Pengertian Syukur

Bismillahirrahmanirrahim
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam.  Shalawat dan salam atas Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan sahabatnya serta Para pengikutnya yang dirahmati Allah Subhanahu wa ta'ala.

Syukur ialah Salah Satu dari Sifat Allah Subhanahu wa ta'ala yaitu: Ghafur dan Syakur yang terdapat dalam Al-qur'an yakni :QS. Asy-Syura: 23

Ketahuilah bahwa kata syukur ini  merupakan  sifat Allah yang yang terdapat dalam asma ul husna. Yaitu Allah niscaya akan membalas setiap amalan kebaikan yang dilaksanakan oleh hamba-Nya, tanpa luput satu orang pun dan tanpa terlewat satu amalan pun. dan Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ

“Sesungguhnya Allah itu Ghafur dan Syakur” (QS. Asy-Syura: 23)

Syukur ini menampilkan bahwa adanya lezat dari Allah pada dirinya. Dengan diucapkan lewat lisan, yakni yang berupa kebanggaan dan juga adanya  kesadaran diri bahwa dirinya  sudah diberi nikmat. Dengan lewat hati, berupa kesaksian dan kecintaan terhadap Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan terhadap Allah

Sedangkan musuh dari syukur yakni kufur nikmat, yakni tidak menyadari atau  mengingkari bahwa lezat yang di dapatkan yakni dari Allah Ta’ala. Sehingga orang yang merenungi bahwa Allah ialah Maha Pembalas Kebaikan, dari Rabb terhadap Hamba-Nya, maka akan menyadari bahwa tentu lebih baik lagi seorang hamba bersyukur terhadap Rabb-Nya atas segala lezat yang hendak di terima.

Syukur juga ialah Sifat Para Nabi

Senantiasa bersyukur dan berterima kasih terhadap Allah atas limpahan lezat Allah, walau ujian tiba dan rintangan menghadang, ini ialah sifat para Nabi dan Rasul Allah yang mulia. Allah Ta’ala berfirman ihwal Nabi Nuh ‘Alaihissalam,

ذرية من حملنا مع نوح إنه كان عبدا شكور

“(Yaitu) anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa serempak Nuh. Sesungguhnya Nuh yakni hamba yang banyak bersyukur” (QS. Al-Isra: 3).

Allah Ta’ala menceritakan sifat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam:


إن إبراهيم كان أمة قانتا لله حنيفا ولم يك من المشركين* شاكرا لأنعمه اجتباه وهداه إلى صراط مستقيم

“Sesungguhnya Ibrahim yakni seorang imam yang sanggup dijadikan teladan lagi patuh terhadap Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia tergolong orang-orang yang musyrik, Dan ia senantiasa mensyukuri nikmat-nikmat Allah, Allah sudah memilihnya dan menunjukinya terhadap jalan yang lurus” (QS. An-Nahl: 120-121).

Dan inilah  sayyidul anbiya, pemimpin para Nabi, Nabi final zaman, yakni Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam, tidak luput dari syukur meskipun sudah dijamin baginya surga. Diceritakan oleh Ibunda ‘Aisyah Radhiallahu’anha,

كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ ، إذا صلَّى ، قام حتى تفطَّر رجلاه . قالت عائشةُ : يا رسولَ اللهِ ! أتصنعُ هذا ، وقد غُفِر لك ما تقدَّم من ذنبك وما تأخَّرَ ؟ فقال ” يا عائشةُ ! أفلا أكونُ عبدًا شكورًا

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jikalau dia shalat, dia bangun sungguh usang hingga kakinya mengeras kulitnya. ‘Aisyah bertanya, ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau hingga demikian? Bukankan dosa-dosamu sudah diampuni, baik yang sudah kemudian maupun yang hendak datang? Rasulullah besabda: ‘Wahai Aisyah, bukankah sebaiknya saya menjadi hamba yang bersyukur?’” (HR. Bukhari no. 1130, Muslim no. 2820).

Syukur juga ialah sebuah Ibadah

Allah Ta’ala dalam banyak ayat di dalam Al-Qur’an mengutus insan untuk bersyukur kepada-Nya. Maka syukur yakni ibadah dan bentuk ketaatan atas perintah Allah. Allah Ta’ala berfirman,


فاذكروني أذكركم واشكروا لي ولا تكفرون

“Ingatlah kepada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah ingkar” (QS. Al Baqarah: 152)

Allah Ta’ala juga berfirman,

يا أيها الذين آمنوا كلوا من طيبات ما رزقناكم واشكروا لله إن كنتم إياه تعبدون

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah terhadap Allah, jikalau sungguh-sungguh cuma kepada-Nya kau menyembah” (QS. Al Baqarah: 172).

Maka bersyukur yakni mengerjakan perintah Allah dan tidak bersyukur dan mengingkari lezat Allah yakni bentuk pembangkangan terhadap perintah Allah.

Buah Manis dari Syukur

Syukur Adalah Sifat Orang Beriman

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ؛ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, alasannya setiap perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada seorang mu’min sejati. Jika ia memperoleh kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu baik baginya” (HR. Muslim no.7692).

Merupakan Sebab Datangnya Ridha Allah

Allah Ta’ala berfirman,

وإن تشكروا يرضه لكم

“Jika kalian ingkar, serempak Allah Maha Kaya atas kalian. Dan Allah tidak ridha terhadap hamba-Nya yang ingkar dan jikalau kalian bersyukur Allah ridha terhadap kalian” (QS. Az-Zumar: 7).

Merupakan Sebab Selamatnya Seseorang Dari Azab Allah

Allah Ta’ala berfirman,

ما يفعل الله بعذابكم إن شكرتم وآمنتم

“Tidaklah Allah akan mengadzab kalian jikalau kalian bersyukur dan beriman. Dan sungguh Allah itu Syakir lagi Alim” (QS. An-Nisa: 147).

Merupakan Sebab Ditambahnya Nikmat

Allah Ta’ala berfirman,

وإذ تأذن ربكم لئن شكرتم لأزيدنكم

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mengumumkan, ‘Sesungguhnya jikalau kau bersyukur, niscaya Kami akan memperbesar (nikmat) kepadamu, dan jikalau kau mengingkari (nikmat-Ku), maka serempak azab-Ku sungguh pedih’” (QS. Ibrahim: 7).


Ganjaran di Dunia dan Akhirat

Janganlah Anda menyangka bahwa bersyukur itu cuma sekedar kebanggaan dan berterima kasih terhadap Allah. Ketahuilah bahwa bersyukur itupun menuai pahala, bahkan juga membuka pintu rezeki di dunia. Allah Ta’ala berfirman,

وسنجزي الشاكرين

“Dan sungguh orang-orang yang bersyukur akan kami beri ganjaran” (QS. Al Imran: 145).

Imam Ath Thabari menafsirkan ayat ini dengan membawakan riwayat dari Ibnu Ishaq, “Maksudnya adalah, alasannya bersyukur, Allah menampilkan kebaikan yang Allah janjikan di alam abadi dan Allah juga melimpahkan rizki baginya di dunia” (Tafsir Ath Thabari, 7/263).

Tanda-Tanda Orang yang Bersyukur

Mengakui dan Menyadari Bahwa Allah Telah Memberinya Nikmat

Orang yang bersyukur senantiasa menisbatkan setiap lezat yang didapatnya terhadap Allah Ta’ala. Ia senantiasa menyadari bahwa cuma atas takdir dan rahmat Allah semata lah lezat tersebut sanggup diperoleh. Sedangkan orang yang kufur lezat senantiasa lupa akan hal ini. Dari Ibnu Abbas Radhiallahu’anhuma, ia berkata,

مُطِرَ النَّاسُ على عهدِ النَّبيِّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ فقالَ النَّبيُّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ أصبحَ منَ النَّاسِ شاكرٌ ومنهم كافرٌ قالوا هذهِ رحمةُ اللَّهِ وقالَ بعضُهم لقد صدقَ نوءُ كذا وكذا

“Ketika itu hujan turun di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, kemudian Nabi bersabda, ‘Atas hujan ini, ada insan yang bersyukur dan ada yang kufur nikmat. Orang yang bersyukur berkata, ‘Inilah rahmat Allah.’ Orang yang kufur lezat berkata, ‘Oh patut saja tadi ada tanda begini dan begitu’” (HR. Muslim no.73).

Menyebut-Nyebut Nikmat yang Diberikan Allah

Mungkin pada biasanya kita lebih senang dan lebih sering menyebut-nyebut kesusahan yang kita hadapi dan mengeluhkannya terhadap orang-orang. “Saya sedang sakit ini.” “Saya gres sanggup petaka itu..” “Saya kemarin rugi sekian rupiah..”, dll. Namun serempak orang yang bersyukur itu lebih sering menyebut-nyebut kenikmatan yang Allah berikan. Karena Allah Ta’ala berfirman,

وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

“Dan lezat yang diberikan oleh Rabbmu, perbanyaklah menyebutnya” (QS. Adh-Dhuha: 11).

Namun tentunya dihentikan takabbur (sombong) dan ‘ujub (merasa takjub atas diri sendiri).

Menunjukkan Rasa Syukur dalam Bentuk Ketaatan terhadap Allah

Sungguh asing jikalau ada orang yang mengaku bersyukur, ia menyadari segala yang ia miliki semata-mata atas keluasan rahmat Allah, tetapi di segi lain melewatkan perintah Allah dan melanggar larangan-Nya, ia enggan shalat, enggan belajar agama, enggan berzakat, menyantap riba, dll. Jauh antara ratifikasi dan kenyataan. Allah Ta’ala berfirman,



وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Sungguh Allah sudah membantu kau dalam pertempuran Badar, padahal kau yakni (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah terhadap Allah, agar kau mensyukuri-Nya” (QS. Ali Imran: 123).

Maka rasa syukur itu ditunjukkan dengan ketakwaan.

Tips Agar Menjadi Orang yang Bersyukur

Senantiasa Berterima Kasih terhadap Orang Lain

Salah cara untuk mensyukuri lezat Allah yakni dengan berterima kasih terhadap insan yang menjadi mediator sampainya lezat Allah terhadap kita. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

لا يشكر الله من لا يشكر الناس

“Orang yang tidak berterima kasih terhadap manusia, memiliki arti ia tidak bersyukur terhadap Allah” (HR. Tirmidzi no.2081, ia berkata: “Hadits ini hasan shahih”).

Beliau juga bersabda,

مَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ

“Barangsiapa yang sudah berbuat sebuah kebaikan padamu, maka balaslah dengan yang serupa. Jika engkau tidak sanggup membalasnya dengan yang sama maka doakanlah ia hingga engkau menerka doamu tersebut sanggup sudah membalas dengan serupa atas kebaikan ia” (HR. Abu Daud no. 1672, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Abu Daud).

Oleh alasannya itu, mengucapkan terima kasih yakni tabiat mulia yang diajarkan oleh Islam. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

مَن صُنِعَ إليهِ معروفٌ فقالَ لفاعلِهِ : جزاكَ اللَّهُ خيرًا فقد أبلغَ في الثَّناءِ

“Barangsiapa yang diberikan satu kebaikan kepadanya kemudian dia membalasnya dengan mengatakan, ‘Jazaakallahu khair’ (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), maka sungguh hal itu sudah mencukupinya dalam menyatakan rasa syukurnya” (HR. Tirmidzi no.2167, ia berkata: “Hadits ini hasan jayyid gharib”, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

Merenungkan Nikmat-Nikmat Allah

Dalam Al-Qur’an kerap kali Allah membangkitkan hati insan bahwa aneka macam lezat yang Ia limpahkan sejak kita tiba ke dunia ini, mudah-mudahan kita sadar dan bersyukur terhadap Allah. Allah Ta’ala berfirman,

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan Allah mengeluarkan kau dari perut ibumu dalam kondisi tidak mengenali sesuatu pun, dan Dia memberi kau pendengaran, pandangan dan hati, mudah-mudahan kau bersyukur” (QS. An-Nahl: 78).

Qana’ah

Senantiasa merasa cukup atas lezat yang ada pada diri kita bikin kita senantiasa bersyukur terhadap Allah. Sebaliknya, orang yang senantiasa merasa tidak puas, merasa kekurangan, ia merasa Allah tidak pernah memberi kenikmatan kepadanya sedikitpun. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

كن وَرِعًا تكن أعبدَ الناسِ ، و كن قنِعًا تكن أشْكَرَ الناسِ



“Jadilah orang yang wara’, maka engkau akan menjadi hamba yang paling berbakti. Jadilah orang yang qana’ah, maka engkau akan menjadi hamba yang paling bersyukur”(HR. Ibnu Majah no. 3417, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).

Sujud Syukur

Salah satu cara untuk mengungkapkan rasa syukur saat memperoleh kenikmatan yang begitu besar yakni dengan melaksanakan sujud syukur.

عن أبي بكرة نفيع بن الحارث رضي الله عنه قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا جاءه أمر بشر به خر ساجدا؛ شاكرا لله

“Dari Abu Bakrah Nafi’ Ibnu Harits Radhiallahu’anhu ia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jikalau menjumpai sesuatu yang menggemberikan dia bersimpuh untuk sujud. Sebagai sebutan rasa syukur terhadap Allah” (HR. Abu Daud no.2776, dihasankan oleh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil).

Berdzikir

Berdzikir dan memuji Allah yakni bentuk rasa syukur kita terhadap Allah. Ada beberapa dzikir tertentu yang diajarkan oleh Rasulullah khusus mengungkapkan rasa syukur kita terhadap Allah. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

من قال حين يصبح: اللهم ما أصبح بي من نعمة أو بأحد من خلقك فمنك وحدك لا شريك لك، فلك الحمد ولك الشكر. فقد أدى شكر يومه، ومن قال ذلك حين يمسي فقد أدى شكر ليلته

“Barangsiapa pada pagi hari berdzikir: Allahumma ashbaha bii min ni’matin au biahadin min khalqika faminka wahdaka laa syariikalaka falakal hamdu wa lakasy syukru.”

(Ya Allah, atas lezat yang Engkau berikan terhadap ku hari ini atau yang Engkau berikan terhadap salah seorang dari makhluk-Mu, maka sungguh lezat itu cuma dari-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu. Segala kebanggaan dan ucap syukur cuma untuk-Mu)

Maka ia sudah menyanggupi harinya dengan rasa syukur. Dan barangsiapa yang mengucapkannya pada sore hari, ia sudah menyanggupi malamnya dengan rasa syukur” (HR. Abu Daud no.5075, dihasankan oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Arnauth dalam tahqiqnya terhadap kitab Raudhatul Muhadditsin).



Cara Bersyukur yang Salah

Bersyukur terhadap Selain Allah

Sebagian orang saat memperoleh kenikmatan, mereka mengungkapkan rasa syukur terhadap selain Allah, semisal terhadap jin yang mengaku penguasa lautan, terhadap berhala yang dianggap tuhan bumi, atau terhadap sesembahan lain selain Allah. Kita katakan terhadap mereka,

أَكَفَرْتَ بِالَّذِي خَلَقَكَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ سَوَّاكَ رَجُلًا

“Apakah engkau kufur terhadap Dzat yang sudah menciptakanmu dari tanah kemudian menggantinya menjadi nutfah kemudian menjadikanmu selaku manusia?” (QS. Al-Kahfi: 37).

Allah Ta’ala yang bikin kita, membangkitkan kita, dari Allah sematalah segala kenikmatan, maka sungguh ‘tidak tahu terima kasih’ jikalau kita bersyukur terhadap selain Allah. Dan sudah kita pahami bareng bahwa syukur yakni ibadah. Dan ibadah cuma patut dan layak kita persembahkan terhadap Allah semata. Tidak ada sekutu baginya. Allah Ta’ala juga berfirman,

بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ

“Beribadahlah cuma terhadap Allah dan jadilah hamba yang bersyukur” (QS. Az-Zumar: 66).

Ritualiasasi Rasa Syukur yang Tidak Diajarkan Agama

Mengungkapkan rasa syukur dalam bentuk ritual sah-sah saja selama ritual tersebut diajarkan dan dituntunkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Misalnya dengan sujud syukur atau dengan melafalkan dzikir. Andaikan ada bentuk lain ritual rasa syukur yang bagus untuk dilaksanakan tentu sudah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam serta para sahabat. Lebih lagi teman dekat Nabi yang paling fasih dalam masalah agama, paling bersyukur diantara ummat Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam, yang mereka jumlahnya puluhan ribu dan di antara mereka ada yang masih hidup satu masa setelah Rasulullah wafat, sebanyak dan selama itu tidak ada seorang pun yang terpikir untuk bikin ritual semacam peringatan hari ulang tahun, ulang tahun pernikahan, selamatan rumah baru, selaku bentuk rasa syukur mereka. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barang siapa yang melaksanakan amalan (ibadah) yang tidak berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Bukhari no.20, Muslim no.4590).

Semoga Allah menjadikan  hamba-Nya yang senantiasa bersyukur atas segala nikmat-Nya. Demikian pemahaman syukur,Terimakasih Salam Hangat Nilibas.

Related : Pengertian Syukur

0 Komentar untuk "Pengertian Syukur"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close