acuan, pertimbangan, materi refleksi untuk merencanakan pelaksanaan pada siklus berikutnya.
3) Jurnal Harian ( Catatan Harian )
Catatan harian pada penelitian ini maksudnya yaitu jurnal harian yang merupakan alat bantu perekam yang paling sederhana. Hal ini sejalan dengan pendapat tim instruktur PGSM ( 1999, h.57) yang menyatakan bahwa jurnal harian merupakan semacam catatan harian. Jurnal harian akan merekam semua kegiatan dalam proses pemelajaran yang tidak terekam pada lembar observasi baik berupa aktifitas siswa maupun permasalahan yang sanggup dijadikan pertimbangan bagi pelaksanaan langkah berikutnya. Sehingga pengamatan yang dilakukan terhadap hal-hal pembelajaran sanggup terekam secata efektif.
Catatan harian ini pun sejalan dengan pendapat Madya (1994, h.35) akan memuat observasi, perasaan, reaksi, penafsiran, refleksi, dugaan, hipotesis, dan penjelasan. Dalam jurnal ini pun dimasukan catatan mengenai kegiatan guru dan kondisi kelas pada dikala itu.
4) Foto
Foto dipakai dalam penelitian ini supaya sanggup merekam insiden penting yang terjadi di kelas pada dikala kegiatan mencar ilmu berlangsung, adapaun aspek yang direkam yaitu aspek kegiatan / aktifitas siswa atau untuk memperjelas data dari hasil observasi, di samping itu juga untuk membantu dalam diskusi perihal data-data lainnya.
D. Analisis Data
1. Lembar observasi, untuk mengetahui perkembangan aktifitas mencar ilmu siswa dengan menggunakan prosentase dari setiap poin dengan rumus :
RP
NP = X 100 %
SM
Keterangan :
NP = Nilai Prosen yang dicari yang diharapkan
RP = Skor tiap item
SM = Skor maksimum / yang diharapkan
1000 = Bilangan tetap
( Purwanto, 2002 : 102 )
2. Tes tertulis / Tes Kemampuan Pemahaman
Adapun langkah-langkah pengolahan data tes tertulis dilakukan sebagai berikut:
a. Mengitung skor mentah dari setiap jawaban pre tes dan pos tes. Penskoran dalam tes tertulis diambil berdasarkan jawaban yang benar. Jika jawaban benar diberi nilai 1 ( satu ) dan jikalau jawaban salah diberi nilai 0 ( nol ).
B
∑ = X 100 %
N
Keterangan :
B = Banyaknya soal yang dijawab benar
N = Banyaknya soal
b. Menentukan banyaknya siswa yang mendapat nilai di atas atau sama dengan 6,5
c. Menghitung prosentase banyaknya siswa yang mendapat nilai di atas atau sma denga 6,5
3. Data Jurnal harian ( Catatan Lapangan )
Menyimpan atau mendeskripsikan insiden selama penelitian berlangsung pada siklus I dan II.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari seluruh kegiatan penelitian yang dilakukan mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga dengan refleksi maka sanggup disimpulkan bahwa terdapat beberapa hal penting yaitu antara lain :
1. Proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan metoda demontrasi sanggup memperbaiki atau sanggup meningkatkan aktifitas minat mencar ilmu siswa. Data hasil observasi terhadap aktifitas membuktikan bahwa rat-rata prosentase aktifitas/ minat mencar ilmu siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari kategori kurang aktif ( 50.07%) menjadi kategori aktif ( 75.33%), ada selisih peningkatan 25.26%. dengan demikian metoda demontrasi sanggup menantang siswa bisa mencar ilmu mandiri, sanggup menyebarkan keterampilan berfikir, sanggup melaksanakan kerjasama dalam kelompok dan bisa memproses isu yang telah dimilikinya untuk memecahkan duduk kasus yang dihadapi.
2. Proses KBM dengan menggunakan metoda demontrasi sanggup meningkatkan kemampuan intelektual siswa atau memperbaiki hasil mencar ilmu siswa. Hal ini sanggup ditunjukan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata yang cukup signifikan pada setiap pertemuan dari setiap siklus, yakni siklus I dengan rata-rata 46.98% menjadi 82.28% pada siklus II dengan selisih 35.3%.
B. Saran
Saran-saran yang sanggup disampaikan dari hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Pembelajaran deangan menggunakan metode demontrasi ternyata sangat baik juga untuk diterapkan pada anak tingkat sekolah dasar, oleh lantaran itu guru yang akan mengajar harus sanggup menentukan metode yang sempurna dalam mempersiapkan kegiatan proses mencar ilmu membelajarkan.
2. Siswa harus dibiasakan mencar ilmu dihadapkan pada situasi duduk kasus yang nyata, otentik dan bermakna bagi kehidupannya.
3. Guru terlebih dahulu harus menguasai dan memahami konsep model pembelajaran supaya dalam pelaksanaannya kegiatan mencar ilmu membelajarkan anak sanggup dilakukan secara maksimal sehingga sasaran yang telah ditetapkan sanggup tercapai dengan baik, efektif dan efisien.
DAFTAR PUSATAKA
Suhardjono, Azis Hoesein, dkk. (1996). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Widyaiswara. Jakarta : Depdikbud, Dikdasmen
Suhardjono (2006), Laporan Penelitian sebagai KTI, makalah pada training peningkatan mutu guru dalam pengembangan profesi di Pusdiklat Diknas Sawangan, Jakarta, Februari 2006
Suharsimi Arikunto, Suhardjono dan Supardi (2006) Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT Bumi Aksara
UU RI No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta , Asa MAndiri.
Azhar, Arsyad 2003. Media Pembelajaran., Jakarta : Raja Grafindo.
Purwanto, N . 2002. Prinsip-prinsip dan teknik penilaian pengajaran.
PT. Remaja Rosdakarya, Jakarta.
Sadirman, N . dkk. 1992. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta
Sadirman, N . dkk. 1991 Ilmu Pendidikan. Bandung, Remaja Rosdakarya.
Abror, abd Rachman, 1993. Psikologi Pendidikan, Yoyakarta : Tiaraa Wacana Yogya.
0 Komentar untuk "Laporan Penelitian Tindakan Kelas Matematika Sekolah Dasar (Sd): Upaya Meningkatkan Kegiatan Berguru Siswa Dan Hasil Berguru Matemtika Sd Kelas Vi"