Aplikasi Teori Berguru Behavioristik Dalam Pembelajaran

Menurut teori behavioristik,  belajar merupkan perubahan sikap yang sanggup diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang mengakibatkan relasi sikap reaktif (respon) menurut hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain ialah lingkungan berguru anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons ialah akhir atau dampak, berupa reaksi fifik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da kecenderungan sikap S-R (stimulus-Respon).

Proses berguru yang menekankan teori behavioristik biasanya ditandai ciri-ciri:
1.      Mementingkan faktor lingkungan
2.      Menekankan pada faktor bagian
3.      Menekankan pada tingkah laris yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.
4.      Sifatnya mekanis
5.      Mementingkan masa lalu
Terdapat beberapa tokoh yang menghembangkan teori berguru behaviorsitik, antara lain: Skinner (1904-1990):  Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949), Robert Gagne ( 1916-2002), Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936), Albert Bandura.

Aplikasi Teori Behavioristik terhadap Pembelajaran Siswa
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik ialah ciri-ciri berpengaruh yang mendasarinya yaitu:
a. Mementingkan efek lingkungan
b. Mementingkan bagian-bagian
c. Mementingkan peranan reaksi
d. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil berguru melalui mekanisme stimulus respon
e. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
f. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
g. Hasil berguru yang dicapai ialah munculnya sikap yang diinginkan.
Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun materi pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi arahan singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana samapi pada yang kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam potongan kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang sanggup diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan dipakai semoga sikap yang diinginkan sanggup menjadi kebiasaan. Hasil yang dibutuhkan dari penerapan teori behavioristik ini ialah tebentuknya suatu sikap yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan menerima penguatan positif dan sikap yang kurang sesuai menerima penghargaan negatif. Evaluasi atau evaluasi didasari atas sikap yang tampak.
Kritik terhadap behavioristik ialah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang sanggup diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar sebab penggunaan teori behavioristik memiliki persyartan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi berguru sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik.
Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membuthkan praktek dan adaptasi yang mengandung unsur-unsur menyerupai kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih bawah umur yang masih membutuhkan dominansi tugas orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka memalsukan dan bahagia dengan bentuk-bentuk penghargaan eksklusif menyerupai diberi permen atau pujian.

Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga menjadikan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan memilih apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif , perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan denga tertib klarifikasi guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara berguru yang efektif. Penggunaan eksekusi yang sangat dihindari oelh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.


Related : Aplikasi Teori Berguru Behavioristik Dalam Pembelajaran

0 Komentar untuk "Aplikasi Teori Berguru Behavioristik Dalam Pembelajaran"

DUKUNG KAMI

SAWER Ngopi Disini.! Merasa Terbantu Dengan artikel ini? Ayo Traktir Kopi Dengan Cara Berbagi Donasi. Agar Kami Tambah Semangat. Terimakasih :)
close
close