Publikasikaryatulis, salamedukasi.com - Kata merupakan sesuatu yang sulit di ungkapkan terlebih yang berhubungan dengan hati manusia, namun jika digabungkan hati dan pemikiran, itu akan lebih baik dari sebelumnya. Meskipun demikian, apakah semua orang mempunyai peluang untuk mengungkapkan perasaannya walau di saat di di saat ambang kematian? Ya, menyerupai itulah kisah Silvi dan Dito, dimana rezki, jodoh dan umur siapa yang tau. Hari ini, lagi-lagi langit kembali menangis diiringi kilatan guntur yang begitu menggelegar.” Ada apakah gerangan? Mungkinkah langit sedang murka pada seseorang?” batin Silvi sembari melamun menyaksikan hujan dari balik jendela kamarnya.
Hujan tersebut rupanya mulai mengganggu anggapan Silvi dan menenteng Silvi kembali ke masa lalunya. Dimana masa kemudian yang hendak senantiasa Silvi ingat dalam hidupnya, alasannya yakni seseorang yang pernah hadir yang merubah cara beliau memandang kehidupan dengan baik, tapi takdir berkata lain orang yang sungguh ia cintai dan sayangi mesti di ambil oleh yg maha kuasa. Malam itu Silvi berlangsung sembari bersenda gurau bareng Dito, tunangannya menyusuri jalanan di depan komplek rumah.
Mereka terlihat begitu bahagia, pasalnya besok yakni hari yang sungguh mereka dambakan sejak lama. Ya... esok yakni hari ijab kabul mereka. Namun itu semua cuma angan-angan, di saat mereka hendak menyeberang jalan. Saat mereka sedang berjalan, tiba-tiba dari sudut jalan suatu kendaraan beroda empat melintas dengan kecepatan tinggi. Mereka tidak menyadari eksistensi kendaraan beroda empat tersebut alasannya yakni mereka terlalu larut dalam dunia mereka. “Toootttt.....!” Secara reflek Dito mendorong badan Silvi ke tepi jalan. Akhirnya terjadilah ukiran yang tidak di kehendaki semua orang.
Kemudian ia terkejut, kemudian menoleh ke arah Dito. Dengan tatapan yang menyibukkan di artikan Silvi memandang jalanan yang sudah dilumuri darah, Silvi bergegas lari menghampiri Dito. Isak tangis pun tak terbendung lagi di pelupuk mata Silvi, ia eksklusif memeluk badan Dito yang sudah berlumuran darah. “Dito kau mesti kuat, kau niscaya sanggup bertahan” ucap Silvi. Kemudian Dito tersenyum, Dito menjamah pipi Silvi dengan tangan yang berlumuran darah sembari menyampaikan “I Love You”. Belum sempat Silvi membalas ucapan Dito, Dito sudah memejamkan mata dan meninggalkan Silvi untuk selamanya. “Ditoooo” teriak Silvi mengiringi kepergian Dito. Tanpa disadari langit pun turut menangis seakan mencicipi kesedihan Silvi yang teramat dalam. Malam itu yakni malam yang sarat penyesalan bagi Silvi.
“Silvi ayo turun nak, makan malam” panggil bunda. “Iya bun, sebentar” sahut Silvi, tersadar dari lamunannya. Silvi menghampiri meja di sebelah kawasan tidurnya, mengambil suatu foto. Silvi memegang foto tersebut dan memandang dengan sarat makna. Ya... itu yakni fotonya bareng Dito. “Dito saya merindukanmu, kau sudah senang kan disana? Tidak terasa sudah lima tahun berlalu, kini saya sudah sanggup bangun dari keterpurukanku atas meninggalnya dirimu, walau sakit ini tidak akan pernah hilang” Pagi hari ini, Silvi menyambut matahari dengan senyuman yang hangat, ia bertujuan akan jalan-jalan pagi di taman bersahabat komplek rumah. Tapi belum usang Silvi berjalan, tatapan matanya menangkap seseorang yang sungguh ia rindukan, orang itu sungguh mirip.
Akhirnya Silvi menghampiri orang tersebut dengan perasaan campur aduk dan air mata yang berlinang. Namun orang tersebut cuma cuek, kemudian Silvi memanggilnya dengan nama Dito, sungguh absurd orang tersebut menoleh dan terkejut dengan apa yang beliau lihat, yaitu ia menyaksikan seseorang yang pernah bersahabat dengan kembarannya.
Lalu ia menjawab “Mungkin anda salah orang,ooohh ya perkenalkan nama saya Diki bukan Dito dan saya yakni kembarannya Dito”. Sungguh aneh namun ini nyata, karena Dito tidak pernah menceritakan wacana kembarnnya yakni Diki. Namun di saat Silvi ingin lari Diki mencekal tangannya dan berkata “Maaf sebelumnya apa sanggup kita bicara? lalu Silvi cuma mengangguk selaku jawaban. Dan Diki pun menceritakan semuanya. Sebelum Dito meninggal ia pernah berkata pada Diki ”Tolong jaga dan lindungi Silvi sebagaimana gue menyayangi dia” kemudian Diki menjawab”lo ngomong apa sih,kayak mau pergi jauh aja,khawatir gue ”Namun dito cuma tersenyum kemudian pergi dari hadapan Diki.Hingga sekitar 2 jam Diki menceritakan seluruhnya dan mengirim Silvi hingga rumah.
Alangkah terkejutnya kedua orang renta Silvi di saat berjumpa Diki namun Silvi menceritakan semuannya setelah Diki pulang. Setelah satu ahad berlalu, Silvi berkecambuk dengan pemikiran sendiri wacana apa yang sudah terjadi dalam kamarnya. Akhirnya ia turun dan berpamitan pada orang tuanya untuk pergi bareng Diki alasannya yakni dalam satu ahad ini Diki senantiasa mengajak Silvi untuk jalan berdua. Tanpa mereka sadari dengan kedekatan mereka berdua terbesitlah rasa suka dalam diri Diki alasannya yakni Silvi senantiasa memperlakukannya menyerupai Dito, tapi ia sadar tugasnya cuma untuk melingdungi Silvi tidak lebih.
Lambat laun waktu berlalu mereka kian dekat, namun setiap Silvi akan mendapat kebahagian kenapa ia mesti mendapatkan sakit juga menyerupai yang sudah ia pernah alami sebelumnya, akankah Diki akan bernasib sama dengan kembarannya alasannya yakni sudah 2 kali ia bareng Diki, Silvi senantiasa mencicipi ada seseorang yang mengawasinya dari jarak jauh ada seseorang yg ingin mencelakakan Diki. Tapi ia tidak mau berprasangka buruk dulu, mungkin itu cuma perasaanya aja. Akhirnya lamunan silvi rampung alasannya yakni Diki mau ngomong serius. Di sana Diki menyatakan perasaannya bahwa ia menyayangi Silvi. Ia pun terkejut dan memikirkan dahulu dilema ini, tetapi ia mengenang kembali apa yang Diki jalankan untuk menjadikannya bangun jadinya ia mendapatkan Diki.Keluarga Silvi pun merima Diki dengan senang hati. Dan beberapa ahad kemudian mereka bertunangan.
Akhirnya saya mendapatkan orang yang sanggup menerimaku meskipun beliau tahu saya masih mencintaimu. Wajahnya sungguh menyerupai denganmu, cuma saja beliau lebih aktif darimu. Ya. beliau yakni Diki Anggara, kerabat kembarmu. Besok kami akan menikah, saya harap kau juga merestui pernikahanku dengan Diki.” Ucap Silvi sembari meniadakan air matanya. Kemudian Silvi menaruh fotonya dan bergegas menuju ruang makan. Sampai di ambang pintu, langkah Silvi terhenti. Silvi pun menoleh ke belakang ke arah fotonya bareng Dito. “Aku akan senantiasa mencintaimu Dito” ucap Silvi tulus dalam hati.
“Silvi, kok usang banget nak turunnya, Diki sudah menanti lhoo dari tadi” ucap sang bunda. “Iya bunda maafin Silvi, tadi siap-siap dulu” ucap Silvi menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Tidak apa-apa kok bun, lagian Diki juga belum usang nunggunya kok” ucap Diki tersenyum kearah Bunda kemudian melirik ke arah Silvi sekejap. Silvi yang sadar akan lirikan Diki, kemudian duduk disebelahnya. “Bun berafiliasi Silvi sudah siap, kita eksklusif pergi ya bun” ucap Diki kemudian diangguki oleh Bunda. “Diki jaga baik-baik Silvi nya ya, bunda yakin sama kamu” ucap bunda. Kemudian Diki dan Silvi tersenyum kemudian menyalami perempuan paruh baya itu.
Saat dalam perjalanan menuju gedung yang hendak menjadi kawasan resepsi ijab kabul mereka, Silvi terlihat murung dan tak mengeluarkan kata sedikit pun. Diki yang sadar akan hal itu jadinya membuka bunyi “Silvi, saya tau mungkin kau belum nrimo melepaskan kepergian Dito lima tahun yang lalu. Dan mungkin kau belum mencintaiku sepenuhnya menyerupai kau menyayangi Dito. Aku akan senantiasa sabar menanti di saat kau mencintaiku menyerupai kau menyayangi Dito” ucap Diki yang tetap konsentrasi dengan kemudi mobilnya. Mendengar ucapan Diki, Silvi terjaga dari lamunannya dan menoleh ke arah Diki dengan mata yang berkaca-kaca.
“Maafkan aku....” ucapnya. Diki tersenyum, menepikan mobilnya lantas berkata “Tidak perlu minta maaf, kau tidak salah kok” kemudian Diki mengacak-acak rambut Silvi dengan jahil. “Jangan menyakiti dirimu dengan berupaya melalaikan masa lalu. Berusahalah berdamai dengan masa lalu, alasannya yakni masa kemudian bukan untuk dilupakan namun untuk dikenang” tambah Diki. Mendengar ucapannya, Silvi tak kuasa lagi membendung air mata dan menangis tersedu-sedu di pelukan Diki.
“Huhuhuhu...... Diki, saya kangen Dito hiks hiks.... Dito meninggal gara-gara aku, saya bersalah pada Dito hiks hiks.... Bahkan saya tidak sempat membalas tiga kata terakhir dari Dito, saya payah hiks hiks....” rengek Silvi. “Jangan menyalahkan dirimu sendiri, semua sudah jadi rencana-Nya. Aku juga merindukan Dito. Sekarang anggap saya Dito dan keluarkan semua keluhan yang ingin kau katakan terhadap Dito” jawab Diki menenangkan Silvi. Silvi pun tak segan lagi untuk menumpahkan semua unek-uneknya terhadap Diki. Setelah Silvi tenang, Diki kembali melajukan mobilnya menuju gedung resepsi. Tak usang kemudian, mereka pun hingga di kawasan tujuan.
Matahari menyingsing, jam berdetik menyampaikan pukul 08.00 terlihat di dalam dan luar gedung dipenuhi tamu undangan.Semua orang sungguh senang di sekarang ini .Namun di saat Diki mau memasuki gedung tersebut dengan pakai yang sudah sungguh rapi dan menyebrang jalan ada suatu kendaraan beroda empat yang melaju namun itu semua tidak luput dari tatapan mata papa Silvi, akhirnya papa Silvi lah yang tetabrak.Cobaan terlebih ini, di di saat yang berbahagia menyerupai ini untuk kedua kalinya Silvi merasa hancur di di saat senang alasannya yakni kehilangan orang yang sungguh ia banggakan,cintai dan sayangi.
Diki eksklusif berlari ke papa Silvi, dan papa Silvi berkata”Jaga dan sayangi anak om serta cintai beliau dan lindungilah beliau samapi nafas penghabisan mu ya,om mohon,sekarang beliau yakni tanggung jawab yang om berikan padamu,hanya itu seruan om untuk terakhir ini,kamu janji?iya saya perjanjian om,tapi om mesti bertahan dahulu untuk kami semua,aku mohon om” ucap Diki dengan bunyi yang bergetar dan ada genangan air mata di pelipis matanya. Setelah mengucapkan perjanjian tersebut nyawa papa Silvi pun tidak ada lagi, Silvi telat alasannya yakni jarak salon dan gedung yang cukup jauh.
Akhirnya Silvi cuma sanggup menangis dan menangis untuk kesekian kalinya, di hari yang senang ia mesti mengirimkan papa nya menuju peristirahatan terakhirnya. Disana siapa pun sungguh bersedih mulai dari kerabat Diki dan Silvi, serta sahabatnya dan khususnya mama nya Silvi. Tapi siapa pun saling menguatkan disana, saling memberi kekuatan mudah-mudahan tegar menghadapi semua ini. Setelah pemakaman di lakukan, Diki pergi kekantor polisi untuk menyelesaaikan tabrak lari yang sudah terjadi, dan tersangkanya yakni orang yang serupa di saat tabrak lari Dito., orang tersebut mempunyai maksud yakni ingin merusak keluarga Silvi alasannya yakni mempunyai dendam terhadap papa Silvi selama ini. Akhirnya ia melampiaskannya pada keluarga tersebut. Setelah semua dilema selesai, ijab kabul Silvi dan Diki tetap dilanjutkan meskipun 1 bulan setelah insiden yang memilukan tersebut. Akhirnya ijab kabul dialaksanakan tanpa ada ganguan lagi namun Silvi merasa sungguh sedih alasannya yakni sosok figur ayah yang selama ini.
Selalu ada tidak ada lagi, isak tangis pun pecah setelah resepsi. Namun mama Silvi dan Diki senantiasa menguatkan Silvi untuk senantiasa senang atas semua yang terjadi alasannya yakni itu yakni masalalu, kita di sekarang ini bukan memikirkan masalalu namun masadepan untuk menyebabkan hidup lebih baik lagi, itu lah kata-kata yang keluar dari semua orang, tetapi bagi Selvi masalalu yakni suatu pelajaran yang sungguh beharga bagi dirinya, alasannya yakni ia sanggup mencicipi pahit dan manis nya dunia yang sudah di laluinya. Setelah 3 tahun berlalu, keluarga kecil yang Selvi idamkan selama ini jadinya terwujudkan dengan seorang suami yang senantiasa ada di di saat ia butuh dan seorang anak pria yang sungguh mengemaskan, lucu dan ganteng menyerupai dengan papanya yakni Diki Anggara, kini diki membuka suatu perusahaan dan melanjutkan perusahaan papa nya tidak lupa juga Silvi juga mempunyai butik dan toko makanan ringan manis yang sungguh terkenal. Saat ini Selvi sedang menanti Diki dari luar negeri, ia dan anaknya sungguh senang alasannya yakni suaminya akan pulang setelah 2 ahad di luar negeri, namun itu sirna di saat ia mendapatkan info bahwa suaminya mengalami kecelakaan pesawat.
Silvi pun dengan air mata dan hati yang sungguh ringkih pergi ke bandara untuk menentukan hal tersebut, setelah hingga di bandara ia mencari nama korban dalam pesawat tersebut, tetapi nama Diki tidak ada di daftar tersebut. Setelah menanti selama 3 jam simpulan ada pesawat yang gres datang, namun Silvi tidak memperdulikan hal tersebut alasannya yakni sibuk mencari nama Diki tetapi nihil hasilnya juga tidak ada.Akhirnya ia pulang alasannya yakni dibujuk sang mama.samapi di rumah Silvi sungguh lesu danpucat kayak orang tanpa ada kehidupan.
Sampai depan rumah iya membuka pintu dan membaca salam namun lampu rumah mati semua,dan ia membatin”kemana semua orang?apakah siapa pun ingin meninggalkan ku juga?aku mohon....dimana kalian semua?jangan tinggallkan aku....aku mohon......”isak bunyi tangis Silvi yang sungguh memilukan......Tanpa ia sadari ada seseorang dari belakan yang menenteng suatu makanan ringan manis yang di hiasi lilin yang sungguh cantik, dan orang itu bersuara”HAPPY ANNIVERSERY HONEY”dengan bunyi yang sungguh lantang Diki menyampaikan hal tersebut kemudian lampu pun hidup dengan hiasan rumah yang sangat bagus tanpa sanggup Silvi ucapkan dengan kata-kata. Semua orang ada disana mulai dari sahabat, keluarga dan anaknya yang sungguh ia sayangi, ia sungguh tidak inggat bahwa hari ini yakni hari sungguh penting dalam pernikahannya alasannya yakni terlalu ketakutan di saat orang yang sungguh ia sayangi dalam kondisi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Tapi, itu semua yakni planning suaminya yakni Diki.
Setelah lampu hidup semua Silvi eksklusif belari ke pelukan Diki dan memeluknya dengan sungguh erat alasannya yakni rasa tidak ingin kehilangan lagi dan Diki pun membalas pelukan tersebut dengan sungguh hangat. “Aaahhh romantis sekali kalian ini, membuat para jomblo pada iri....” itu lah ucap siapa pun yang merasa jomblo ya. Diki dan Silvi cuma membalas dengan kekehan dan senyuman. Saat program pemotongan makanan ringan manis tiba lah anak kecil yang sungguh ganteng ke pelukan Diki yakni putranya, eh iya putra bernama Muhammad Dito Anggara. Ya nama itu yakni nama kerabat kembarnya, namun mereka sepakat bahwa anak mereka dinamakan itu alasannya yakni mereka ingin menyaksikan Dito yang model gres dalam kehidupan mereka meskipun nama itu mengingatkan akan masalalu yang pahit namun mereka tak merpersalahkan itu.
Akhirnya kehidupan dan masa depan yang di kehendaki setelah lewat rintangan dan dilema yang tiada simpulan ini berbuah manis dengan senyuman dan kebahagian yang sulit dipercayai akan di dapatkan orang lain. Silvi sungguh berterimah kasih apsa yang maha kuasa dikarenakan sudah meberikan peljaran yang sungguh bermanfaat dalam hidupnya, dan menghadirkan orang yang sungguh sayang padanya serta keluarga kecil yang sungguh serasi dan sarat kasih sayang. Silvi tidak sanggup mengungkapkan dengan kata-kata lagi kebahagian yang sudah ia dapatkan dan ia cuma sanggup berkata terhadap Diki “I LOVE YOU SO MUCH MY PERFECT HUSBAND” kemudian Diki pun menjawab “I LOVE YOU TOO” dan disambut pelukan hangat lagi bareng anaknya, kemudian Silvi membatin” i love you Dito and i miss you”.
Inilah simpulan kehidupan Diki dan Silvi. Kehidupan mesti dijalani meskipun sesulit apakah rintangan dan dilema yang di hadapi. Hadapilah rintangan tersebut dengan tegar dan tersenyum, karena setiap rintangan akan membuaahkan suatu rasa manis yang tidak akan di dapatkan semua orang. Kaprikornus jalani lah kehidupan dengan sebaik mungkin tanpa rasa menyerah. Dan jangan tunggu kata- kata terakhir untuk mengungkapkan perasaan terhadap seseorang. Ucapkanlah kata tersebut di saat hati dan pemikiran mu sudah sejalan maka lakukanlah, supaya tidak ada lagi tiga kata terakhir dalam kehidupan ini.
Pengirim : Eva Nur Fitriyani (Email : evanurfitriani29@gmail.com) - Jurusan Hukum Ekonomi Syariat UIN Saizu Purwokerto
Ingin karya tulis Anda terpublikasi di situs web di sini.
Sumber https://www.salamedukasi.com
0 Komentar untuk "Cerpen “Tiga Kata Terakhir” Oleh Eva Nur Fitriyani Jurusan Aturan Ekonomi Syariat Uin Saizu Purwokerto"