Observatorium Bosscha

Gambar 1. Karl Albert Rudolf Bosscha (15 Mei 1865-26 November 1928)

  Observatorium Bosscha

Observatorium Bosscha terletak sekitar 15 kilometer di sebelah utara dari sentra kota Bandung Jawa Barat, tepatnya pada koordinat geografis 107° 36′ Bujur Timur dan 6° 49′ Lintang Selatan. Tempat ini berdiri di atas tanah seluas 6 hektare dan berada pada ketinggian 1310 meter di atas permukaan laut, atau pada ketinggian 630 m dari plato Bandung yakni di daerah dataran tinggi Lembang.
Observatorium ini yakni warisan kolonial Belanda, dulu disebut Bosscha Sterrenwacht. Ide membangun Observatorium diprakarsai Nederlandsch-Indiche Sterrekundige Vereeniging (NISV) atau asosiasi Astronomi Hindia Belanda, suatu wadah yang diresmikan untuk tujuan mengembangkan ilmu astronomi  di Hindia Belanda.

Penyandang dana utama pembangunan observatorium ini yakni seorang tuan tanah pemilik perkebunan teh di Priangan berjulukan Karl Albert Rudolf  Bosscha (15 Mei 1865-26 November 1928). Untuk mengenang jasa Tuan Bosscha itulah satu-satunya observatorium besar di Asia Tenggara itu diberi nama observatorium Bosscha atau Bosscha Sterrenwacht.
Pembangunan observatorium ini sendiri menghabiskan waktu kurang lebih 5 tahun sejak tahun 1923 hingga dengan tahun 1928. Tuan Bosscha dengan gigih berupaya mengembangkan observatorium ini. Ia ditemani seorang astronom berjulukan Dr. J. Voute yang kemudian menjadi Direktur observatorium yang pertama. Bosscha berkeliling Erofa untuk mencari teropong bintang paling modern. Ia membelikan teleskop Bamberg berlensa 37 cm dan menyerahkan terhadap NISV pada 7 Juni 1928. Gubernur Jenderal  Jhr. Mr. A. C. D. de Graeff yang turut melihat penyerahan itu menyerahkan bintang penghargaan dari Ratu Belanda terhadap Bosscha. Peninggalan 83 tahun yang kemudian masih sanggup terpelihara dengan baik di lingkungan Observatorium ini.
Selain Bamberg, di lingkungan Observatorium juga terdapat primadona, yakni teleskop Zeiss yang berdiameter 60 cm dan beratnya meraih 17 ton yang ialah teleskop utama observatorium. Zeiss diposisikan dalam suatu gedung berkubah. Teleskop ini khusus digunakan untuk kepentingan observasi dan tidak sanggup dipergunakan penduduk umum. Tuan Bosscha sendiri tidak usang menikmati teleskop ini, alasannya yakni begitu selesai di bangun, ia apalagi dulu meninggal pada 26 Nopember 1928.
Zeiss, diposisikan di dalam suatu kubah raksasa yang sanggup berputar dan memiliki garis tengah 14,5 meter. Kubah itu dibentuk dari baja setebal 2 mm. Pada kubah itu terdapat celah yang sanggup membuka dan menutup dengan digerakkan daya 1500 watt. Dari celah itulah teleskop Zeiss mengintip bintang-bintang. Kubah yang dirancang arsitek bernama  Wolff Schoemacher ini lantai dasarnya sanggup naik turun untuk membuat lebih mudah observasi benda langit. Teleskop ini digunaka untuk mengamati  bintang-bintang ganda dalam suatu gugus bintang, komet, kawah bulan, serta posisi planet-planet dan benda langit lainnya. Teleskop Zeiss ini tidak mampu digunakan untuk memperhatikan benda-benda langit pada ketinggian di bawah 30 derajat. Bobot Zeiss dan bentuknya sudah diubahsuaikan dengan desain kubah yang memungkinkan ia cuma sanggup diarahkan pada kerendahan optimal 30 derajat.
Di zaman penjajahan Jepang Observatorium Bosscha berada di bawah kendali militer Jepang. Prof. Dr. Masashi Miyaji seorang prajurit Jepang berpangkat Kapten memimpin observatorium antara tahun 1942-1946. Miyaji kemudian menjadi kepala Observatorium Tokyo. Observasi sempat tidak boleh di saat perang dunia II berkecamuk. Akibat perang itu Observatorium sempat mengalami kerusakan dan seusai perang ditangani renovasi besar-besaran, sehingga  sanggup beroperasi dengan wajar kembali. Di lingkungan Observatorium selain Zeiss dan Bamberg, terdapat pula Schmidt Bimasakti, GOTO, dan teleskop Unitron yang masing-masing teleskop itu mempunyai kegunaan observasi sendiri.
Pada tanggal 17 Oktober 1951, NISV menyerahkan observatorium ini terhadap pemerintah RI. Setelah Institut Teknologi Bandung (ITB) berdiri pada tahun 1959. Observatorium Bosscha kemudian menjadi bab dari ITB. Dan sejak di saat itu, Bosscha difungsikan selaku forum observasi dan pendidikan formal Astronomi di Indonesia.
Bagian lain yang tak kalah penting bahkan ialah jantung acara ilmiah Laborartorium Bosscha yakni perpustakaan. Perpustakaan Bosscha merupakan yang terbaik dan terlengkap koleksinya dalam bidang astronomi di Asia Tenggara. Terdapat aneka macam rujukan langka dan koleksi terbaru dari buku-buku yang terbit di aneka macam negara, tergolong pula jurnal-jurnal lmiah yang ialah sumber atoritatif yang menampung pertumbuhan canggih dalam sains astronomi. Tidaklah mudah untuk mendapat rujukan astronomi di perpustakaan-perpustakaan lainnya. Koleksi perpustakaan Bosscha selain dalam bentuk printed materials (bahan-bahan tercetak) juga dilengkapi dengan bahan-bahan non cetak, menyerupai Compact Disc (CD) yang banyak menampung gambar-gambar dan rekaman video dari benda-beda langit.Dewasa ini Observatorium Bosscha bukan cuma tempat observasi tapi juga berfungsi menjadi tempat isu ilmiah yang banyak dikunjungi utamanya oleh pelajar. Pada tahun 2004 observatorium ini ditetapkan selaku Cagar Budaya oleh pemerintah, dengan demikian lingkungan dan alam sekitar observatorium ini yakni tempat yang mesti dilindungi.
Salam saya terhadap Pak Irfan dan Bu Elly di Bosscha.

http://aliboron.wordpress.com

Related : Observatorium Bosscha

0 Komentar untuk "Observatorium Bosscha"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close